Berita Nasional
Beranda » Berita » Ma’had Aly Jadi Akan Dijadikan Sebagai Pusat Riset Islam Unggulan

Ma’had Aly Jadi Akan Dijadikan Sebagai Pusat Riset Islam Unggulan

Ma'had Aly atau perguruan tinggi pesantren akan didorong menjadi pusat riset Islam. untuk itu Kementerian Agama (Kemenag) mengambil langkah strategi berkolaborasi dengan Majelis Masyayikh untuk memperkuat mutu pendidikan tinggi pesantren.(Foto dok.kemenag.go.id)

SURAU.CO. Ma’had Aly atau perguruan tinggi pesantren akan didorong menjadi pusat riset Islam. untuk itu Kementerian Agama (Kemenag) mengambil langkah strategi berkolaborasi dengan Majelis Masyayikh untuk memperkuat mutu pendidikan tinggi pesantren. Fokus utamanya adalah jenjang Magister (Marhalah Tsaniyah). Serta jenjang Doktoral (Marhalah Tsalitsah).

hal tersebut terungkap dalam Halaqah Review Draf 1 Standar Mutu yang berlangsung di Tangerang wal Juni ini. Dalam  halaqah tersebut membahas standar untuk Marhalah Tsaniyah dan Tsalitsah. Salah satu upayanya adalah mewujudkan fondasi yang kokoh dengan penyusunan standar mutu yang ketat.  Harapannya adanya standar tersebut akan menjadikan Ma’had Aly sebagai pusat riset Islam yang berbasis pada kajian kitab kuning atau turats.

Tantangan Implementasi dan Sosialisasi Regulasi

Menurut Direktur Pesantren, Yusi Damayanti tantangan yang nyata stadarisasi Ma’Had Aly bukanlah  menyusun aturan melainkan pada sosialisasi dan implementasi. “Kadang regulasi sudah ditandatangani, tapi lupa disosialisasikan secara menyeluruh. Apalagi prodi Ma’had Aly sangat spesifik, sehingga memerlukan usaha ekstra untuk diperkenalkan kepada publik,” ungkapnya.

Yusi mengatakan dirinya sepemahaman dengan pandangan Majelis Masyayikh. Ia menegaskan bahwa standar mutu tidak boleh longgar, dan  aturan yang permisif tidak akan menghasilkan kualitas unggul. “Aturan yang baik akan melahirkan pelaksanaan yang lebih berkualitas. Oleh karena itu, kami harus sungguh-sungguh dalam merancang standar mutu Ma’had Aly,”  tambahnya. Terkait percepatan regulasi, Yusi menawarkan solusi praktis. Ia menyarankan penggunaan Keputusan Menteri Agama (KMA). Ini bisa menjadi solusi cepat untuk kebutuhan mendesak. Sembari berproses menuju Peraturan Menteri Agama (PMA).
“Jika kebutuhan mendesak, KMA bisa menjadi solusi cepat. Namun, jika memungkinkan, PMA akan memberikan dasar hukum yang lebih kuat lagi karena melibatkan K/L lain,” tambahnya.

Standar Global dan Kaderisasi Ulama Terstruktur

Sementara itu Ketua Majelis Masyayikh, KH. Abdul Ghaffar Rozin, menekankan pentingnya proses. Pimpinan Pondok Pesantren Maslakul Huda ini menyatakan penyusunan standar mutu tidak boleh instan. Menurutnya, Ma’had Aly adalah lembaga pendidikan yang sangat strategis. Perannya adalah mencetak generasi ulama masa depan. Ulama yang tidak hanya menguasai ilmu agama. Tapi juga mampu menghadapi tantangan zaman. “Ma’had Aly merupakan pendidikan tinggi untuk reproduksi ulama. Kita ingin melahirkan insan yang faqih, yang selesai dengan dirinya sendiri, dan mampu menavigasi maslahat umat,” jelasnya.

Apa Itu Ulama Su’

Gus Rozin, sapaan akrabnya, juga mendorong adanya benchmarking atau studi banding. Tujuannya adalah lembaga keulamaan internasional seperti di Iran dan Maroko. Hal ini patut dilakukan agar standar mutu Ma’had Aly berwawasan global. Namun, Gus Rozin mengingatkan agar tetap mempertahankan kekhasan pesantren di Indonesia.

Senada dengan itu, KH. Muhyiddin Khotib angkat bicara. Sekretaris Majelis Masyayikh ini menjelaskan sistem berjenjang. Menurutnya, setiap jenjang di Ma’had Aly harus memiliki karakter akademik yang jelas. “Marhalah Tsaniyah (M2) adalah fase penguatan, sedangkan Marhalah Tsalitsah adalah fase inovasi (ibda’). Ini penting agar proses kaderisasi ulama berjalan berjenjang, utuh, dan mendalam,” ujarnya, mengutip laman kemenag.go.id.

Dukungan Dana Riset

Sedangkan Kasubdit Pendidikan Ma’had Aly, Mahrus, memandang ini sebagai langkah besar. Penyusunan standar mutu ini sangat strategis. Tujuannya memperkuat posisi Ma’had Aly di level nasional dan global. “Penerapan standar mutu tinggi akan menjembatani pesantren ke dalam lanskap akademik global tanpa kehilangan jati dirinya,” ungkapnya.

Mahrus juga membawa kabar gembira. Ia berharap Ma’had Aly segera mendapat dukungan dana riset Islam. Dana tersebut berasal dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Penyalurannya melalui skema Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB). Harapannya dengan adanya dukungan tersebut mampu meningkatkan kapasitas keilmuan para mahasantri. Sekaligus mendorong lahirnya inovasi berbasis tradisi turats. “Ini adalah peluang besar untuk menjadikan Ma’had Aly sebagai pusat keunggulan penelitian Islam yang khas dan progresif,” tuturnya.

Sekedar informasi pesertanya acara halaqah ini perwakilan Kemenag dan Majelis Masyayikh. Hadir pula para pengasuh pesantren ternama. Akademisi serta praktisi pendidikan Islam turut memberi masukan. Forum halaqah ini berjalan sangat produktif. Para peserta mengevaluasi draf standar mutu secara mendalam. Mereka juga mencari keseimbangan antara pendekatan berbasis kepatuhan. Serta pendekatan yang berorientasi pada kinerja. Masukan substansial dari peserta akan memperkaya arah kebijakan. Sehingga mutu pendidikan tinggi pesantren menjadi lebih kokoh dan berkarakter. (NH)

Qotrul Ghoits: Tetesan Hikmah Tauhid dari Samudra Keilmuan Syekh Nawawi al-Bantani

 

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement