Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan, semakin banyak orang merasa kehilangan keseimbangan. Rutinitas yang padat, tuntutan kerja yang tinggi, serta paparan teknologi tanpa henti sering kali membuat tubuh dan pikiran kelelahan. Dalam situasi seperti ini, banyak orang mulai mencari cara alami untuk menenangkan diri dan memulihkan energi. Salah satu pendekatan yang kian populer di berbagai belahan dunia adalah forest bathing, atau yang masyarakat sebut dengan istilah Jepang-nya, Shinrin Yoku.
Forest bathing bukan sekadar tren gaya hidup sehat, melainkan praktik terapeutik yang terbukti membantu meningkatkan kualitas hidup. Dengan kembali menyatu bersama alam, seseorang dapat mengaktifkan respons tubuh terhadap ketenangan—yang sering terabaikan di tengah hiruk-pikuk kota.
Apa Itu Forest Bathing?
Forest bathing atau Shinrin Yoku berakar dari Jepang. Pemerintah Jepang memperkenalkan istilah ini pada awal 1980-an sebagai bagian dari strategi nasional untuk meningkatkan kesehatan masyarakat yang terpapar stres kronis akibat kehidupan perkotaan. Kata Shinrin berarti “hutan”, dan Yoku berarti “mandi” atau “berendam.” Namun, mandi di sini bukan dalam arti fisik. Forest bathing bukan kegiatan ekstrem seperti hiking berat, jogging, atau eksplorasi medan. Sebaliknya, ini adalah praktik sederhana dan penuh kesadaran.
Dalam Shinrin Yoku, seseorang melibatkan seluruh indera untuk benar-benar hadir di tengah suasana hutan. Peserta berjalan perlahan tanpa tujuan tertentu, memperhatikan suara gemerisik dedaunan, merasakan kelembapan tanah, mencium aroma pepohonan, atau sekadar menikmati permainan cahaya yang menembus tajuk pohon.
Alih-alih mencari pencapaian, forest bathing justru mendorong kita untuk memperlambat. Kita tidak diminta untuk melakukan apa pun, melainkan untuk menyadari keberadaan kita di alam. Praktik ini menumbuhkan koneksi yang kuat antara tubuh, pikiran, dan lingkungan sekitar. Forest bathing mengajarkan bagaimana keheningan alam dapat menjadi ruang pemulihan paling otentik—jauh dari layar gawai dan tekanan sosial.
Banyak peserta melaporkan bahwa setelah sesi forest bathing, mereka merasa lebih jernih, lebih ringan secara emosional, dan lebih terhubung dengan diri sendiri. Bahkan beberapa penelitian mencatat bahwa ketenangan yang dihasilkan dari praktik ini bisa bertahan hingga beberapa hari setelahnya.
Manfaat Forest Bathing Bagi Kesehatan
Berbagai studi telah membuktikan manfaat forest bathing. Peneliti dari Nippon Medical School, Dr. Qing Li, menyatakan bahwa “Menghabiskan waktu di hutan bisa meningkatkan sistem imun, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi hormon stres seperti kortisol.”
Li juga menjelaskan bahwa saat seseorang berjalan di hutan, tubuh menyerap phytoncides, yaitu senyawa organik yang dilepaskan oleh pepohonan untuk melindungi diri dari hama. Zat ini mampu meningkatkan aktivitas sel pembunuh alami (natural killer cells) dalam tubuh manusia, yang berperan penting melawan infeksi dan kanker.
Tidak hanya itu, penelitian dari University of Michigan menunjukkan bahwa berjalan di hutan selama 20 menit saja bisa menurunkan kadar hormon stres secara signifikan. Bahkan, suasana hutan dapat memperbaiki suasana hati dan meningkatkan konsentrasi.
Mengapa Forest Bathing Semakin Dibutuhkan?
Kota besar kini menjadi pusat kebisingan, polusi, dan tekanan sosial yang tinggi. Banyak orang merasa cemas, kelelahan, bahkan terputus dari diri sendiri. Forest bathing menawarkan pelarian dari keramaian tersebut. Tanpa harus berbicara atau menggunakan teknologi, seseorang bisa kembali hadir sepenuhnya di tubuh dan pikirannya.
Di era digital yang serba cepat, praktik ini menjadi cara alami untuk memperlambat ritme hidup. Dengan hadir di tengah alam, seseorang melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar, sekaligus memberi ruang bagi pikiran untuk beristirahat.
Cara Melakukan Forest Bathing
Forest bathing tidak membutuhkan perlengkapan khusus. Yang kita butuhkan hanyalah niat untuk hadir secara sadar di alam. Berikut beberapa langkah sederhana:
- Pilih lokasi alami seperti taman kota, hutan pinus, atau kawasan konservasi.
- Jalan perlahan dan rasakan setiap langkah.
- Matikan ponsel untuk memutus distraksi.
- Gunakan kelima indera untuk meresapi pengalaman—dengar kicau burung, rasakan udara di kulit, cium aroma dedaunan.
- Duduk atau berbaring jika perlu, dan izinkan diri tenang bersama alam.
Jika kamu melakukannya secara rutin, cara ini bisa menjadi terapi sederhana yang efektif. Kamu dapat mengelola stres dengan lebih baik, memperkuat sistem imun, dan menjaga keseimbangan hidup di tengah tekanan sehari-hari.
Kesimpulan
Strategi ini bukan muncul sebagai tren sesaat. Praktik ini berakar dari kebijaksanaan lama yang terbukti efektif hingga kini. Saat kamu menyatu dengan hutan, kamu memberi kesempatan bagi tubuh untuk pulih dan bagi pikiran untuk beristirahat. Kemudian, ketika kita menyatu dengan alam, otomatis kita akan selalu merasa tenang.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
