Beranda » Berita » Menghalau Paham Syi’ah di Tanah Bengkalis: Upaya Menjaga Kemurnian Ajaran Islam

Menghalau Paham Syi’ah di Tanah Bengkalis: Upaya Menjaga Kemurnian Ajaran Islam

Menghalau Paham Syi'ah di Tanah Bengkalis: Upaya Menjaga Kemurnian Ajaran Islam

Menghalau Paham Syi’ah di Tanah Bengkalis: Upaya Menjaga Kemurnian Ajaran Islam.

 

Bengkalis, sebuah kabupaten di Provinsi Riau yang dikenal sebagai salah satu benteng pertahanan dakwah Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah di pesisir timur Sumatera. Sejak masa silam, wilayah ini telah melahirkan banyak ulama, da’i, dan tokoh agama yang menjadi penjaga aqidah dan pelita umat. Namun, di tengah arus globalisasi dan keterbukaan informasi, wilayah ini pun tidak luput dari ancaman infiltrasi pemikiran menyimpang, termasuk masuknya paham Syi’ah yang kerap menyusup dalam bentuk dakwah halus, kegiatan sosial, dan bahkan dunia pendidikan.

1. Menyadari Bahaya Syi’ah Sejak Dini

Syi’ah bukanlah sekadar mazhab fiqih berbeda sebagaimana yang kerap diklaim oleh para pendukungnya. Dalam kajian ilmiah dan fatwa-fatwa para ulama, Syi’ah dikenal memiliki penyimpangan serius dalam pokok-pokok aqidah, seperti:

Ulama, Syariat Islam dan Tanggung Jawab Moral Di Bawah Konstitusi

Mengkafirkan mayoritas sahabat Nabi Muhammad ﷺ, termasuk Abu Bakar, Umar, dan Utsman radhiyallahu ‘anhum.

Mengubah-ubah makna Al-Qur’an, bahkan sebagian dari mereka meyakini Al-Qur’an telah tahrif (diubah).

Mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai Imam Ma’shum, bahkan sebagian golongan menempatkannya setara atau lebih tinggi dari Nabi ﷺ.

Menganut konsep Taqiyyah (berbohong demi menjaga keyakinan), sehingga mereka bisa menyamar sebagai Sunni.

Merendahkan isteri-isteri Rasulullah ﷺ, terutama Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha.

Baik dan Buruk Seorang Isteri Menurut Islam

Oleh karena itu, bahaya paham ini bukan hanya soal perbedaan pendapat, tapi menyangkut kerusakan aqidah dan potensi perpecahan umat.

2. Syi’ah dan Strategi Penyusupan di Daerah Pesisir

Berdasarkan berbagai laporan lapangan dan informasi dari para penyuluh agama, Syi’ah cenderung menyasar:

Wilayah pelosok dan perbatasan yang kurang sentuhan dakwah Sunnah.

Komunitas intelektual dan mahasiswa, dengan pendekatan filsafat dan spiritualitas.

Para Tokoh Awal Islam: Peran Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali dalam Pondasi Umat

Kegiatan sosial kemanusiaan, seperti pengobatan gratis, bantuan bencana, dan pemberian beasiswa.

Majelis-majelis zikir dan haul, di mana kultus tokoh bisa disusupi dengan ajaran ghuluw (berlebihan terhadap imam).

Bengkalis sebagai wilayah perbatasan, terbuka dengan akses laut dan pelabuhan, rentan menjadi pintu masuk paham sesat ini. Perlu upaya sistematis untuk menutup celah itu.

3. Peran Penyuluh dan Ulama Lokal dalam Menghadang Syi’ah

Salah satu benteng utama adalah keberadaan penyuluh agama, ustadz lokal, dan tokoh adat yang masih memegang kuat nilai Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Para penyuluh idealnya menjadi:

Sumber informasi yang benar tentang perbedaan antara Sunni dan Syi’ah secara ilmiah.

Pelindung umat dari kegiatan mencurigakan, dengan memantau majelis-majelis dakwah nonformal.

Pemicu gerakan edukasi umat, lewat kajian rutin, khutbah, bahkan media sosial.

Jembatan antara masyarakat dan pemerintah, dalam upaya deradikalisasi dan pembinaan.

Pemerintah daerah dan Kementerian Agama juga perlu menguatkan para penyuluh dengan pelatihan khusus tentang aliran menyimpang, agar mereka siap menghadapi propaganda terselubung.

4. Menyentuh Hati Masyarakat Lewat Edukasi

Menghalau Syi’ah bukan berarti memprovokasi atau memunculkan kebencian sosial. Justru yang dibutuhkan adalah edukasi berbasis ilmu, bukan emosi. Masyarakat harus diberikan:

Kajian tentang sejarah para sahabat, agar cinta terhadap generasi terbaik umat Islam tumbuh.

Pemahaman aqidah tawhid yang lurus, agar tidak terjebak pada pemujaan manusia.

Wawasan tentang fitnah akhir zaman, di mana banyak kelompok akan mengklaim “paling benar”.

Penjelasan tentang mazhab-mazhab yang muktabar, agar masyarakat tidak bingung antara perbedaan fiqih dan kesesatan aqidah.

Kegiatan seperti pengajian rutin, penguatan madrasah, dan media dakwah berbasis digital dapat menjadi sarana efektif dalam membina umat.

5. Kajian Hukum dan Fatwa Ulama tentang Syi’ah

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Musyawarah Nasional II tahun 2007 telah menegaskan bahwa:

> “Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah berbeda secara mendasar dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, baik dalam masalah ushul maupun furu’, dan penyebarannya dapat menimbulkan konflik horizontal.”

Begitu pula, Lembaga Fatwa Rabithah Al-‘Alam Al-Islami (Liga Muslim Dunia) menyatakan bahwa Syi’ah memiliki penyimpangan pokok dalam akidah, sehingga umat Islam harus mewaspadainya.

Ini menjadi dasar hukum yang kuat bagi para ulama dan da’i di Bengkalis untuk mengambil sikap tegas tanpa ragu.

6. Melibatkan Pemerintah dan Lembaga Keamanan

Kepala daerah, aparat keamanan, dan lembaga keagamaan memiliki peran vital dalam:

Mengawasi pendirian majelis dan tempat ibadah yang tak jelas afiliasi.

Memverifikasi lembaga pendidikan dan yayasan sosial yang berafiliasi luar negeri.

Mendukung kegiatan dakwah dan penguatan ormas keagamaan seperti NU, Muhammadiyah, dan MUI lokal.

Menghindari tindakan anarkis, tetapi tetap menjaga ketegasan hukum terhadap ajaran sesat.

Apalagi dalam konteks NKRI, ajaran yang dapat memecah belah kesatuan umat dan bangsa dapat dijerat dengan aturan hukum tentang ormas dan penodaan agama.

7. Doa, Iman, dan Kesatuan Umat

Selain ikhtiar lahiriah, kita tidak boleh lupa bahwa perjuangan melawan paham sesat adalah bagian dari jihad fi sabilillah. Maka dibutuhkan:

Doa dari para ulama dan orang shalih, agar Allah menjaga wilayah ini dari fitnah akidah.

Kesatuan umat, jangan sampai terpecah hanya karena perbedaan kecil di antara kelompok Sunni.

Penguatan iman di kalangan generasi muda, agar mereka tak mudah terpengaruh doktrin Syi’ah yang penuh tipu daya.

Penutup

Menjaga Bengkalis dari infiltrasi paham Syi’ah adalah bagian dari menjaga warisan Islam yang lurus. Ini bukan hanya tugas para ustadz, tapi tugas kita semua sebagai umat Islam. Kita harus bersatu, berilmu, dan terus menyebarkan kebaikan berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah sesuai pemahaman Salafus Shalih.

Bersama kita pertahankan Bengkalis sebagai benteng Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Catatan: Jika tulisan ini akan diterbitkan dalam media dakwah, buletin, atau selebaran pesantren, bisa ditambahkan kutipan ayat, hadits, dan referensi tokoh ulama untuk memperkuat isi dan keilmiahannya. (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement