SURAU.CO – Setiap orang pasti pernah bermimpi. Terkadang kita mengingatnya dengan sangat jelas. Namun, sering kali mimpi itu lenyap begitu saja saat kita membuka mata. Hal ini memunculkan pertanyaan menarik. Sebenarnya, berapa kali kita mimpi dalam sekali tidur?
Dunia sains dan ajaran Islam menawarkan jawaban dari sudut pandang yang berbeda. Sains menjelaskan proses biologis di baliknya. Sementara itu, Islam memberikan pandangan spiritual mengenai makna dan sumber mimpi. Mari kita bedah kedua perspektif ini untuk mendapatkan gambaran yang utuh.
Mimpi dari Sudut Pandang Sains: Siklus Tidur Menjadi Kunci
Ilmu pengetahuan modern menjelaskan mimpi melalui siklus tidur. Tidur kita tidaklah monoton. Otak kita melewati beberapa tahapan yang berulang sepanjang malam. Tahapan ini terbagi menjadi dua kategori utama: NREM (Non-Rapid Eye Movement) dan REM (Rapid Eye Movement).
Mimpi sebenarnya bisa terjadi di kedua fase tersebut. Namun, fase REM adalah panggung utama bagi mimpi yang paling hidup dan aneh. Di fase inilah aktivitas otak kita meningkat drastis, mirip seperti saat kita terjaga. Mata kita bergerak cepat ke segala arah di balik kelopak yang tertutup.
Seorang ahli tidur akan menjelaskan prosesnya seperti ini. Satu siklus tidur lengkap biasanya berlangsung sekitar 90 hingga 110 menit. Siklus ini terdiri dari beberapa tahap NREM yang kemudian diikuti oleh fase REM.
Jika Anda tidur selama delapan jam, Anda akan melewati sekitar empat hingga enam siklus tidur. Artinya, Anda berpotensi mengalami mimpi sebanyak empat hingga enam kali setiap malam. Setiap periode REM memberikan kesempatan bagi otak untuk menciptakan narasi visual yang kita sebut mimpi.
Lalu, mengapa kita jarang mengingat semua mimpi itu? Jawabannya terletak pada fungsi otak saat tidur. Neurotransmitter yang bertanggung jawab untuk menyimpan memori, seperti norepinefrin, tingkatnya lebih rendah selama fase REM. Otak kita tidak memprioritaskan penyimpanan kenangan saat sedang beristirahat. Kita lebih mungkin mengingat mimpi jika terbangun tepat di tengah atau setelah fase REM berakhir.
Seperti yang dinyatakan oleh banyak lembaga penelitian tidur:
“Menurut National Sleep Foundation, sebagian besar mimpi yang paling jelas dan berkesan terjadi selama fase REM (Rapid Eye Movement), yang berulang beberapa kali setiap malam.”
Kutipan ini menggarisbawahi bahwa mimpi adalah bagian normal dan berulang dari arsitektur tidur kita. Jadi, secara ilmiah, Anda bermimpi berkali-kali, meskipun hanya satu atau dua yang tersisa dalam ingatan.
Pandangan Islam Mengenai Frekuensi dan Makna Mimpi
Berbeda dengan sains, Islam tidak secara spesifik menyebutkan berapa kali kita mimpi dalam semalam. Ajaran Islam lebih memfokuskan pada sumber, jenis, dan makna di balik sebuah mimpi. Mimpi dalam Islam bukanlah sekadar bunga tidur atau aktivitas acak otak. Ia memiliki dimensi spiritual yang dalam.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW memberikan pemahaman mendasar tentang tiga sumber mimpi.
Rasulullah SAW bersabda:
“Mimpi itu ada tiga macam: mimpi yang baik sebagai kabar gembira dari Allah, mimpi yang menyedihkan yang datang dari setan, dan mimpi yang datang dari bisikan hati seseorang.” (HR. Muslim)
Berdasarkan hadis ini, para ulama merincinya menjadi tiga jenis:
Pertama, Ar-Ru’ya, yaitu mimpi baik dari Allah SWT. Jenis ini membawa kabar gembira, petunjuk, atau peringatan bagi seorang hamba yang beriman. Mimpi para nabi termasuk dalam kategori ini dan merupakan salah satu bentuk wahyu.
Kedua, Al-Hulm, yaitu mimpi buruk dari setan. Tujuannya adalah untuk menakut-nakuti dan membuat seseorang merasa sedih atau was-was. Islam mengajarkan kita untuk berlindung kepada Allah saat mengalaminya.
Ketiga, mimpi yang bersumber dari pikiran sendiri. Pengalaman ini merupakan refleksi dari peristiwa, kekhawatiran, atau harapan yang kita alami di siang hari. Jenis ini tidak memiliki makna takwil khusus.
Dari sini, kita bisa melihat bahwa fokus Islam bukan pada “frekuensi” tetapi pada “kualitas” dan “interpretasi” mimpi.
Sains dan Islam: Dua Lensa untuk Memahami Mimpi
Pada akhirnya, sains dan Islam tidaklah bertentangan. Keduanya hanya menggunakan lensa yang berbeda untuk melihat fenomena yang sama.
Sains menjawab pertanyaan “bagaimana” mimpi terjadi. Pendekatan ilmiah ini menjelaskan mekanisme biologis, siklus otak, dan frekuensi terjadinya mimpi. Perspektif ini melihat mimpi sebagai produk alami dari fungsi otak saat tidur.
Islam, di sisi lain, menjawab pertanyaan “mengapa” dan “apa makna” mimpi. Ajaran ini memberikan kerangka spiritual untuk memahami sumber serta pesan di baliknya. Perspektif ini melihat mimpi sebagai salah satu jembatan antara dunia gaib dan dunia nyata.
Jadi, ketika sains mengatakan Anda bisa bermimpi hingga enam kali, Islam tidak membantahnya. Namun, Islam mengajak Anda untuk merenungkan: dari mana mimpi yang Anda ingat itu berasal? Apakah ia membawa kabar baik, sekadar gangguan, atau cerminan pikiran Anda sendiri?
Kesimpulan
Menurut sains, kita bisa bermimpi antara empat hingga enam kali dalam sekali tidur malam, seiring dengan siklus REM yang kita lalui. Namun, kita sangat jarang mengingat semuanya.
Dari sudut pandang Islam, jumlah mimpi tidaklah sepenting maknanya. Setiap mimpi yang kita alami berpotensi menjadi pesan dari Allah, gangguan dari setan, atau refleksi dari pikiran kita. Dengan memahami kedua perspektif ini, kita dapat menghargai mimpi bukan hanya sebagai produk biologis, tetapi juga sebagai pengalaman spiritual yang memperkaya kehidupan kita.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
