Opinion
Beranda » Berita » Sahabat Masa Suka dan Duka: Mereka yang Tetap Bertahan Saat Semua Orang Pergi

Sahabat Masa Suka dan Duka: Mereka yang Tetap Bertahan Saat Semua Orang Pergi

Sahabat Masa Suka dan Duka: Mereka yang Tetap Bertahan Saat Semua Orang Pergi

“Sahabat Masa Suka dan Duka: Mereka yang Tetap Bertahan Saat Semua Orang Pergi”.

 

Dalam perjalanan hidup yang panjang dan tak selalu mulus, kita akan bertemu dengan banyak orang. Ada yang hadir sejenak, sekadar menyapa di persimpangan jalan, lalu hilang tanpa jejak. Tapi ada pula yang tetap tinggal, menemaniku di kala senang, dan lebih lagi, tetap menggenggam erat tanganku saat dunia terasa runtuh. Mereka itulah sahabat sejati — sahabat masa suka dan duka.

Sahabat sejati bukan hanya yang tertawa bersamamu saat kamu bahagia, tetapi mereka yang memelukmu saat kamu ingin menyerah. Mereka bukan hanya rekan ngobrol ketika segalanya lancar, tapi juga tempat bersandar saat hatimu remuk dan pikiranmu kacau. Dalam deretan nama dan wajah yang berlalu lalang dalam hidup, sahabat sejati itulah yang langka, yang tak terganti.

Kadang kita lupa menghargai mereka. Kita terlalu sibuk mengejar cita-cita, melayani pekerjaan, dan memenuhi tuntutan kehidupan, sampai lupa siapa yang dulu menangis bersama kita di bangku sekolah, siapa yang diam-diam mendoakan kita saat sedang diuji, dan siapa yang rela menjadi tameng saat kita disalahkan. Tapi mereka tetap di sana. Diam, setia, menunggu kabar, tetap peduli meski tak diminta.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Aku ingat saat hidupku berada di titik terendah. Dunia seolah menutup semua pintunya. Orang-orang yang dulu mendekat saat aku berada di puncak, perlahan menghilang seperti kabut pagi yang tersapu angin. Tapi sahabatku tetap di situ. Meskipun ia tidak punya banyak, ia datang membawa sebungkus nasi dan secangkir air hangat, dengan senyum yang menyembuhkan. Ia tidak menanyakan kenapa aku jatuh, tapi langsung menggandengku untuk bangkit.

Sahabat masa suka dan duka adalah anugerah. Mereka adalah doa yang dikirim Tuhan dalam bentuk manusia. Mereka tidak sempurna, bahkan kadang membuat kesalahan. Tapi kasih sayang mereka tulus. Mereka tidak menilai kita dari prestasi, status, atau harta, tapi dari kejujuran dan kedalaman hati kita. Mereka menerima segala luka dan cerita buruk kita tanpa menghakimi.

Ada kalanya jarak memisahkan. Waktu dan kesibukan memaksa kita berjarak. Namun, yang istimewa dari sahabat sejati adalah, meskipun jarang bertemu, rasa itu tetap hangat. Tak ada kecanggungan, tak ada perhitungan. Cukup satu sapaan, satu tawa, maka kenangan manis itu kembali mengalir seperti sungai yang tak pernah kering.

Mereka adalah tempat pulang yang tak pernah berubah

Saat semua orang menuntut kita untuk jadi ini dan itu, sahabat sejati hanya ingin kita jadi diri sendiri. Mereka mendengarkan tanpa menghakimi, menghibur tanpa meremehkan, dan menguatkan tanpa menyuruh.

Mungkin hidup akan terus mempertemukan kita dengan banyak orang baru, tapi sahabat masa suka dan duka adalah seperti akar pohon: tak terlihat di permukaan, tapi merekalah yang menopang kita tetap berdiri di tengah badai. Saat daun dan ranting rontok, akar tetap menyatu dengan tanah, menjaga agar batang tidak tumbang.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Jika kamu punya satu saja sahabat seperti itu, jagalah. Doakan dia. Jangan menunggu momen ulang tahun untuk menyapanya. Kirimkan pesan hari ini. Katakan bahwa kamu bersyukur pernah berjalan bersamanya. Karena sahabat bukan soal seberapa sering bertemu, tapi seberapa dalam ikatan hati yang tak pernah putus walau diterpa waktu.

“Terima kasih, sahabatku. Untuk pelukan saat aku lemah, untuk tawa saat aku gembira, dan untuk tetap tinggal saat semua pergi. Engkau adalah karunia yang tak ternilai.” (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement