SURAU.CO – Allah SWT menempatkan akal pada posisi yang sangat terhormat. Di dalam Al-Qur’an, misalnya, Allah seringkali memuji akal beserta para pemiliknya. Hal ini karena orang berakal mampu memahami petunjuk-Nya dengan baik. Sebaliknya, Al-Qur’an mencela keras mereka yang enggan menggunakan akalnya. Mereka adalah golongan yang abai terhadap pendengaran dan nalar sebagai sarana utama memahami kebenaran. Pada akhirnya, sikap inilah yang mengarahkan mereka menjadi calon penghuni neraka.
Penyesalan Abadi Penghuni Neraka dalam Al-Qur’an
Salah satu gambaran paling jelas mengenai akibat menyia-nyiakan akal datang dari penyesalan para penghuni neraka. Ibnu Qayyim rahimahullahu ta’ala menegaskan hal ini saat menjelaskan celaan Allah terhadap orang yang tidak berakal. Penyesalan mereka terekam jelas dalam firman-Nya:
“Dan mereka berkata: ‘Seandainya dulu kami di dunia mau mendengarkan dan mau menggunakan akal kami untuk memahami petunjuk Allah, maka mestinya sekarang kami tidak termasuk kedalam penghuni neraka yang menyala-nyala.’” (QS. Al-Mulk: 10).
Ayat ini secara gamblang menggambarkan penyesalan yang tiada tara. Para penghuni neraka mengakui kesalahan fatal mereka di dunia. Mereka sadar bahwa jika saja mereka mau mendengar kebenaran dan berpikir menggunakan akal, nasib mereka tentu akan berbeda. Melalui ayat ini, kita belajar betapa pentingnya peran akal dalam menentukan jalan hidup seseorang.
Fungsi Akal: Cermin Pemisah Kebenaran dan Kebatilan
Lalu, apa sebenarnya fungsi akal yang begitu agung ini? Ustadz Abdullah Taslim, M.A., memberikan penjelasan yang mendalam. Menurutnya, Al-Qur’an memuji akal karena ia adalah alat utama untuk meraih ilmu. Akal berfungsi sebagai penimbang yang adil.
Dengan akal, seseorang secara aktif dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Ia juga mampu menimbang berbagai pendapat untuk menemukan yang paling kuat. Ustadz Abdullah Taslim mengibaratkan akal laksana sebuah cermin.
“Kita mengenal mana pendapat yang kuat dan mana yang lemah, sekaligus akal ini adalah sebagai cermin untuk kita bisa melihat mana yang baik atau indah dan mana yang buruk,” ungkapnya.
Melalui cermin itu, manusia dapat merefleksikan dirinya. Ia bisa melihat kebaikan untuk diikuti dan mengenali keburukan untuk dijauhi. Oleh karena itu, manusia tanpa akal yang berfungsi layaknya binatang ternak, bahkan lebih sesat.
Menjaga Akal untuk Meraih Ridha Ilahi
Karena kedudukannya yang sangat penting, Islam tidak hanya memuliakan akal, tetapi juga memerintahkan umatnya untuk menjaganya. Manusia harus menjaganya dari segala hal yang dapat merusaknya. Contohnya seperti minuman keras, narkoba, serta pemikiran-pemikiran yang menyimpang dari fitrah.
Sebaliknya, akal harus terus diasah dengan ilmu yang bermanfaat. Terutama ilmu agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Dengan demikian, akal dapat berfungsi secara optimal. Ia akan menjadi penunjuk jalan menuju kebahagiaan hakiki.
Pada akhirnya, langkah ini menjadi benteng agar kita tidak jatuh ke dalam penyesalan yang sama seperti para penghuni neraka. Mereka menyesal karena telah mengabaikan anugerah terbesar dari Allah SWT. Mari kita manfaatkan anugerah ini untuk meraih ridha-Nya dan menggapai surga-Nya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
