Perkembangan media sosial yang begitu masif telah mengubah cara generasi muda Muslim dalam mengekspresikan nilai-nilai Islam. Platform seperti Instagram dan TikTok bukan sekadar sarana komunikasi, tetapi juga menjadi ruang penciptaan identitas religius.
Islam dan Media Sosial: Era Baru Gaya Hidup Generasi Muda
Media sosial berhasil mengaburkan batas antara otoritas agama tradisional dan otoritas baru. Influencer Muslim kini membentuk tren gaya hidup Islami yang lebih kontekstual dan modern.
Anak muda ikut membentuk gaya hidup baru seiring berkembangnya media sosial. Mereka menciptakan influencer melalui postingan-postingan yang terus bermunculan di beranda kita.
Konten Islami: Menarik, Kreatif, dan Relatable
Konten yang disampaikan influencer tidak melulu kaku dan normatif. Mereka menyajikan nilai-nilai Islam dengan pendekatan visual dan naratif yang segar. Tutorial hijab, refleksi spiritual, hingga cerita hijrah menjadi bagian dari dakwah digital yang akrab dengan kehidupan sehari-hari anak muda.
“Influencer Muslim tidak hanya menyebarkan informasi agama, tetapi juga merevitalisasi spiritualitas generasi milenial melalui media sosial.” tulis Arifin (2022).
Hijrah dan Tren Modest Fashion
Saat ini, tren hijrah semakin berkembang di ranah digital. Hashtag seperti #MuslimahBercadar dan #HijrahFest ramai diikuti. Gaya hidup Islami tak lagi identik dengan penampilan konservatif semata, tetapi tampil modis dengan tetap berpegang pada nilai syariat.
Menurut Lestari (2022), mikro-selebriti bercadar di media sosial turut membentuk narasi bahwa busana Muslim bisa stylish tanpa menghilangkan identitas religius.
Komunitas Digital: Ruang Aman dan Dukungan Sosial
Media sosial juga telah membentuk komunitas hijrah digital yang memungkinkan generasi muda saling berbagi pengalaman, tips ibadah, dan motivasi untuk istiqomah. Komunitas ini memberi dukungan emosional, terutama bagi mereka yang merasa terasing dari lingkungan sosialnya.
Penelitian yang dilakukan Yandani et al. (2025) menunjukkan bahwa komunitas ini mampu memperkuat pemahaman keislaman dan memperluas cakrawala toleransi.
Tantangan: Polarisasi dan Komersialisasi Nilai Agama
Meski punya banyak sisi positif, media sosial juga membawa tantangan. Komersialisasi nilai agama menjadi isu utama. Konten religius sering dikemas demi popularitas, bukan kedalaman makna. Bahkan, sebagian konten bisa memicu polarisasi dan konflik identitas.
Namun, perlu diingat bahwa kualitas konten dan daya tarik visual dari influencer dapat membentuk persepsi agama yang dangkal. Oleh karena itu, kawan Surau.co perlu lebih berhati-hati dalam memilih dan menyaring konten maupun influencer yang diikuti.
Literasi Digital: Kebutuhan Mendesak di Era Dakwah Virtual
Generasi muda perlu terus meningkatkan literasi digital religius. Mereka harus memilah konten yang membangun dan menolak konten yang provokatif. Para pendidik dan tokoh agama perlu bekerja sama untuk menyatukan pendidikan media dan nilai-nilai keagamaan secara seimbang, sehingga mereka dapat menjaga ruang digital tetap sehat dan inklusif.
Kita perlu menciptakan ruang dakwah yang moderat di dunia maya agar suara Islam yang ramah dan toleran terus hadir dan menginspirasi.
Islam, Digital, dan Masa Depan Gaya Hidup Anak Muda
Generasi muda kini mengaitkan gaya hidup Islami dengan perkembangan digital. Mereka memanfaatkan media sosial dan influencer sebagai jembatan antara nilai agama dan dunia modern. Meskipun menghadapi tantangan, mereka memanfaatkan ruang digital untuk menciptakan dakwah yang lebih kontekstual, kreatif, dan memberdayakan.
Mereka tidak sekadar mengikuti tren, tetapi aktif membentuknya. Dengan menampilkan wajah Islam yang relevan, tangguh, dan penuh harapan di tengah arus zaman yang terus berubah.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
