Sepuluh Kesalahan yang Banyak Dilakukan Kaum Muslimin Saat Berziarah Kubur.
Ziarah kubur adalah salah satu amalan yang dianjurkan dalam Islam, karena dapat mengingatkan manusia akan kematian dan kehidupan akhirat. Rasulullah SAW bersabda, “Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah kalian, karena ziarah kubur dapat mengingatkan kalian kepada akhirat.” (HR. Muslim)
Namun demikian, dalam pelaksanaannya banyak kaum Muslimin yang terjatuh pada kesalahan-kesalahan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Kesalahan ini bisa berasal dari kurangnya ilmu, pengaruh adat istiadat, atau bahkan praktik-praktik yang tidak berdasar dari Al-Qur’an dan Sunnah. Berikut ini sepuluh kesalahan umum dalam ziarah kubur yang seharusnya dihindari oleh setiap Muslim:
1. Meminta-minta kepada orang yang telah meninggal
Kesalahan paling fatal dan mendasar adalah menjadikan ziarah kubur sebagai sarana untuk meminta bantuan, rezeki, keselamatan, atau pertolongan dari orang yang telah meninggal. Ini termasuk dalam perbuatan syirik besar yang dapat membatalkan keislaman seseorang. Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu; sebab jika kamu berbuat (yang demikian itu), maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Yunus: 106)
2. Meyakini bahwa kuburan memiliki kekuatan supranatural
Sebagian kaum Muslimin meyakini bahwa ada kekuatan khusus di suatu makam tertentu, sehingga mereka datang untuk mencari berkah, bertawasul, atau mengambil tanah kuburan untuk jimat. Keyakinan ini termasuk bentuk takhayul dan dapat menjerumuskan ke dalam perbuatan bid’ah dan syirik. Islam hanya memperbolehkan berziarah dengan tujuan untuk mendoakan mayit, bukan mencari keberkahan dari benda atau tempat kuburan.
3. Membaca Al-Qur’an di atas kuburan sebagai hadiah pahala
Kebiasaan ini sering dilakukan oleh masyarakat, seperti membaca Surah Yasin atau Al-Fatihah di atas makam. Namun, tidak ada dalil shahih dari Rasulullah SAW ataupun para sahabat yang menunjukkan bahwa mereka melakukan hal ini. Para ulama berbeda pendapat mengenai sampainya pahala bacaan Al-Qur’an kepada mayit. Namun yang pasti, amalan yang paling disepakati dan dianjurkan saat ziarah adalah mendoakan si mayit, bukan membaca Al-Qur’an di atas kuburan.
4. Melakukan ritual tertentu yang tidak diajarkan Nabi
Banyak ritual seperti tabur bunga, membakar kemenyan, menaburkan air mawar, atau memberi sesajen saat berziarah. Semua ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi SAW, para sahabat, atau generasi salaf. Maka praktik tersebut tidak termasuk bagian dari sunnah, bahkan sebagian darinya menyerupai ritual agama lain yang bisa membawa kepada bid’ah dan kesesatan.
5. Menjadikan hari-hari tertentu sebagai waktu khusus untuk ziarah
Ziarah kubur dapat dilakukan kapan saja tanpa ditentukan hari khusus seperti malam Jumat, Idul Fitri, Idul Adha, atau tanggal tertentu dalam bulan Islam. Menentukan hari tertentu tanpa dalil adalah bentuk penambahan dalam agama yang tidak diajarkan Rasulullah, dan termasuk perbuatan bid’ah. Islam mengajarkan fleksibilitas dalam beramal, selama tidak melanggar batasan syariat.
6. Menangis berlebihan dan meratapi di kuburan
Sebagian orang saat berziarah tidak dapat menahan emosinya sehingga menangis dengan histeris, meratap, bahkan menyalahkan takdir. Ini adalah bentuk kesedihan yang dilarang dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda: “Bukan termasuk golongan kami orang yang memukul pipi, merobek baju, dan menyeru dengan seruan jahiliyah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ziarah seharusnya menumbuhkan rasa tenang, introspeksi, dan keikhlasan kepada Allah.
7. Mengadakan jamuan makan di kuburan
Ada tradisi mengadakan makan bersama di pemakaman atau setelah pulang ziarah, dengan keyakinan untuk ‘mengirim’ pahala kepada mayit. Padahal tidak ada anjuran syar’i mengenai hal ini. Makanan yang disediakan sebaiknya untuk orang yang berduka, bukan dari pihak keluarga mayit kepada tamu. Memberi makan sebagai bentuk sedekah untuk mayit diperbolehkan, tapi harus dilakukan dengan benar dan tanpa ritual tambahan.
8. Berpakaian tidak sesuai syariat saat berziarah
Ironisnya, banyak yang berziarah dengan pakaian ketat, tidak menutup aurat, atau memakai parfum yang mencolok. Ini sangat bertentangan dengan makna ziarah yang seharusnya membawa keinsafan dan mendekatkan diri pada Allah. Ziarah kubur seharusnya menjadi momen untuk memperbaiki akhlak dan busana, bukan malah mempertontonkan yang bertentangan dengan Islam.
9. Mengabaikan adab dan tata cara ziarah
Ziarah bukan sekadar hadir di makam, tetapi juga ada adab dan doa yang harus diperhatikan. Rasulullah mengajarkan doa ketika masuk ke pemakaman:
“Assalaamu ‘alaikum ahlad-diyaari minal-mu’miniina wal-muslimiin, wa innaa insyaa Allaahu bikum laahiqoon, nas’alullaaha lanaa wa lakumul-‘aafiyah.”
(Muslim)
Menghadap ke arah kuburan, mendoakan dengan ikhlas, dan menjaga kesopanan adalah hal yang sangat penting saat ziarah.
10. Meninggikan kuburan atau membuat bangunan di atasnya
Sebagian keluarga membuat bangunan megah di atas makam seperti kubah, nisan besar, atau bahkan mendirikan mushalla dan tempat ibadah. Ini adalah perbuatan yang bertentangan dengan sunnah Nabi. Rasulullah melarang meninggikan kuburan atau membangun di atasnya. Dalam riwayat Muslim disebutkan: “Rasulullah SAW melarang mengecat kuburan, duduk di atasnya, dan membangun di atasnya.”
Penutup: Ziarah Kubur yang Sesuai Syariat
Ziarah kubur adalah ibadah yang memiliki nilai spiritual tinggi. Ia dapat melembutkan hati, mengingatkan akan kematian, dan menumbuhkan ketaatan. Namun, semua itu hanya akan tercapai jika dilakukan sesuai tuntunan Rasulullah SAW.
Beberapa langkah penting agar ziarah menjadi ibadah yang benar:
1. Niatkan karena Allah, bukan untuk adat atau tradisi.
2. Bersihkan hati dari niat mencari berkah atau bantuan dari arwah.
3. Gunakan waktu ziarah untuk mendoakan para ahli kubur, bukan meratap.
4. Perhatikan adab dan kesopanan, baik dalam ucapan, pakaian, maupun perbuatan.
5. Jauhi semua bentuk ritual tambahan yang tidak berdasar syariat.
Dengan mengikuti tuntunan yang benar, ziarah kubur akan menjadi sarana introspeksi dan meningkatkan kualitas iman seorang Muslim. Semoga kita semua diberikan taufik oleh Allah SWT untuk mengamalkan agama ini sesuai dengan petunjuk Rasul-Nya.
Referensi: Al-Qur’anul Karim, Shahih Bukhari dan Muslim, Kitab Tauhid oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Al-Qaulul Mufid karya Syaikh Ibnu Utsaimin, Fatwa-fatwa Lajnah Daimah KSA, Ditulis berdasarkan karya: Berik Said. Keterangan Foto (Tengku Iskandar)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
