SURAU.CO – Istilah “harta karun” sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia. Kita sering menggunakannya untuk menyebut harta temuan yang terpendam. Akan tetapi, tahukah Anda asal-usul istilah tersebut? Sebenarnya, nama itu merujuk pada seorang tokoh bernama Qarun. Oleh karena itu, kisahnya menjadi pelajaran abadi dalam Al-Qur’an.
Qarun adalah simbol kekayaan, kesombongan, dan akhir yang tragis. Ia hidup pada zaman Nabi Musa AS. Dengan demikian, kisahnya memberikan pelajaran mendalam tentang hakikat harta. Artikel ini akan mengupas tuntas sejarah lahirnya kesombongan Qarun yang pada akhirnya berujung azab pedih dari Allah SWT.
Siapakah Sosok Qarun Sebenarnya?
Sebelum terkenal dengan kekayaannya, sesungguhnya Qarun adalah bagian dari kaum Nabi Musa AS. Al-Qur’an dalam Surat Al-Qashash ayat 76 menegaskan hal ini. Ia berasal dari Bani Israil. Bahkan, beberapa riwayat menyebutkan ia memiliki hubungan sepupu dengan Nabi Musa bin Imran.
Pada awalnya, Qarun adalah sosok yang taat beribadah. Ia memiliki suara yang sangat merdu saat melantunkan kitab Taurat. Akibatnya, banyak orang terpesona dengan bacaannya. Namun, ujian duniawi perlahan mengubah kepribadiannya. Harta melimpah justru membuatnya lupa daratan dan mengingkari nikmat Allah.
Sumber Kekayaan Qarun yang Luar Biasa
Lantas, bagaimana Qarun bisa menjadi sangat kaya? Para ulama tafsir menyebutkan beberapa riwayat. Salah satu riwayat populer menyatakan Qarun mempelajari ilmu kimia dari Nabi Musa. Sebagai hasilnya, ia mampu mengubah logam biasa menjadi emas murni. Pengetahuan inilah yang kemudian menjadi sumber utama kekayaannya.
Kekayaan Qarun benar-benar tak terbayangkan. Saking banyaknya, kunci-kunci gudang hartanya sangat berat. Bahkan, sekelompok orang kuat pun kesulitan membawanya. Akibatnya, kekayaan itu membuatnya merasa memiliki segalanya dan tidak membutuhkan siapa pun.
Awal Mula Kesombongan dan Penolakan Zakat
Titik balik kehancuran Qarun dimulai dari kesombongannya. Lebih tepatnya, saat Nabi Musa AS menyampaikan perintah Allah untuk menunaikan zakat, Qarun menolaknya. Oleh karena itu, ia merasa hartanya adalah hasil jerih payahnya sendiri. Ia sama sekali tidak melihat peran Allah dalam rezeki yang ia dapatkan.
Dengan angkuh, Qarun berkata,
“Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” (QS. Al-Qashash: 78).
Ucapan ini jelas menunjukkan puncak keangkuhannya. Ia melupakan bahwa ilmu yang ia miliki pun merupakan anugerah dari Allah. Selain itu, rasa kikir menguasai hatinya. Ia tidak rela sebagian kecil hartanya diberikan kepada fakir miskin karena baginya itu akan mengurangi tumpukan emas miliknya.
Puncak Keangkuhan dan Fitnah Keji
Tidak hanya itu, Qarun tidak berhenti pada penolakan zakat. Selanjutnya, ia mulai memamerkan kekayaannya di hadapan kaumnya. Ia keluar dengan segala kemegahan dan perhiasannya. Tujuannya jelas, yaitu membuat orang lain iri dan takjub padanya. Akibatnya, perilaku ini memecah Bani Israil menjadi dua kubu.
Satu kubu terpesona dengan kemewahan duniawi Qarun. Mereka lantas berangan-angan memiliki nasib serupa. Sementara itu, kubu orang-orang berilmu menasihati mereka. Mereka mengingatkan bahwa pahala di sisi Allah jauh lebih baik daripada kemewahan fana milik Qarun.
Bahkan, kebenciannya pada Nabi Musa AS semakin menjadi. Qarun kemudian menyusun fitnah keji. Ia membayar seorang wanita untuk mengaku telah berbuat zina dengan Nabi Musa. Akan tetapi, atas kuasa Allah, wanita itu justru gemetar ketakutan. Ia pun mengakui bahwa Qarun telah menyuruhnya berbohong.
Azab Allah yang Menghancurkan
Fitnah keji tersebut akhirnya menjadi puncak kesabaran Nabi Musa AS. Kemudian, beliau berdoa kepada Allah SWT. Beliau memohon agar Allah memberikan azab yang setimpal atas kezaliman Qarun. Tak lama berselang, Allah pun mengabulkan doa Nabi-Nya.
Sebagai balasannya, Allah memerintahkan bumi untuk menelan Qarun. Seketika, tanah di bawah kaki Qarun terbelah. Perlahan-lahan, ia dan seluruh istana serta hartanya amblas ke dalam perut bumi. Pada akhirnya, tidak ada seorang pun yang mampu menolongnya.
Allah SWT berfirman:
“Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS. Al-Qashash: 81).
Pelajaran Berharga dari Kisah Harta Qarun
Kisah Harta Qarun tentunya bukanlah sekadar dongeng masa lalu. Sebaliknya, ia adalah cerminan abadi bagi seluruh umat manusia. Harta adalah ujian, bukan tujuan. Di satu sisi, kekayaan bisa menjadi jalan menuju surga jika digunakan untuk bersyukur. Namun di sisi lain, ia bisa menjadi tiket menuju neraka jika melahirkan kesombongan.
Dengan demikian, kisah ini mengajarkan kita bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan. Pemilik sejatinya adalah Allah SWT. Oleh karena itu, jangan pernah merasa hebat karena harta, jabatan, atau ilmu. Gunakanlah semua nikmat itu untuk mendekatkan diri kepada-Nya, bukan untuk menjauh dari-Nya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
