
Surau.co – Khalifah Umar bin Khattab memegang peran sentral dalam memperluas wilayah kekuasaan Islam. Di bawah kepemimpinannya, umat Islam menaklukkan banyak wilayah penting, termasuk Syam yang kini mencakup Suriah, Palestina, Yordania, dan Lebanon.
Umar tidak hanya memerintahkan pasukan ke medan perang. Ia juga menyusun strategi, menunjuk pemimpin militer, dan membentuk pemerintahan yang adil di daerah yang telah ditaklukkan. Ia memadukan kekuatan militer dengan kebijakan yang berpihak pada rakyat.
Awal Ekspansi ke Wilayah Syam
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq memimpin dan mengirim pasukan ke Syam untuk menghadapi Bizantium. Ketika Umar menggantikan Abu Bakar pada tahun 634 M, ia melanjutkan misi tersebut secara sistematis dan terorganisir.
Umar memahami posisi strategis Syam. Oleh karena itu, ia segera menunjuk jenderal-jenderal terbaik seperti Khalid bin Walid, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan Amr bin Ash. Ia memberikan mereka wewenang, namun tetap memantau semua kebijakan melalui surat-surat instruksi dari Madinah.
Pertempuran Penting yang Membuka Jalan Kemenangan
Pertempuran Ajnadain
Pada tahun 634 M, Khalid bin Walid memimpin pasukan Muslim melawan tentara Bizantium di Ajnadain. Ia menerapkan taktik gerak cepat dan pengelompokan pasukan yang rapi. Hasilnya, pasukan Islam meraih kemenangan dan membuka jalan menuju Damaskus.
Pertempuran Yarmuk
Dua tahun kemudian, umat Islam menghadapi pertempuran besar di tepi Sungai Yarmuk. Umar tetap berada di Madinah, tetapi ia mengatur pergerakan pasukan melalui Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan besar yang mengguncang dominasi Bizantium.
Penaklukan Damaskus dan Kota-Kota Sekitarnya
Setelah kemenangan di Yarmuk, pasukan Muslim segera mengepung Damaskus. Mereka menggunakan strategi pengepungan yang tertib dan disiplin. Penduduk akhirnya menyerah tanpa perlawanan berarti.
Umar memberi instruksi agar penduduk dihormati dan keamanan kota dijaga. Dari Damaskus, pasukan melanjutkan ke Hims, Qinnasrin, dan Baalbek. Setiap kali menaklukkan kota baru, Umar memerintahkan pendekatan damai dan menolak aksi balas dendam.
Penyerahan Yerusalem: Simbol Toleransi dan Keadilan
Yerusalem menjadi salah satu momen paling bersejarah dalam ekspansi ini. Patriark Sophronius, pemimpin Kristen di kota tersebut, hanya ingin menyerahkan kota langsung kepada Umar.
Maka, Umar melakukan perjalanan dari Madinah ke Yerusalem. Ia hanya ditemani seorang pelayan dan seekor unta. Setibanya di sana, ia menandatangani Piagam Umar yang menjamin kebebasan beragama bagi semua penduduk, termasuk Kristen dan Yahudi.
Umar menolak mengubah gereja menjadi masjid. Ia menegaskan bahwa Islam melindungi seluruh tempat ibadah. Sikap ini menciptakan kesan mendalam dan menunjukkan wajah Islam yang adil dan damai.
Membangun Pemerintahan yang Transparan dan Efektif
Setelah wilayah Syam dikuasai, Umar segera membentuk struktur pemerintahan. Ia menunjuk Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai gubernur Damaskus. Umar memberikan tanggung jawab besar, namun tetap mengawasi kinerja para pemimpin wilayah secara berkala.
Ia juga membentuk sistem diwan, yaitu catatan resmi keuangan dan militer. Sistem ini memastikan pembayaran gaji tentara, pencatatan pajak, dan distribusi bantuan sosial dari Baitul Mal. Pajak kharaj dan jizyah diterapkan secara adil.
Dampak Sosial dan Budaya Penaklukan Syam
Umar tidak hanya membawa kemenangan militer. Ia juga menghadirkan sistem pemerintahan yang menjunjung keadilan dan toleransi. Kota-kota seperti Damaskus dan Hims berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan dan peradaban.
Penduduk non-Muslim merasa aman di bawah pemerintahan Islam. Banyak di antara mereka yang akhirnya memeluk Islam secara sukarela, karena melihat kebijakan Umar yang adil dan menghormati hak asasi manusia.
Warisan Umar bin Khattab Masih Relevan Hingga Kini
Khalifah Umar bin Khattab bukan hanya penakluk, tetapi juga negarawan sejati. Ia membuktikan bahwa kekuasaan tidak hanya dibangun lewat pedang, tetapi juga melalui keadilan, kepemimpinan, dan keberanian moral.
Warisan pemerintahan Umar tetap menjadi teladan dalam sejarah. Ia menunjukkan bahwa pemimpin besar tidak cukup hanya kuat secara militer, tetapi juga bijak, adil, dan berpihak pada rakyat. Hingga hari ini, model kepemimpinannya terus dikenang sebagai salah satu yang terbaik dalam sejarah Islam.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
