Judul : At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Quran
Penulis : Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi
Penerbit : Al Haramain
Cetakan : –
Tebal : 200 halaman
SURAU.CO – Kitab At-Tibyan merupakan salah satu karya monumental. Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarafuddin An-Nawawi Asy-Syafii Ad-Dimasyqie mengarangnya. Publik lebih mengenalnya sebagai Imam An-Nawawi. Kitab ini menjadi salah satu rujukan penting. Isinya membahas cara berakhlak terhadap Al-Qur’an. Nama lengkap kitab ini adalah At-Tibyan fi Adabi Ḥamalatil Quran. Hingga saat ini, kitab ini tetap menjadi salah satu karya representatif. Kitab ini mengulas berbagai problematika seputar Al-Qur’an. Tentu saja, ini menjadikannya sangat berharga bagi umat Islam.
Makna dan Cakupan Pembahasan Kitab At-Tibyan
Secara harfiah, At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Quran berarti penjelasan seputar adab pembawa Al-Quran. Kalangan santri dan pelajar ilmu agama biasa menyebutnya dengan Kitab Tibyan. Kitab ini secara detail mempelajari berbagai hal. Ini mencakup seluk-beluk adab dan etika dalam mempelajari Al-Qur’an. Pembahasannya sangat komprehensif. Mulai dari bagaimana cara bersikap terhadap Al-Qur’an saat membacanya. Kemudian, bagaimana adab ketika mempelajari dan mengajarkannya. Kitab ini juga menjelaskan bagaimana adab kita terhadap mushaf Al-Qur’an. Tak lupa, bagaimana seharusnya bersikap kepada ahli Al-Qur’an.
Lebih jauh, Kitab At-Tibyan juga membahas berbagai hukum praktis. Misalnya, hukum mengambil upah dari jasa mengajar baca tulis Al-Qur’an. Lalu, ada pembahasan hukum menangis ketika membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Kitab ini juga mengulas hukum jual beli mushaf Al-Qur’an. Selain itu, siapa saja orang yang diperbolehkan membaca Al-Qur’an juga menjadi topik. Tradisi khataman Al-Qur’an dan berbagai interaksi seputar Al-Qur’an juga tidak luput dari pembahasan. Selain itu, buku ini juga membahas bagaimana cara melakukan sujud tilawah. Ini ketika seseorang membaca ayat sajdah. Secara keseluruhan, kitab ini adalah gudang pengetahuan tentang seluk beluk beradab dengan Al-Qur’an.
Sekilas tentang Sosok Imam An-Nawawi
Imam Nawawi memiliki nama lengkap Yahya bin Syaraf bin Murry bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam An-Nawawi. Beliau juga dikenal dengan berbagai gelar kehormatan. Di antaranya adalah al-Iman, al-Hafizh, Syaikhul Islam, dan Muhyiddin. Imam Nawawi terkenal sebagai seorang yang sangat zuhud dan wara’. Kezuhudan dan kewara’annya ini tercermin dalam karya-karyanya. Imam Nawawi sangat mahir dalam berbagai bidang keilmuan. Beliau juga piawai dalam pengajaran dan mengarang kitab. Produktivitasnya luar biasa. Tidak kurang dari 10 kitab penting telah beliau karang. Beberapa karyanya yang sangat terkenal antara lain Syarah Muslim, Riyadhus Shalihin, Al-Adzkar, dan Arbain Nawawi. Tentu saja, At-Tibyan Fi Hamalatil Qur’an juga termasuk di dalamnya. Karya lainnya adalah Tarkihs fil Ikram wal Qiyam, Tahzib Al-asma wa Lughat, Al-Irsyad fi Ulumul Hadis, Raudtut Thalibin, Minhaj, Majmu’, Al-Fatwa, dan Al-Idhah ‘Arifin.
At-Tibyan sebagai Kitab “Babon” dan Motivasi Umat
At-Tibyan seringkali dianggap sebagai salah satu kitab “babon”. Artinya, kitab ini menjadi panduan utama dan sumber motivasi bagi umat Islam. Terutama bagi para pelajar dan pengajar Al-Qur’an. Kitab ini terus menggelorakan cinta terhadap bacaan Al-Quran. Di manapun dan kapanpun umat Islam berada. Secara umum, fokus kitab ini lebih kepada bagaimana umat Islam berupaya mendekatkan diri kepada Al-Qur’an. Tentunya dengan cara yang benar dan beradab. Imam Nawawi memberikan motivasi spiritual yang mendalam. Sekaligus, beliau juga menyajikan pedoman praktis yang mudah diikuti. Hal ini menjadikan At-Tibyan sumber referensi yang sangat relevan. Aplikasinya pun terasa hingga hari ini, melintasi berbagai zaman.
Latar Belakang Penulisan Kitab At-Tibyan
Jika kita runut, latar belakang penulisan kitab At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an ini cukup menarik. Imam Nawawi mengamati suatu fenomena pada masanya. Beliau banyak melihat para tokoh dan ulama lain mengarang kitab-kitab. Kitab-kitab tersebut umumnya membahas keutamaan dalam membaca Al-Qur’an. Namun, beliau merasa ada sesuatu yang kurang. Keinginan umat untuk menghafal dan menelaah isi Al-Qur’an terasa lemah. Akibatnya, karangan kitab-kitab mengenai keutamaan membaca Al-Qur’an tersebut hanya sedikit yang membacanya. Fenomena inilah yang kemudian mendorong Imam Nawawi untuk menulis kitab At-Tibyan. Meskipun telah ada karya-karya para ulama tentang adab Al-Qur’an sebelumnya, Imam Nawawi melihat ada celah. Menurutnya, kitab-kitab yang sudah ada tersebut cenderung sulit untuk dihafal. Selain itu, isinya juga sukar untuk dipelajari oleh kalangan awam. Karena itu, beliau menyusun At-Tibyan dengan format yang lebih ringkas dan mudah dipahami.
Struktur dan Isi Kitab At-Tibyan Edisi Penerbit Al-Haramain
Mengenai kitab ini, banyak penerbit yang turut andil. Mereka ikut “menyebarkan” karya agung Imam Nawawi ini ke tengah masyarakat. Salah satunya adalah Penerbit Al-Haramain. Dalam edisi terbitan Al-Haramain, terdapat 214 halaman untuk kitab terjemahannya. Sementara itu, untuk kitab aslinya dalam bahasa Arab, tebalnya mencapai 200 halaman. Di dalam kitab ini, terdapat sepuluh bab utama. Setiap bab membahas tentang adab dan etika terhadap Al-Qur’an. Pembahasan dalam setiap bab dikupas secara rinci dan mendalam.
Secara garis besar, kitab ini membahas tentang bagaimana kita memuliakan Al-Qur’an. Caranya adalah dengan memperhatikan adab dan etika terhadap Al-Qur’an. Sepuluh bab yang dibahas dalam kitab tersebut tersusun secara berurutan. Bab pertama membahas tentang keutamaan membaca Al-Qur’an. Termasuk juga keutamaan orang-orang yang menghafalkannya. Bab kedua menjelaskan tentang lebih diutamakannya membaca Al-Qur’an. Begitu pula tentang lebih utamanya ahli Al-Qur’an dari pada yang lainnya. Bab ketiga membahas tentang memuliakan ahli Al-Qur’an. Juga tentang larangan menyakiti mereka. Bab keempat menguraikan tentang adab orang yang mengajar Al-Qur’an. Serta adab orang yang belajar Al-Qur’an. Bab kelima menjelaskan tentang adab orang yang hafal Al-Qur’an dan pahala yang akan mereka dapatkan.
Selanjutnya, bab keenam secara khusus membahas tentang adab membaca Al-Qur’an itu sendiri. Bab ketujuh mengulas tentang adab masyarakat umum terhadap Al-Qur’an. Bab kedelapan memaparkan tentang ayat-ayat dan surat-surat yang dianjurkan untuk dibaca. Terutama pada waktu dan keadaan tertentu. Bab kesembilan membahas tentang adab menulis Al-Qur’an. Serta bagaimana cara memuliakan musḫaf. Terakhir, bab kesepuluh berisi tentang definisi lafal-lafal penting. Lafal-lafal ini sering muncul dalam kitab At-Tibyan ini. Penjelasan definisi ini membantu pembaca memahami istilah-istilah kunci.
Kitab At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Quran bukan hanya sebuah karya klasik semata. Lebih dari itu, kitab ini menjadi warisan adab Qur’ani yang sangat relevan. Terutama di era modern yang penuh tantangan ini. Bagi siapa pun yang ingin menumbuhkan cinta terhadap Al-Qur’an, kitab ini adalah bekal. Baik sebagai pembaca, pengajar, maupun penghafal Al-Qur’an. Kitab ini adalah bekal yang tak tergantikan nilainya. Keberadaannya terus memberikan cahaya bagi umat. (Kareem Mustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
