Kalam
Beranda » Berita » Kiai Asyhari Marzuqi: Teladan Spiritualitas dari Kotagede

Kiai Asyhari Marzuqi: Teladan Spiritualitas dari Kotagede

Koleksi Kitab dan Buku KH Asyhari Marzuqi di Perpustakaan PP Nurul Ummah Kotagede

Judul                      : Kiyai Gedhe ing Kutho Gede

Penulis                  : Abdul Basith Rustami

Penerbit               : Majelis Segoro Ati Yogyakarta

Cetakan                : pertama, 2024

Tebal                      : vi + 70 halaman

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Kiai Asyhari Marzuqi adalah sosok sentral dalam khazanah spiritual dan intelektual Kotagede, Yogyakarta. Perannya sebagai kiai mencerminkan lebih dari sekadar pemimpin agama. Beliau adalah penjaga tradisi dan budaya, yang perjuangannya berakar pada pembelaan agama dan umat. Kiai Asyhari Marzuqi, dengan segala kealimannya, menjadi contoh nyata bagaimana seorang kiai  mengabdikan dirinya kepada umat dan masyarakat. Keteladanan beliau kini terekam dalam sebuah buku  yang berjudul”Kiyai Gede ing Kutho Gede,” karya Abdul Basith Rustami. Buku ini menjadi cermin nilai-nilai luhur yang patut diteladani  umat.

Siapa Itu Kiai Asyhari Marzuqi?

Seorang kiai seringkali menjadi pusat perhatian dan panutan dalam masyarakat. Bukan hanya sebagai pemimpin agama, tetapi juga sebagai pengawal tradisi dan budaya. Perjuangan seorang kiai melibatkan berbagai aspek penting dalam membela agama dan umat. Kiai harus memiliki ilmu agama yang mendalam, mampu membimbing umat dengan benar, dan selalu mengamalkan syariat dengan tepat.

Kiai Asyhari Marzuqi, sosok yang namanya masyhur di Kotagede dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sebenarnya tidak menginginkan gelar “kiai” disematkan padanya. Namun, umatlah yang kemudian menghargai keilmuan, kealiman, serta keteladanan beliau. Beliau terkenal dengan petuah, “piwulang,” akhlak wirai, dan kesalehannya sehingga  menjadi panutan umat.

Kiai Asyhari Marzuqi lahir dari keluarga ulama terkemuka. Beliau adalah putra dari Kiai Ahmad Marzuqi Romli, seorang kiai berpengaruh dari Giriloyo, Imogiri, Bantul. Ibunya adalah Nyai Danisah, putri dari Mbah Harjo Sentono Giriloyo. Giriloyo sendiri terletak di kaki perbukitan Imogiri, Bantul, yang merupakan tempat dimakamkannya raja-raja Mataram Islam seperti Sultan Agung Hanyokrokusumo dan keturunannya.

Warisan Spiritual: Pondok Pesantren Nurul Ummah.

Kiai Asyhari Marzuqi bukan hanya tokoh lokal. Beliau adalah pendiri dan sekaligus pengasuh pertama Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede, Yogyakarta. Pondok pesantren ini menjadi pusat pendidikan dan penyebaran nilai-nilai Islam yang moderat di wilayah Kota Yogyakarta. Beliau merupakan representasi ulama nusantara yang mengedepankan ilmu, akhlak, teladan, dan pengabdian.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Ketekunan Kiai Asyhari dalam membina umat, keikhlasannya dalam berjuang, serta komitmennya menjaga tradisi Islam yang moderat, menjadikannya figur panutan lintas generasi. Sosoknya layak diangkat dan dikenang melalui sebuah buku karya Abdul Basith Rustami. Buku ini adalah kumpulan “pangandikan” dari berbagai tokoh penting di nusantara.

Respons Tokoh Nasional Terhadap Kiai Asyhari

Di antara pangandikan berasal dari Mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), memberikan apresiasi tinggi kepada Kiai Asyhari. Gus Dur berkata, “Nurul Ummah Kotagede NU, Nahdlatul Ulama wa Nurul Ummah, Nahdlah Bi Nuri Ulumil Ummah, Kiai Asyhari sekali berdiri, pantang untuk surut Kembali.” (hal.20). KH. Azis Masyhuri, menantu dari KH Azis Bisri dan pengasuh Pesantren Mambaul Ma’arif Deanyar Jombang, juga memberikan kesaksian serupa. Beliau menyebut Kiai Asyhari sebagai “kitab berjalan” yang ilmunya sangat luas.

Ulasan Buku “Kiyai Gede ing Kutho Gede”

Buku “Kiyai Gede ing Kutho Gede” merupakan karya yang sangat berharga. Buku ini berisi testimoni dari 62 tokoh, termasuk kiai, tokoh pesantren, serta tokoh lokal dan nasional. Mereka semua memberikan kesaksian tentang laku hidup Kiai Asyhari Marzuqi Kotagede Yogyakarta.

Beberapa tokoh yang memberikan kesaksian dalam buku ini adalah KH. Ahmad Abdul Haq (Mbah Mad-Watucongol), KH. Maimun Zubair (sarang-Rembang), GBPH Joyokusuno dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ada juga nama kiai yang lain turut memberikan testimoni kepada Kiai Asyhari Marzuqi, di antarnya adalah KH. Mufid Mas’ud (Pandanaran-Sleman), KH. Abu Hakim (Sekarputih-Nganjuk), KH. Husein Ilyas (Mojokerto), dan KH. Abdul Ghafur (lamongan). Buku ini sangat bagus untuk semua kalangan pembaca selain tulisannya humanis, penulis menyertakan kisah hikmah yang bisa menjadi suri teladan dalam kehidupan terkhusus bagi kalangan santri dan alumni pesantren.

Buku ini layak sebagai bacaan wajib bagi santri, akademisi, dan siapa saja yang ingin belajar dari sosok ulama. Selanjutnya mengenai kekurangan dari buku ini, ada saran, perlu penataan ulang tata letak buku agar paragraf lebih rapi dan nyaman untuk dibaca. (kareem mustofa)

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement