SURAU.CO. Ibadah haji menjadi ritual umat Muslim dalam setiap tahun. Jutaan umat Islam dari seluruh belahan dunia melaksanakan rukun Islam yang kelima tersebut di Tanah Suci Makah al-Mukaromah dan Madinah al-Munawaroh. Ibadah ini ternyata bukanlah sekadar perjalanan spiritual semata, melaksanakan rukun dan sunah Haji saja, tetapi Haji juga membawa pesan berdimensi sosial yang kuat yaitu tentang persatuan, kesetaraan, dan kepedulian.
Haji merupakan ibadah fardhu ‘ain bagi setiap Muslim yang istitho’ah. Artinya, mempunyai kemampuan secara multidimensi. Kemampuan ini meliputi empat hal yaitu:
- Ilmu: Memahami tata cara haji secara fikih.
- Fisik: Mampu menjalani rangkaian ibadah seperti sai dan wukuf.
- Materi: Memiliki biaya untuk menunaikannya.
- Mental Kemanusiaan: Kesadaran sosial yang peka terhadap realitas masyarakat.
Ini adalah aspek yang paling penting. Ibadah haji menanggalkan semua atribut duniawi. Contoh paling sederhana adalah orang yang berhaji harus memakai pakaian ihram yang menyimbolkan kesetaraan. Tak ada perbedaan antara pejabat dan rakyat, kaya dan miskin, serta pedagang dan petani, semuanya berdiri sejajar di hadapan Allah Swt.
Tiga Larangan, Tiga Pesan Moral
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah:197:
اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
” (Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam bulan-bulan itu, maka janganlah ia berkata-kata kotor (rafats), berbuat maksiat (fusuq), dan bertengkar (jidal) dalam menjalankan haji. Dan apa pun kebaikan yang kamu kerjakan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal.”
Tiga larangan tersebut berlaku tidak hanya selama pelaksanaan ibadah haji saja. Seharusnya, itu menjadi prinsip hidup setelah mereka pulang dari haji. Haji bukan hanya soal keberangkatan dan ritual, tetapi tentang Haji yang bisa membawa pulang semangat perubahan. Menahan diri dari berkata kasar, Menjauhi maksiat dan Menjaga harmoni adalah bentuk latihan. Itu semua untuk membentuk karakter sosial yang Islami.
Pesan Sosial: Menyatukan Umat dalam Keberagaman
Haji mempertemukan umat Islam dari berbagai bangsa, bahasa, dan latar belakang. Semua bergandengan dalam satu tujuan. Yaitu beribadah kepada Allah Swt. Tak ada sekat ras, warna kulit, atau status sosial. Ini adalah perwujudan nyata dari persatuan dalam keberagaman.
Haji mengajarkan bahwa umat Islam adalah satu tubuh. Perbedaan tidak untuk saling menjauh. Perbedaan untuk saling melengkapi. Itulah kekuatan sosial dari ibadah ini. Ibadah ini menguatkan ukhuwah Islamiyah. Ibadah ini menumbuhkan rasa kepedulian antar sesama.
Refleksi Sosial dari Perjalanan Ibadah Haji yang Mendalam
Setelah pulang dari ibadah haji, setiap Muslim seharusnya melakukan refleksi yang mendalam. Kira-kira kita bisa menakar diri kita sejauh mana makna dan substansi haji kemudian mengajukan pertanyaan sebagaimana berikut:
- Sudahkah kita menjadi pribadi yang adil dan peduli terhadap sesama?
- Sudahkah kita ikut mengurangi ketimpangan sosial di lingkungan masyarakat?
- Sudahkah ikut menjadi agen perdamaian, bukan pemicu perpecahan?
Kedisiplinan, kepekaan, dan semangat saling menolong terlihat selama ibadah haji. Semua itu adalah modal besar. Kita seharusnya bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ibadah Haji: Awal Komitmen Baru yang Berkelanjutan
Seorang yang telah menunaikan haji dengan sempurna dan berdampak baik dan postif di masyarakat disebut dengan “haji mabrur”, jika kemudian ibadahnya diterima dan membawa perubahan yang baik dan solih. Dampak positif bagi hidupnya dan kehidupan orang di sekitarnya. Maka, haji bukanlah akhir dari sebuah perjalanan ibadah. Haji adalah awal dari komitmen baru. Komitmen untuk menjadi lebih dekat kepada Allah.
Komitmen untuk lebih bermanfaat bagi sesama. kita berharap, semoga kita semua, baik yang telah berhaji maupun yang belum, senantiasa mampu meneladani nilai-nilai luhur ibadah ini. Amin. (Kareem Mustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
