Sejarah
Beranda » Berita » Akar Perpecahan dan Lahirnya Perbedaan Mazhab Sunni dan Syiah

Akar Perpecahan dan Lahirnya Perbedaan Mazhab Sunni dan Syiah

Akar Perpecahan dan Lahirnya Perbedaan Mazhab Sunni dan Syiah
Abdolhamid Ismaeelzahi seorang ulama Sunni Muslim Iran (Kiri) dan Ulama Syiah Irak, Muqtada Al-Sadr (Kanan).

Perpecahan antara Sunni dan Syiah dalam Islam, berakar pada perbedaan pandangan politik dan kepemimpinan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M.
Beberapa hal yang menjadi akar penyebab perpecahan tersebut adalah:

1. Persoalan Suksesi (Kepemimpinan)

Penyebab utama perpecahan adalah perbedaan pandangan politik, tentang siapa yang berhak menjadi pemimpin umat Islam (Khalifah) setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

Kaum Sunni berkeyakinan bahwa kepemimpinan ummat (khilafah) adalah hasil musyawarah (syura) di antara umat. Di mana salah satu kubu (mazhab), mendukung Abu Bakar sebagai khalifah pertama.

Sementara mazhab yang lain atau kaum Syiah (Syī’atu Alī – pengikut Ali) meyakini bahwa kepemimpinan harus berada di tangan keluarga Nabi (Ahlul Bait), khususnya Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu Nabi.

2. Peristiwa Politik dan Konflik Berdarah

Beberapa kejadian penting yang memperdalam perpecahan adalah Pertempuran Jamal (656 M), antara Ali dan pasukan Aisyah (istri Nabi).

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Kemudian pertempuran Shiffin (657 M), antara Ali dan Muawiyah (Gubernur Syam) ketika itu.

Lalu kemudian Tragedi Karbala (680 M), yakni peristiwa kematian cucu Nabi, Husain bin Ali, oleh pasukan Khalifah Yazid bin Muawiyah (Dinasti Umayyah). Sebuah momen paling memilukan bagi Syiah dan menjadi simbol ketidakadilan terhadap Ahlul Bait.

3. Perbedaan Teologi dan Fikih

Sunni cenderung menekankan konsensus umat (ijma) dan mengikuti empat mazhab fikih: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali.

Sementara Syi’ah memiliki sistem hukum sendiri dan mengikuti Mazhab Ja’fari (Cucu Rasulullah), serta meyakini adanya imam-imam suci (12 imam dalam Syi’ah Imamiyah) yang ditunjuk secara ilahiah.

4. Pandangan tentang Imam dan Ulama

Sunni berpandangan bahwa Pemimpin (imam atau khalifah) adalah pemimpin politik/religius biasa yang dipilih oleh ummat.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Sementara Syiah berpandangan bahwa Imam adalah sosok suci yang ma’shum (terpelihara dari dosa), dan memiliki otoritas spiritual serta politik yang ditunjuk langsung oleh Allah melalui Nabi.

5. Faktor Sosial dan Politik Sepanjang Sejarah

Dalam sejarah Pemerintahan pemerintahan besar Islam (Umayyah, Abbasiyah, Utsmaniyah) yang mayoritas beraliran Sunni dan seringkali menindas kelompok Syiah, sehingga memperdalam keterasingan dan luka historis.

Akhirnya kemudian Syiah lebih berkembang kuat di wilayah Persia (Iran), sedangkan Sunni mendominasi sebagian besar wilayah lain.

Hal terpenting perlu dipahami bahwa Perpecahan antara Sunni dan Syiah bermula dari persoalan politik, yang kemudian berkembang menjadi perbedaan teologis, hukum, dan sosial yang kompleks hingga kini. Meskipun kedua kelompok sama-sama bagian dari Islam. Namun perbedaan ini masih menjadi sumber ketegangan di beberapa wilayah, karena diperburuk oleh masuknya kelompok kelompok kafirun (Amerika/Israel atau Barat dan Kelompok Islamopobhia lainnya) yang membuat propaganda dengan tujuan merusak dan melemahkan Islam.
Wallahu’a’lam bissawab. (MMT)

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement