Sejarah
Beranda » Berita » Menelusuri Jejak Sejarah Kaligrafi Islam: Dari Kufi Kuno Hingga Gaya Kontemporer

Menelusuri Jejak Sejarah Kaligrafi Islam: Dari Kufi Kuno Hingga Gaya Kontemporer

Kesenian kaligrafi dalam tradisi Islam memiliki akar yang dalam. Dalam setiap pucuk-pucuk kaligrafi, terdapat kedalaman makna spiritual yang mempesona ( Foto dok.hidayatullah.com)

SURAU.CO. Seni kaligrafi Islam memiliki sejarah yang panjang dan memukau. Perkembangannya tidak terlepas dari peran sentral tulisan dalam peradaban Islam. Jejak evolusinya dapat terjadi dari masa sebelum Islam hingga ke era modern. Seni kaligrafi Arab mengubah cara pandang terhadap tulisan, dari sekadar alat komunikasi menjadi sebuah ekspresi spiritual yang agung.

Sebelum Islam datang, bangsa Arab jarang sekali menulis. Mereka lebih menyukai tradisi lisan untuk menghafal informasi. Syair, silsilah, hingga perjanjian penting hadir dari mulut ke mulut. Keterampilan membaca dan menulis hanya milik segelintir orang  saja. Biasanya yang mempunyai kemampuan itu  adalah mereka berasal dari kalangan bangsawan Arab.

Situasi berubah drastis pada masa awal Islam. Rasulullah SAW sangat mendorong umatnya untuk belajar menulis. Beliau bahkan memerintahkan para tawanan Perang Badar untuk mengajari kaum muslimin. Muncullah para sahabat yang ahli dalam mencatat ayat-ayat Al-Qur’an.  Salah satu adalah Zaid bin Tsabit dan ‘Ali bin Abi Thalib.

Pada masa itu, corak kaligrafi masih sangat sederhana. Namanya seringkali merujuk pada kota tempatnya berkembang. Misalnya, gaya Makki yang merujuk pada kota Mekkah. Kemudian ada gaya Madani  yang merujuk kota Madinah. Selain itu ada juga gaya Kufi yang merujuk pada kota Kufah. Di antara semuanya, Khat Kufi menjadi yang paling dominan. Gaya ini terpilih sebagai tulisan resmi untuk kodifikasi mushaf Al-Qur’an.

Era Baru di Bawah Dinasti Umayyah (661-750 M)

Memasuki era kekhalifahan Bani Umayyah, muncul sebuah perubahan. Banyak yang merasa hhat Kufi terlalu kaku dan sulit digoreskan. Hal ini memicu para seniman untuk mencari bentuk tulisan alternatif. Mereka mulai mengembangkan gaya tulisan yang lebih lembut dan luwes.
Khalifah pertama Bani Umayyah, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, menjadi pelopornya. Ia mendorong upaya pencarian bentuk-bentuk baru kaligrafi. Dari sini, lahir beragam gaya tulisan kursif yang lebih mudah ditulis. Beberapa gaya utama yang muncul adalah Mudawwar atau bundar. Kemudian ada gaya Mabsut atau kaku. Gaya-gaya ini kemudian melahirkan variasi lain seperti Mail (miring) dan Naskh (inskriptif).

Hidup Lambat (Slow Living) ala Rasulullah: Menemukan Ketenangan di Kitab Nawawi

Tercatat salah satu kaligrafer termasyhur dari periode Umayyah adalah Qutbah al-Muharrir. Ia berjasa besar dalam mengembangkan tulisan kursif. Qutbah menemukan empat gaya tulisan yang saling melengkapi yaitu Thumar, Jalil, Nisf, dan Tsuluts. Tulisan Thumar yang tegak lurus digunakan untuk dokumen resmi istana. Sementara itu, gaya Jalil yang miring lebih banyak digunakan oleh masyarakat luas.

Puncak Keemasan pada Masa Dinasti Abbasiyah (750-1258 M)

Gerakan pengembangan seni khat mencapai puncak keemasannya pada masa Dinasti Abbasiyah. Para khalifah dan perdana menteri sangat mendukung perkembangan seni ini. Dukungan tersebut melahirkan banyak sekali kaligrafer yang ulet dan jenius. Nama besar yang paling berpengaruh dari era ini adalah Ibn Muqlah. Ia membawa sebuah revolusi dalam dunia kaligrafi. Ibn Muqlah berjasa besar bagi pengembangan tulisan kursif. Ia menemukan rumus geometris yang menjadi standar penulisan huruf. Rumus ini terdiri dari tiga unsur baku yaitu titik, huruf alif, dan lingkaran.

Menurut Ibn Muqlah, setiap huruf harus dibuat berdasarkan standar tersebut. Karyanya ini dikenal sebagai al-Khat al-Mansub  atau tulisan yang berstandar). Ia juga memelopori penggunaan enam macam tulisan pokok atau al-Aqlam al-Sittah. Gaya tersebut adalah Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riqa’, dan Tauqi’. Berkat usahanya, gaya Naskhi dan Tsuluts menjadi sangat populer. Keduanya berhasil menggeser dominasi Khat Kufi dalam penulisan. Usaha Ibn Muqlah dilanjutkan oleh murid-muridnya. Salah satunya adalah Ibn Bawwab yang menyempurnakan rumus gurunya. Kemudian, muncul Yaqut al-Musta’simi di akhir era Abbasiyah. Ia memperkenalkan metode penulisan yang lebih lembut dan halus lagi.

Penyebaran dan Inovasi Pasca-Abbasiyah

Setelah keruntuhan Dinasti Abbasiyah, seni kaligrafi tidak mati. Sebaliknya, ia terus menyebar dan berkembang di berbagai wilayah. Dari wilayah Islam bagian barat (Maghribi), berkembang gaya khas yang kemudian populer dengan nama gaya Khat Maghribi.

Riyadus Shalihin dan Fenomena FOMO: Mengapa Kita Takut Tertinggal?

Sementara itu, kerajaan-kerajaan Islam besar lainnya juga melahirkan karya agung. Dinasti Safawiyah di Persia, Mamluk di Mesir, dan Usmani di Turki menjadi pusat inovasi kaligrafi. Pada masa tersebut lahir gaya-gaya baru yang indah seperti  Ta’liq, Nasta’liq, Diwani, dan Riq’ah. Tokoh-tokoh besar seperti Hamdullah al-Amasi (Usmani) dan Mir Ali Tabrizi (Persia) muncul pada periode ini.

Kaligrafi di Era Modern dan Jejaknya di Nusantara

Saat ini, hanya beberapa gaya kaligrafi yang masih fungsional dan populer. Gaya Naskhi, Tsuluts, Riq’ah, Diwani, dan Kufi tetap bertahan. Selain itu, seni kaligrafi juga terus berevolusi. Muncul aliran kaligrafi kontemporer yang sering disebut “lukisan kaligrafi”. Aliran kontemporer ini seringkali “memberontak” dari kaidah klasik. Para seniman mengolah anatomi huruf secara lebih bebas dan ekspresif. Mereka menggabungkan huruf dengan latar belakang untuk menciptakan kesatuan visual.

Di Indonesia, seni kaligrafi Islam memiliki jejak sejarah yang kuat. Gaya Kufi dan Naskhi dapat ditemukan pada nisan-nisan kuno di Nusantara. Selain pada makam, kaligrafi juga menghiasi berbagai media lain. Mulai dari deluang, kayu, logam, hingga kanvas modern. Baik corak kaligrafi murni maupun lukisan kaligrafi, keduanya tumbuh subur dan berdampingan. Hal ini menunjukkan besarnya apresiasi masyarakat Indonesia terhadap seni Islam yang agung ini.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement