Penelitian terbaru mengungkap bahwa partikel plastik berukuran mikro dan nano bisa masuk ke tubuh manusia lewat makanan dan minuman dalam kemasan plastik. Aktivitas sehari-hari seperti membuka botol minuman, merobek plastik pembungkus makanan, atau menyeduh teh celup ternyata melepaskan partikel kecil plastik ke dalam makanan. Botol plastik, kantong teh, wadah makanan siap saji, serta karton susu dan jus yang memiliki lapisan plastik menjadi penyumbang utama kontaminasi ini. Bahkan botol kaca dengan tutup logam berlapis plastik pun bisa melepaskan partikel mikroskopis saat digunakan. Berangkat dari hal tersebut, seberapa bahaya mikroplastik di dalam kemasan makanan itu sendiri?
Berbagai Produk Konsumsi Mengandung Mikroplastik
Peneliti menemukan mikroplastik dalam banyak produk sehari-hari, seperti air mineral, nasi, bir, makanan cepat saji, ikan kaleng, teh, dan garam. Dalam beberapa kasus, jumlah partikel plastik yang terdeteksi sangat tinggi. Satu liter air kemasan, misalnya, bisa mengandung ratusan ribu partikel plastik.
Beberapa aktivitas mempercepat pelepasan partikel plastik, antara lain: membuka tutup botol berulang kali, memanaskan plastik dalam microwave, mencuci ulang kemasan plastik, dan membiarkannya terpapar sinar matahari.
Nanoplastik Bisa Menembus Jaringan Tubuh
Ukuran nanoplastik yang sangat kecil memungkinkannya menembus jaringan tubuh, seperti usus dan paru-paru. Setelah masuk ke aliran darah, partikel ini berpotensi menyebar ke berbagai organ hingga ke tingkat sel.
Peneliti telah menemukan mikro dan nanoplastik dalam organ tubuh seperti otak, paru-paru, hati, darah, testis, plasenta, hingga air susu ibu. Salah satu studi menunjukkan bahwa keberadaan plastik mikro dalam arteri bisa meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan kematian dini.
Makanan Ultraprocessed Lebih Banyak Mengandung Mikroplastik
Makanan olahan tingkat tinggi (ultraprocessed food) cenderung mengandung lebih banyak mikroplastik dibandingkan makanan minim proses. Proses produksi yang panjang dan penggunaan alat berbahan plastik selama pengolahan membuat makanan tersebut lebih banyak terpapar plastik. Semakin lama makanan bersentuhan dengan plastik, semakin tinggi jumlah partikel yang bermigrasi.
Perlu Standar Penelitian yang Konsisten
Meski penelitian mikroplastik terus berkembang, banyak studi masih memakai metode yang berbeda dalam mengidentifikasi dan mengukur partikel plastik. Ketidakkonsistenan ini menyulitkan perbandingan hasil antarstudi. Oleh karena itu, dunia ilmiah perlu menetapkan standar metodologis yang lebih konsisten dan ketat untuk memahami sejauh mana dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia.
Cara Mengurangi Paparan Mikroplastik
Masyarakat bisa mengambil beberapa langkah untuk mengurangi paparan:
- Gunakan wadah makanan dari kaca atau baja tahan karat.
- Hindari memanaskan makanan dalam plastik, termasuk susu bayi.
- Cuci plastik secara manual, bukan di mesin pencuci piring.
- Hindari plastik berkode daur ulang 3 karena kemungkinan besar mengandung ftalat.
- Bawa tas belanja, alat makan, dan botol minum sendiri untuk mengurangi plastik sekali pakai.
Perlu Kebijakan Global untuk Mengakhiri Polusi Plastik
Krisis mikroplastik bukan hanya persoalan individu. Lebih dari 170 negara akan bertemu di Jenewa dalam perundingan Global Plastics Treaty, sebuah kesepakatan internasional yang bertujuan menghentikan polusi plastik secara menyeluruh. Partisipasi publik sangat penting untuk mendesak pemerintah menetapkan regulasi yang ambisius dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Mikroplastik kini menjadi ancaman tersembunyi dalam makanan dan minuman sehari-hari. Kemasan plastik menyumbang sebagian besar sumber kontaminasi ini. Untuk melindungi kesehatan manusia, masyarakat perlu mengubah kebiasaan dan mendukung kebijakan global yang tegas terhadap produksi dan penggunaan plastik secara berlebihan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
