Beranda » Berita » Lembut Seperti Racun: Menyingkap Kekeliruan Memaknai Akhlak

Lembut Seperti Racun: Menyingkap Kekeliruan Memaknai Akhlak

LEMBUT TAPI SEPERTI RACUN: MENYINGKAP KEKELIRUAN MEMAKNAI AKHLAQ.

 

Pendahuluan: Akhlaq, antara kelembutan dan kebenaran

Dalam kehidupan sosial umat Islam, akhlaq menjadi bagian penting yang sangat diagungkan. Setiap muslim dituntut untuk berakhlaq mulia, mengikuti jejak Nabi Muhammad ﷺ yang diutus untuk menyempurnakan akhlaq manusia. Namun, dalam realitas hari ini, banyak orang keliru dalam memahami apa itu akhlaq. Salah satu kekeliruan yang sering terjadi adalah menyamakan kelembutan sikap dengan baiknya akhlaq, tanpa melihat prinsip aqidah dan manhaj yang menjadi fondasi dalam Islam.

Ada kalanya seseorang tampil sangat lembut dalam ucapan dan perilaku, mudah bergaul dengan siapa saja, ramah kepada semua orang tanpa pandang bulu. Namun, di balik kelembutan itu, tersembunyi pemikiran-pemikiran menyimpang, aqidah yang rusak, serta manhaj yang menjauh dari sunnah. Inilah yang disampaikan oleh Ustadz Abdurrahman Thoyyib hafizhahullah dalam faedah kajian beliau, bahwa ada orang yang lembut tapi seperti racun. Kenyataan ini harus menjadi perhatian setiap muslim agar tidak tertipu oleh wajah lembut yang justru menyimpan bahaya besar bagi iman dan keselamatan agama.

Linda Sari: Ketulusan yang Lembut, Kekuatan yang Diam

1. Akhlaq dalam Islam: Definisi yang Shahih

Akhlaq dalam pandangan Islam bukan sekadar perilaku luar yang lembut atau menyenangkan, melainkan hasil dari aqidah yang lurus dan pemahaman agama yang benar. Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa akhlaq merupakan buah dari iman. Jika iman seseorang lurus, maka akhlaqnya pun akan lurus. Karena itu, tidak mungkin seseorang dikatakan memiliki akhlaq mulia jika aqidahnya rusak dan manhajnya menyimpang.

Rasulullah ﷺ sendiri adalah teladan dalam akhlaq yang agung. Namun beliau tidak pernah mencampuradukkan antara akhlaq dan kompromi terhadap penyimpangan. Nabi ﷺ bersikap lembut kepada yang taat, tegas kepada yang menyimpang, dan sangat keras terhadap ahli bid’ah. Maka, meneladani akhlaq beliau harus secara utuh, bukan hanya pada kelembutannya saja.

2. Ahli Bid’ah dan Wajah Lembut yang Menyesatkan

Ustadz Abdurrahman Thoyyib menyebutkan bahwa banyak dari ahli bid’ah yang dikenal sebagai orang yang sangat lembut, sopan, dan penuh toleransi. Mereka tidak tampak keras, tidak suka mencaci, bahkan seolah lebih baik dari sebagian penuntut ilmu. Namun, kelembutan mereka justru menjadi pintu masuk untuk menyebarkan penyimpangan aqidah. Inilah yang disebut sebagai lembut tapi seperti racun.

Koreksi atas Kekeliruan Persepsi dari Pengamat pada Menhan dan Bandara IMIP Morowali

Seseorang bisa saja terlihat lembut, tetapi di baliknya menyebarkan pemahaman murji’ah, sufi ekstrim, atau bahkan syi’ah. Mereka menebar pengaruh melalui pendekatan emosional dan hubungan sosial, bukan dengan hujjah dan kebenaran. Akibatnya, banyak orang awam tertarik, bahkan membela mereka tanpa mengetahui bahaya besar di balik manisnya kata-kata.

3. Kesalahan Umum: Menganggap Siapapun yang Lembut adalah Baik

Dalam masyarakat kita, standar kebaikan seringkali bergeser menjadi sekadar keramahan dan sikap sopan. Siapa yang senyum, ramah, dan tidak pernah mencela, langsung dianggap sebagai orang shalih. Padahal, dalam Islam, standar kebaikan adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta kesesuaian dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

Banyak orang yang akhirnya tertipu oleh wajah lembut ahli bid’ah. Mereka tidak kritis terhadap isi ceramah, buku, atau tulisan-tulisan mereka. Yang dinilai hanya tampilan luar: pembawaan lembut, retorika indah, dan tidak suka mengkritik. Padahal, justru di situlah bahaya mengintai. Mereka bisa mempengaruhi tanpa terdeteksi, bagaikan racun yang dimasukkan dalam madu.

4. Manhaj Bunglon: Campur dengan Siapa Saja

Minhājul ‘Ārifīn: Jalan Para Pencari Kedekatan dengan Allah

Ustadz juga menyinggung tentang fenomena bunglon dalam dakwah. Yakni, orang-orang yang tidak punya prinsip jelas dalam manhaj. Mereka bisa bergaul dan bekerja sama dengan siapa saja tanpa melihat aqidah dan manhaj lawan bicara. Hari ini bersama ahlussunnah, besok bersama sufi ekstrem, lusa duduk bersama syi’ah atau liberal.

Perilaku semacam ini jelas menyimpang dari manhaj salaf. Para ulama terdahulu sangat menjaga diri dari duduk bersama ahli bid’ah. Bahkan sebagian dari mereka berkata, “Jika kamu melihat seseorang duduk bersama ahli bid’ah, maka jauhilah dia.” Ini bukan karena kebencian pribadi, tapi demi menjaga agama dari racun yang tidak tampak secara kasat mata.

5. Kriteria Akhlaq yang Benar Menurut Ulama Salaf

Akhlaq bukan semata-mata bersikap lembut, tapi mencakup beberapa kriteria:

1. Ikhlas karena Allah: Akhlaq lahir dari hati yang bersih, bukan demi pujian manusia.

2. Berlandaskan ilmu dan hujjah: Tidak asal bersikap baik, tetapi tahu batasan benar dan salah.

3. Menjaga aqidah dan manhaj: Tidak mencampur aduk antara kebenaran dan penyimpangan.

4. Tegas dalam kebenaran: Bersikap lembut kepada yang taat, tegas kepada pelaku bid’ah dan maksiat.

5. Mengikuti teladan Nabi ﷺ dan para sahabat: Tidak membuat standar baru dalam akhlaq.

6. Bahaya Jika Standar Akhlaq Salah

Jika umat Islam terus salah dalam memahami akhlaq, maka akibatnya sangat fatal:

Penyimpangan dianggap biasa: Karena pelakunya lembut, maka bid’ah dianggap bukan masalah besar.

Generasi muda terseret: Anak-anak muda tertarik kepada guru yang ramah tapi sesat.

Da’wah sunnah terpinggirkan: Karena terlalu tegas, para da’i sunnah ditinggalkan masyarakat.

Umat kehilangan arah: Karena tidak ada lagi pembeda antara haq dan batil, semuanya dianggap baik.

7. Solusi: Pendidikan Manhaj dan Aqidah Sejak Dini

Agar umat tidak tertipu oleh kelembutan palsu, maka solusi utama adalah:

Mengajarkan aqidah shahihah sejak kecil: Anak-anak harus kenal tauhid, syirik, sunnah, dan bid’ah.

Mengenalkan ulama salaf: Siapa yang layak dijadikan rujukan, siapa yang harus dijauhi.

Mendidik kritis terhadap isi ceramah dan tulisan: Tidak semua yang tampak baik itu benar.

Menjaga lingkungan pergaulan ilmiah: Duduk di majelis para ustadz yang lurus manhajnya.

Penutup: Waspadalah Terhadap Racun yang Manis

Di zaman fitnah seperti hari ini, tidak cukup hanya bermodal lembut. Kelembutan tanpa ilmu dan manhaj hanya akan menjadi alat penyebar kesesatan. Karena itu, seorang muslim harus selalu waspada terhadap orang-orang yang tampil ramah tapi menyebarkan pemahaman batil. Jangan tertipu oleh wajah lembut, tapi lihatlah isi hati dan prinsip hidupnya.

Sebagaimana disampaikan oleh Ustadz Abdurrahman Thoyyib hafizhahullah, “Jangan tertipu oleh orang yang akhlaqnya lembut tapi aqidahnya rusak. Itu seperti racun yang mematikan meskipun dicampur madu.” Maka, marilah kita berpegang teguh pada kebenaran, menuntut ilmu dari sumber yang terpercaya, dan tidak mudah terpedaya oleh tampilan luar yang menipu. Faedah Kajian: Ustadz Abdurrahman Thoyyib hafizhahullah, Syarah Aqidah Wasithiyah – Pertemuan ke-4, Disarikan oleh: penasalaf.  (Husnatul Azizah/Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement