Beranda » Berita » Hidup adalah Ujian, Cobaan Menuju Allah

Hidup adalah Ujian, Cobaan Menuju Allah

Surau.co Setiap insan, cepat atau lambat, akan melewati cobaan dalam hidup—baik dalam bentuk kesusahan maupun kemudahan. Dalam perspektif Islam, ujian merupakan bagian tak terpisahkan dari perjalanan menuju Allah. Dengan kata lain, hidup bukanlah kebetulan. Ia adalah ladang ujian yang menyeleksi siapa yang benar-benar jujur dalam keimanan dan siapa yang hanya berpura-pura.

Hal ini ditegaskan secara eksplisit oleh Allah dalam Surat Al-Mulk ayat 2:

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
(QS. Al-Mulk: 2)

Melalui ayat ini, kita dapat memahami bahwa hidup dan mati tidak sekadar peristiwa biologis semata. Sebaliknya, keduanya merupakan bagian dari sistem evaluasi spiritual yang Allah tetapkan bagi makhluk-Nya. Maka, setiap detik kehidupan adalah kesempatan untuk menunjukkan kualitas amal, ketulusan hati, dan kesungguhan dalam menapaki jalan-Nya.

Cobaan dalam Hidup: Jalan Menuju Allah

Gus Baha, seorang ulama asal Rembang yang begitu banyak penggemarnya kalangan muda, kerap menyampaikan bahwa hidup tidak akan pernah sepi dari ujian. Menurutnya, justru di balik setiap masalah, terdapat peluang besar untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Mengenal Dunia agar Tidak Tertipu olehnya: Tafsir Hikmah Al-Hikam

Dalam salah satu ceramahnya, Gus Baha menegaskan dengan lugas:

“Masalah itu bagian dari hidup. Kalau kamu berharap hidup tanpa masalah, berarti kamu berharap hidup tanpa ujian. Dan itu mustahil.”

Lebih lanjut, Gus Baha juga mengingatkan bahwa ujian tidak selalu datang dalam bentuk kesulitan. Sebaliknya, kenikmatan pun bisa menjadi bentuk ujian yang halus namun menyesatkan. Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa kemudahan hidup justru berpotensi menjauhkan mereka dari rasa syukur dan ketaatan.

Sebagai pendalaman, Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa hidup dan mati merupakan instrumen untuk mengukur tingkat ketaatan manusia kepada Tuhannya. Hidup adalah ruang dan waktu tempat manusia diuji, sedangkan mati menjadi titik penutup sesi pengujian tersebut.

Selain itu, Tafsir ini juga menyoroti dua sifat penting Allah yang disebut dalam ayat tersebut, yaitu Maha Perkasa dan Maha Pengampun. Sifat Maha Perkasa menunjukkan kekuasaan Allah dalam menetapkan ujian bagi siapa pun, sementara sifat Maha Pengampun memberi harapan bagi mereka yang pernah gagal dalam ujian, asalkan mereka bersedia untuk bertaubat dan memperbaiki diri.

Panjang Umur Belum Tentu Bermakna: Hikmah dalam Al-Hikam tentang Kualitas Usia

Dengan demikian, ujian hidup dalam Islam tidak hanya menjadi beban, melainkan peluang untuk tumbuh, menyadari diri, dan mempererat hubungan spiritual dengan Sang Pencipta

baca juga: Kronologi Tewasnya 2 OPM saat Operasi Penyergapan TNI di Yahukimo

Tafsir Al-Misbah: Nikmat pun Bisa Menguji

Prof. Dr. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah memperluas pemahaman tentang ujian. Menurutnya, ujian tidak hanya berupa penderitaan. Ujian bisa hadir lewat nikmat yang besar. Apakah seseorang tetap rendah hati saat diberi kekayaan?  masih ingatkah pada Allah dalam kenyamanan?

“Apakah seseorang tetap istiqamah ketika ia mendapatkan nikmat besar? Apakah ia tetap bersyukur dan tidak lalai terhadap kewajibannya kepada Allah?”

Pertanyaan itu membuka ruang refleksi bahwa ujian bukan hanya luka, tetapi juga pujian dan kelimpahan.
Kitab Al-Hikam: Ujian sebagai Sarana Pendidikan Ilahi
Ibnu Athaillah dalam Kitab Al-Hikam menyebut ujian sebagai cara Allah mendidik hamba-Nya. Ia menulis:
“Janganlah engkau merasa gelisah karena kesulitan yang menimpamu, karena bisa jadi kesulitan itu adalah jalan yang Allah bukakan untukmu agar semakin dekat kepada-Nya.”
Ujian adalah kasih sayang tersembunyi. Mereka yang sabar akan diproses untuk lebih memahami makna ketundukan kepada Tuhan.

Bahagia di Tengah Luka: Rahasia Spiritual Dzikir dari Al-Hikam

Ihya Ulumuddin: Ujian Menyempurnakan Akhlak

Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menekankan bahwa ujian membentuk karakter sejati. Ia menyatakan bahwa banyak orang beramal, tetapi masih menyimpan rasa bangga, iri, atau sombong. Ujian datang untuk membersihkan jiwa.
“Barang siapa yang bersabar dalam menghadapi ujian, maka ia akan mendapatkan kedekatan dengan Allah yang tidak bisa dicapai dengan amal biasa.”
Sikap sabar bukan hanya diam, tetapi tetap taat dalam tekanan.

baca juga: Kisah Mengagumkan Ratu Balqis dan Kebijaksanaan Nabi Sulaiman AS

 Liku-Liku Hidup Adalah Ladang Ujian

Dari penjelasan Gus Baha, Tafsir Jalalain, Al-Misbah, hingga kitab klasik seperti Al-Hikam dan Ihya, dapat disimpulkan bahwa hidup adalah proses uji coba yang menyeluruh. Bukan hanya penderitaan yang menguji. Kemudahan, pujian, dan kekayaan pun bagian dari ujian.
Saat diuji, manusia perlu bertanya: “Apa yang ingin Allah ajarkan padaku melalui ini?” Dengan pertanyaan itu, ujian menjadi alat pertumbuhan, bukan beban yang menyiksa.(Abi Elfausto)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement