Beranda » Berita » Sikap Tawadhu’ Kunci Meraih Kemuliaan di Sisi Allah

Sikap Tawadhu’ Kunci Meraih Kemuliaan di Sisi Allah

Sikap tawadhu' merupakan kunci kemuliaan disisi Allah SWT
Pahami makna, dalil, dan keutamaan tawadhu' dalam Islam. Sifat rendah hati yang mengangkat derajat, bukan merendahkan diri. Pelajari cara menerapkannya.

SURAU.CO. Dalam ajaran Islam, akhlak menempati posisi yang sangat penting. Salah satu sifat terpuji ini yang harus ada pada seorang Muslim adalah tawadhu’. Sifat ini sering diartikan sebagai rendah hati. Namun, maknanya jauh lebih dalam dari sekadar tidak sombong. Tawadhu’ dalam Islam menjadi kunci untuk meraih kemuliaan sejati di hadapan Allah SWT.

Secara bahasa, tawadhu’ berasal dari kata Arab “Wada’a”. Kata ini berarti “merendahkan”. Jadi, tawadhu’ adalah sikap sengaja merendahkan diri. Namun, konteksnya sangat penting untuk dipahami. Sikap ini pada dasarnya hanya kepada Allah Yang Maha Agung. Seorang hamba menunjukkan tawadhu’ saat ia merasa lemah. Ia menyadari ketiadaan dayanya di hadapan kekuasaan Allah SWT. Ini bukan berarti merendahkan harga diri di hadapan manusia. Tawadhu’ adalah kesadaran diri tanpa menjatuhkan kehormatan. Orang lain tidak boleh sampai meremehkan atau menghinanya.

Sifat mulia ini tidak bisa didapatkan secara instan. Seseorang harus mengupayakannya secara bertahap. Proses tawadhu’ dalam Islam ini membutuhkan keseriusan dan konsistensi. Tawadhu’ dimulai dari hal kecil, dari diri sendiri, dan dimulai sekarang juga. Ia adalah watak rendah hati yang menjauhkan diri dari angkuh, sombong, dan besar kepala.

Landasan Tawadhu’ dalam Al-Qur’an dan Hadis

Allah SWT dan Rasulullah SAW sangat memuji sifat tawadhu’. Terdapat banyak dalil yang menjadi landasan kuat mengenai pentingnya sifat ini.  Allah menjelaskan ciri hamba-Nya yang paling Dia sayangi. Salah satunya adalah mereka yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati. Allah berfirman ” Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al Furqan: 63)/ Ayat ini menunjukkan bahwa tawadhu’ adalah identitas utama hamba Ar-Rahman. Mereka tidak membalas keburukan dengan keburukan. Mereka justru menebar kedamaian.

Nabi Muhammad SAW menjanjikan ganjaran besar bagi orang yang tawadhu’. Beliau menegaskan bahwa Allah sendiri yang akan mengangkat derajatnya. Rasulullah SAW bersabda,” “Tidak akan berkurang harta seseorang karena bersedekah, tidaklah Allah s.w.t. menambah terhadap seseorang yang mau memaafkan melainkan kemuliaan dan tidak ada seorangpun yang bersifat tawaddhu’ (merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya”. (HR. Muslim, No: 2588).bHadis ini memberikan tiga jaminan. Sedekah tidak mengurangi harta. Memaafkan menambah kemuliaan. Dan tawadhu’ karena Allah akan mengangkat derajat pelakunya.

Filosofi Bathok Bolu Isi Madu: Kemuliaan Hati di Balik Kesederhanaan

Perspektif Ulama tentang Sifat Tawadhu’

Para ulama salaf telah menguraikan makna tawadhu’ dalam Islam dengan sangat indah. Pandangan mereka membantu kita memahami esensinya. Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitabnya Lubabul Hadits menyebut, “Tawadhu merupakan bagian dari akhlaknya para Nabi, sedangkan sombong adalah akhlaknya orang-orang kafir dan para firaun.”

Sedangkan imam Al-Junayd al-Baghdadi mengartikan tawadhu’ sebagai sikap tidak membusungkan dada. Sebaliknya, ia bersikap lemah lembut untuk menghormati sesama. :ain halnya dengan syekh Al-Fudail bin Iyadh . Beliau mengatakan bahwa orang tawadhu’ adalah orang yang tunduk pada kebenaran. Ia siap menerima kebenaran dari siapapun yang menyampaikannya.

Sementara Ibnu Atha’ juga berpendapat serupa. Menurutnya, tawadhu’ adalah kesediaan menerima kebenaran tanpa memandang siapa pembawanya.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumiddin menekankan sisi altruisme. Orang tawadhu’ akan lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri. Sementara itu Al-Huft melihat tawadhu’ sebagai pendorong rasa persamaan. Sikap ini menumbuhkan toleransi, keadilan, dan kasih sayang di antara manusia.

Panduan Praktis Menerapkan Tawadhu’ dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani

Lalu, bagaimana cara mempraktikkan tawadhu’ dalam keseharian? Syaikh Abdul Qadir al-Jailani memberikan nasihat yang sangat menyentuh kepada muridnya. Nasihat ini bisa menjadi panduan mental bagi kita semua.

”Jikalau kamu berjumpa dengan seseorang maka hendaklah engkau melihat keunggulannya dibanding denganmu. Dan katkanlah (dalam hati) bahwa “orang itu lebih baik dari pada aku di mata Allah swt”. Maka apabila (kamu berjumpa) dengan anak kecil, hendaklah berkata (dalam hati) dia ini belum terlalu banyak maksyiyat (karena umurnya lebih muda) dan otomatis dia lebih baik dari pada aku. Dan apabila (kamu berjumpa) dengan orang tua, hendaklah berkata orang ini telah lama beribadah kepada Allah sebelum aku (karena umurnya lebih tua, maka dia lebih baik dia dari pada aku).

Dakwah Dengan Akhlak Mulia, Bukan Dengan Cacian Dan Celaan

Apabila (kamu berjumpa) dengan seorang yang ‘alim, hendaklah berkata (dalam hati) dia telah diberi sesuatu (pengetahuan) yang aku belum memilikinya dan dia telah memperoleh sesuatu yang aku belum peroleh dan dia juga telah mengerti apa yang aku tidak mengerti. Dia beamal dengan ilmunya (pastilah lebih diterima amalnya dari padaku). Apabila (kamu berjumpa) dengan seorang yang bodoh, hendaklah berkata dia maksyiat karena kebodohannya, sedangkan aku melakukan maksyiat dengan ilmuku. Sungguh aku tidak tahu apakah aku lebih baik dari pada dia?”

Nasihat ini mengajarkan kita untuk selalu berprasangka baik dan fokus pada kelebihan orang lain, bukan kekurangan mereka. Dengan cara ini, hati akan terhindar dari penyakit sombong dan merasa lebih baik dari orang lain. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita. Semoga kita semua mampu menapaki jalan menuju ketawadhuan yang Dia ridhai. Karena hanya dengan pertolongan-Nya, kita dapat menjadi hamba yang benar-benar rendah hati.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement