Kalam
Beranda » Berita » Mengenal Sifat Tergesa-gesa: Tabiat Manusia

Mengenal Sifat Tergesa-gesa: Tabiat Manusia

SURAU.CO – Manusia sering kali terjebak dalam sifat tergesa-gesa. Perilaku ini merupakan sebuah tabiat buruk yang merugikan diri sendiri. Tidak hanya itu, orang lain di sekitar kita juga bisa merasakan dampak negatifnya. Sikap terburu-buru biasanya lahir tanpa pertimbangan yang jernih dan pemikiran yang mendalam. Oleh karena itu, kita semua perlu berusaha meninggalkannya. Sebagai gantinya, kita harus membiasakan sikap hati-hati. Sikap inilah yang akan membawa kita menuju keselamatan dan kesuksesan dalam hidup.

Dampak Buruk Ketergesaan di Berbagai Aspek Kehidupan

Bahaya dari sifat tergesa-gesa menyebar ke berbagai sisi kehidupan. Dampaknya bisa kita lihat dalam aktivitas sehari-hari hingga keputusan besar yang menentukan masa depan.

Sebagai contoh nyata, banyak orang sering tergesa-gesa saat berkendara di jalan raya. Perilaku ini secara langsung meningkatkan risiko kecelakaan. Saat terburu-buru, seorang pengemudi akan kehilangan fokus dan sulit mengendalikan kendaraannya. Tentu saja, hal ini sangat membahayakan nyawanya dan juga nyawa pengguna jalan lainnya. Padahal, keselamatan di jalan raya menuntut kesabaran dan kewaspadaan penuh.

Selanjutnya, di era digital seperti sekarang, bahaya serupa juga mengintai di dunia maya. Banyak orang dengan mudahnya membagikan informasi tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu. Akibatnya, mereka tanpa sadar menyebarkan berita bohong atau hoaks. Tindakan gegabah ini dapat merusak reputasi seseorang dan menimbulkan keresahan di masyarakat. Bahkan, sudah ada contoh kasus hukum yang menjerat individu karena gegabah menyebar ancaman melalui media sosial.

Tidak hanya itu, para pendakwah juga harus mewaspadai sifat ini. Seorang pendakwah perlu mempersiapkan materi ceramahnya dengan matang. Jika ia tergesa-gesa, isi ceramah yang ia sampaikan berpotensi memecah belah umat. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi keharmonisan sosial. Seorang dai memikul tanggung jawab besar untuk menyampaikan pesan yang menyejukkan dan mempersatukan.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Dunia akademik juga tidak luput dari dampak buruk ketergesaan. Misalnya, seorang akademisi mungkin berambisi untuk meraih gelar profesor secepat mungkin. Ambisi yang tidak terkendali ini dapat mendorongnya untuk melakukan kecurangan. Ritme kerja menjadi tidak sehat dan ia bisa saja menghalalkan segala cara. Padahal, dunia akademik menuntut integritas tinggi untuk menghasilkan ilmuwan sejati.

Hal yang sama berlaku untuk keputusan penting dalam hidup, seperti memilih pasangan. Seseorang yang terburu-buru menikah bisa jadi akan merasakan penyesalan di kemudian hari. Ia mungkin akan mendapatkan pasangan yang karakternya tidak sesuai dengan harapan. Oleh sebab itu, proses pengenalan yang membutuhkan waktu dan kesabaran menjadi sangat krusial.

Pandangan Agama: Ketergesaan Datang dari Syaitan

Agama Islam secara tegas memandang sifat tergesa-gesa sebagai sesuatu yang buruk. Rasulullah ﷺ mengingatkan kita bahwa sumber dari perilaku ini adalah syaitan. Beliau bersabda:

الْأَنَاةُ مِنْ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنْ الشَّيْطَانِ

Artinya: “Al-anah (berhati-hati) dari Allah dan tergesa-gesa dari syaitan” (HR Imam Tirmidzi).

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Sesuatu yang berasal dari syaitan sudah pasti membawa keburukan. Ketergesaan membuat kita kehilangan waktu untuk berpikir jernih dan mempertimbangkan segala sesuatu secara mendalam. Sebaliknya, lawan dari sifat ini adalah al-anah, yaitu kehati-hatian. Sikap ini datangnya dari Allah Ta’ala, sehingga sudah pasti membawa kebaikan.

Lebih lanjut, Al-Qur’an juga menyoroti sifat dasar manusia yang cenderung terburu-buru. Dalam Surat Al-Isra ayat 11, Allah Ta’ala berfirman:

وَيَدْعُ ٱلْإِنسَٰنُ بِٱلشَّرِّ دُعَآءَهُۥ بِٱلْخَيْرِ ۖ وَكَانَ ٱلْإِنسَٰنُ عَجُولًا

Artinya: Dan manusia berdoa untuk keburukan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.

Menurut Tafsir Assa’di, ayat ini menjelaskan bahwa karena sifat tergesa-gesanya, manusia kadang mendoakan keburukan bagi dirinya, anaknya, atau hartanya. Namun, karena kasih sayang-Nya, Allah hanya mengabulkan doa-doa yang baik dan tidak mengabulkan doa buruk yang dipanjatkan akibat ketergesaan.

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Al-Anah: Menumbuhkan Kehati-hatian sebagai Solusi

Setelah memahami bahayanya, solusi untuk melawan sifat tergesa-gesa adalah dengan menumbuhkan al-anah atau kehati-hatian. Sikap ini merupakan salah satu sifat yang sangat Allah cintai. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda kepada seorang sahabat:

إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالْأَنَاةُ

Artinya: “Sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang Allah cintai yaitu mudah memaafkan dan berhati-hati” (HR Imam Muslim).

Dengan demikian, marilah kita senantiasa berusaha untuk menghindari sifat tergesa-gesa dalam setiap urusan. Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan kita semua sifat kehati-hatian agar setiap tindakan kita didasarkan pada pertimbangan yang matang. Pada akhirnya, sikap inilah yang menjadi kunci keselamatan dan keberkahan dalam hidup.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement