Sejarah
Beranda » Berita » Situs Warungboto : Pesona Pesanggrahan Bersejarah di Jantung Yogyakarta

Situs Warungboto : Pesona Pesanggrahan Bersejarah di Jantung Yogyakarta

Situs Warungboto ( Foto/https://warungbotokel.jogjakota.go.id/page/index/situs-warungboto)

SURAU>CO – Yogyakarta menyimpan banyak peninggalan bersejarah yang menawan. Salah satunya adalah Situs Warungboto, sebuah kompleks bangunan dari abad ke-18. Tempat ini awalnya berfungsi sebagai Pesanggrahan Rejowinangun. Kini, situs ini menjadi destinasi wisata populer dengan arsitektur yang sangat fotogenik.

Pesanggrahan ini merupakan karya Sri Sultan Hamengkubuwono II. Beliau membangunnya saat masih berstatus putra mahkota dengan nama Pangeran Rejakusuma. Pembangunan pesanggrahan ini menjadi bukti kecintaan beliau terhadap seni bangunan. Bahkan, Sultan Hamengkubuwono II dikenal sebagai “Raja pembangunan pesanggrahan” karena produktivitasnya.

Sejarah Pembangunan Pesanggrahan Rejowinangun

Pembangunan pesanggrahan di Yogyakarta tidak lepas dari sejarah Keraton. Setelah Perjanjian Giyanti pada 1755, Pangeran Mangkubumi mendirikan Kasultanan Yogyakarta. Beliau bergelar Sultan Hamengkubuwono I. Sultan kemudian membangun berbagai fasilitas pendukung kerajaan. Fasilitas tersebut meliputi kraton, benteng, hingga pesanggrahan.

Sultan Hamengkubuwono I membangun beberapa pesanggrahan, seperti Ambarketawang dan Tamansari. Penerus selanjutnya melanjutkan tradisi ini. Sultan Hamengkubuwono II sangat aktif membangun pesanggrahan sejak menjadi putra mahkota.

Sumber sejarah seperti Babad Momana dan tulisan J.F. Walrofen van Nes mencatat pembangunan Pesanggrahan Rejowinangun. Pembangunannya dimulai pada tahun 1711 Jawa atau 1785 Masehi. Dalam Babad Momana disebutkan, “…1711 tahun Dal, Kanjeng Gusti awit yasa ing Rejawinangun…”. Ini menegaskan bahwa pembangunannya adalah inisiatif sang putra mahkota.

Mustafa Kemal Ataturk: Modernisasi dan Perkembangan Islam Modern

Fungsi Unik: Istirahat, Pemandian, dan Pertahanan

Pesanggrahan Rejowinangun memiliki fungsi yang beragam. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat peristirahatan raja dan keluarga. Suasananya dirancang tenang dan nyaman, lengkap dengan taman serta kolam.

Keistimewaan utamanya adalah adanya sebuah mata air atau “TUK”. Air dari mata air ini ditampung dalam sebuah kolam pemandian eksklusif. Kolam tersebut menjadi tempat bagi keluarga kerajaan untuk membersihkan diri. Sayangnya, kini mata air itu tidak lagi mengalir, sehingga kolamnya menjadi kering.

Selain untuk rekreasi, bangunan ini juga berfungsi sebagai benteng pertahanan. Lokasinya di sisi timur Keraton Ngayogyakarta menjadikannya pos strategis. Arsitekturnya mendukung fungsi ini. Terdapat dua bangunan tinggi di sisi utara dan selatan. Bangunan ini berfungsi sebagai gardu pandang untuk mengintai musuh dari kejauhan.

Arsitektur Khas dan Asal Mula Nama Warungboto

Arsitektur Situs Warungboto sangat khas. Bangunan ini seluruhnya terbuat dari batu bata merah. Dindingnya sangat tebal tanpa menggunakan struktur kayu sama sekali. Keunikan ini memberikan kesan kokoh dan megah yang masih terasa hingga kini.

Di dalam kompleks, terdapat beberapa ruangan dengan fungsi spesifik. Ada ruang ganti busana di dekat kolam. Ada pula sebuah Mikhrab di sisi barat kolam. Ruangan ini digunakan sebagai tempat untuk beribadah sholat.

Peran Pemikiran Al-Farabi; Pencerahan Filsafat Yunani dan Barat

Nama “Warungboto” sendiri muncul dari interaksi masyarakat dengan lingkungan sekitar. Karena adanya Tuk Umbul (mata air), masyarakat sering menyebut pesanggrahan ini dengan nama tersebut. Lokasi Tuk Umbul yang berada di wilayah administratif Kelurahan Warungboto membuat nama itu melekat. Akhirnya, nama Situs Warungboto menjadi lebih populer daripada Pesanggrahan Rejowinangun.

Kerusakan, Revitalisasi, dan Popularitas Masa Kini

Situs Warungboto sempat mengalami kerusakan parah. Gempa besar yang mengguncang Yogyakarta pada 26 Mei 2006 meruntuhkan sebagian strukturnya. Namun, pesonanya serta merta hilang.

Pemerintah melalui Badan Pelestari Cagar Budaya (BPCB) DIY melakukan revitalisasi besar. Proyek ini berjalan dari tahun 2015 hingga 2016. Hasilnya, Situs Warungboto kembali berdiri megah dan mulai membuka untuk kunjungan publik.

Sejak saat itu, popularitasnya meroket. Banyak wisatawan datang untuk menikmati arsitekturnya yang unik. Situs ini menjadi latar favorit untuk sesi fotografi. Bahkan, pasangan Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution, putri dan menantu Presiden Joko Widodo, pernah melakukan sesi foto pra-pernikahan di sini pada tahun 2017.

Kehadiran situs ini juga memberdayakan masyarakat sekitar. Terbentuklah Kampung Wisata Warungboto dengan jenama KAMPUNG WARTO. Ini menjadi bukti bahwa pelestarian cagar budaya dapat menggerakkan pariwisata dan ekonomi lokal. (Tri)

Kitab Taisirul Kholaq: Terobosan Pembelajaran Akhlak Metode Salafiyah

Sumber :

https://warungbotokel.jogjakota.go.id/page/index/situs-warungboto

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/situs-warungboto-yogyakarta-pesanggrahan-rejawinangun/

 

 

 

 

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement