Kalam
Beranda » Berita » Shimtud Duror: Warisan Cinta dan Kerinduan kepada Rasulullah

Shimtud Duror: Warisan Cinta dan Kerinduan kepada Rasulullah

SURAU.CO-Kitab Maulid Shimtud Duror adalah untaian mutiara yang merangkai kisah agung Sang Nabi. Ia menjadi warisan tak ternilai yang terus menggemakan cinta dan kerinduan umat kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW dalam sifat lemah lembutnya, sikap santun dan ramahnya dalam bicara sekaligus juga adab dan perjalanan kehidupannya.

Gema Sholawat di Bulan Maulid

Masyarakat Indonesia sangat akrab dengan tradisi maulidan. Terutama di kalangan pesantren dan warga Nahdliyin. Memasuki bulan Rabiul Awal atau Bulan Maulud, gema sholawat membahana di seluruh penjuru negeri. Masjid, mushola, dan majelis taklim serentak melantunkannya sebagai wujud syukur.

Perayaan ini hadir dalam beragam bentuk kearifan lokal. Ada yang menggelar tarian sufi, rodat, hingga hadrah yang diiringi rebana. Ada pula yang menyenandungkan syair pujian dengan lagu daerah. Semua ekspresi ini memiliki satu tujuan mulia: menunjukkan kecintaan mendalam kepada manusia agung akhir zaman, Rasulullah SAW.

Di tengah perayaan itu, pembacaan kitab-kitab sirah nabawiyah menjadi menu utama. Banyak jamaah yang hafal setiap bait sholawat, riwayat, hingga doanya. Mereka tidak hanya melantunkan, tetapi juga memahami maknanya. Di antara kitab-kitab populer seperti Al-Barzanji dan Dziyaul Lami’, Kitab Maulid Shimtud Duror memiliki tempat istimewa di hati umat.

Mengenal Sang Penyusun Shimtud Duror

Sosok di balik mahakarya ini adalah seorang ulama besar dari Hadramaut. Beliau adalah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi. Beliau lahir di kota Qasam, Yaman, pada hari Jumat, 24 Syawal 1259 H (17 November 1843 M).

Menggali Makna Kehidupan dan Kematian

Habib Ali menyusun kitab maulid ini pada usianya yang ke-68 tahun, tepatnya pada tahun 1330 H (1912 M). Karya ini lahir hanya dua tahun sebelum beliau wafat pada 20 Rabi’ul Akhir 1333 H (6 Maret 1915 M). Berkat karya monumentalnya ini, Habib Ali Al-Habsyi mendapatkan julukan agung, Shahibul Maulid Simthud Duror.

Shimtud Duror : Untaian Mutiara Kisah Sang Nabi

Secara harfiah, Shimtud Duror berarti “Untaian Mutiara”. Nama ini sangat mewakili isinya yang indah. Kitab ini memuat syair-syair luhur tentang perjalanan hidup Rasulullah SAW. Habib Ali merangkainya dalam bentuk prosa (natsr) dan puisi (syi’r) yang sangat menyentuh.

Kitab ini terbagi menjadi 14 pasal yang sistematis. Setiap pasalnya mengupas akhlak, kepribadian, dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW. Beberapa pesan utamanya antara lain:
Sambutan Alam Semesta: Kitab ini menggambarkan betapa seluruh alam semesta bersukacita menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Hakikat Nur Muhammad: Shimtud Duror menjelaskan bahwa Nur Nabi Muhammad adalah ciptaan Allah SWT yang paling awal. Bahkan, alam semesta ini tercipta karena adanya Nur tersebut.

Ajakan Bergembira: Kitab ini mengajak seluruh umat manusia untuk merayakan kelahiran Nabi dengan penuh kebahagiaan.
Pada intinya, Shimtud Duror adalah kitab sholawat yang sarat dengan doa dan fadhilah. Pembacanya berharap mendapat petunjuk dan kebahagiaan melalui keberkahan Rasulullah SAW.

Cinta Rasulullah Saw yang Terukir dalam Ayat Laqad Jaa’akum

Melodi Kerinduan Para Munsyid Ternama

Gaya bahasanya yang syahdu membuat Shimtud Duror cepat tersebar ke seluruh dunia. Indonesia menjadi salah satu tempat perkembangannya yang paling subur. Kitab ini tidak asing bagi para pecinta sholawat di tanah air.

Para munsyid ternama sering melantunkan bait-baitnya dengan penuh penghayatan. Sebut saja Habib Syech Bin Abdul Qadir Assegaf bersama Ahbabul Musthofa-nya. Ada pula Habib Ali Zainal Abidin Assegaf dengan majelis Az-Zahir, serta Habib Zaidan Yahya bersama Hadrah Sekar Langit. Nama-nama seperti Gus Ilham Kudus, Gus Wahid Yogyakarta, dan Gus Azmi Muhammad Blitar juga turut mempopulerkannya.

Lebih dari Sekadar Bacaan, Sebuah Wirid Kehidupan

Shimtud Duror bukan sekadar buku sejarah biasa. Ia memiliki keutamaan dan keberkahan tersendiri bagi siapa pun yang membacanya. Banyak orang merasakan ketenangan batin saat melantunkannya. Hati mereka terasa tenang dan ayem tentrem, seakan merasakan kehadiran Rasulullah SAW di dalam majelis.

Fenomena ini membuktikan bahwa karya Habib Ali Al-Habsyi sangat diterima oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, alangkah baiknya kita menjadikan kitab ini sebagai wirid harian. Jangan hanya membacanya saat ada acara maulidan, akikahan, atau syukuran semata.

Dengan membacanya secara istiqamah, kita akan lebih mengenal sejarah Rasulullah. Kita juga dapat meneladani sifat-sifat mulianya dan semoga amalan ini dapat menambah kecintaan kita serta menjadi jalan untuk meraih syafaat agungnya kelak. Amin Ya Rabbal Alamin. (kareem Mustofa)

Pesan Abadi Rasulullah SAW: Fondasi Kepemimpinan yang Berintegritas dan Melayani Umat


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement