Opinion
Beranda » Berita » Sabar Terhadap Takdir Allah: Jalan Menuju Kedamaian Sejati

Sabar Terhadap Takdir Allah: Jalan Menuju Kedamaian Sejati

Dalam kehidupan, tidak ada seorang pun yang bisa lepas dari cobaan. Setiap manusia, tanpa terkecuali, akan menghadapi ujian dalam berbagai bentuk. Bisa berupa kehilangan, sakit, kegagalan, kemiskinan, atau pengkhianatan. Ada yang diuji dengan hal-hal besar, ada pula yang diuji dengan hal-hal kecil yang terus-menerus. Namun, satu hal yang pasti: semua yang terjadi dalam hidup ini adalah bagian dari takdir Allah yang telah ditetapkan.

Lalu bagaimana seharusnya seorang hamba menyikapi takdir, terutama takdir yang tampaknya tidak sesuai harapan? Di sinilah pentingnya sabar.

Makna Sabar dalam Islam

Sabar bukan sekadar menahan diri dari marah atau tidak mengeluh. Dalam Islam, sabar adalah sikap mental dan spiritual yang menunjukkan keteguhan hati, keyakinan kepada Allah, serta kerelaan menerima segala ketetapan-Nya dengan penuh tawakkal.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

> “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)

Ayat ini menunjukkan bahwa cobaan adalah sunnatullah—sebuah ketetapan yang pasti terjadi. Namun Allah tidak meninggalkan hamba-Nya begitu saja. Dia memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar, yaitu pahala dan kemuliaan yang tidak terhingga.

Takdir: Ketentuan yang Harus Diterima dengan Lapang Dada

Takdir adalah sesuatu yang sudah tertulis di Lauh Mahfuz. Tidak ada satu pun yang terjadi tanpa seizin-Nya. Termasuk musibah, kehilangan, atau bahkan kematian orang-orang terdekat. Ketika kita percaya bahwa segala sesuatu berasal dari Allah, maka kita pun harus siap menerima bahwa semua bisa saja diambil kembali oleh-Nya.

Contohnya adalah kisah Nabi Ayub AS yang diuji dengan penyakit selama bertahun-tahun. Seluruh hartanya lenyap, keluarganya meninggalkannya, dan tubuhnya penuh luka. Namun, tidak satu pun keluhan keluar dari lisannya. Ia tetap berserah diri dan memohon kesembuhan dengan penuh kelembutan. Karena kesabaran dan keimanannya, Allah pun mengangkat derajatnya dan menyembuhkannya.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Kisah ini bukan sekadar cerita sejarah, melainkan pelajaran nyata bahwa dalam kesabaran, ada pertolongan Allah.

Mengapa Harus Sabar?

Sabar bukan berarti menyerah. Justru sabar adalah bentuk tertinggi dari kekuatan iman. Dengan sabar, seseorang tidak larut dalam kesedihan. Ia tidak menghujat atau menyalahkan takdir. Sebaliknya, ia menerima ujian sebagai bentuk cinta Allah—sebuah proses pembersihan diri dari dosa, dan bentuk latihan untuk mendekat kepada Sang Pencipta.

Rasulullah SAW bersabda:

> “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh urusannya adalah baik baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu pun baik baginya.”
(HR. Muslim)

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Dari hadits ini, kita tahu bahwa seorang mukmin sejati tidak pernah rugi. Dalam suka ia bersyukur, dalam duka ia bersabar. Dua hal itu menjadi sayap untuk terbang menuju ridha Allah.

Buah dari Kesabaran

Kesabaran membawa banyak kebaikan, di antaranya:

1. Ketenangan jiwa – Orang yang sabar akan merasa lebih damai, karena ia menyerahkan segala urusan kepada Allah.

2. Pahala tanpa batas – Allah menjanjikan pahala yang tidak terhitung bagi orang yang sabar (QS. Az-Zumar: 10).

3. Kedekatan dengan Allah – Dalam sabar, ada doa yang lirih. Ada tangisan yang tulus. Dan ada hati yang kembali kepada Rabb-nya.

4. Kematangan spiritual – Sabar membentuk pribadi yang tangguh, tidak mudah menyerah, dan penuh harapan.

Cara Melatih Kesabaran

Sabar adalah proses. Ia tidak datang tiba-tiba. Namun ada beberapa cara untuk melatihnya:

Perbanyak doa – Mintalah kesabaran kepada Allah, sebagaimana para Nabi memohon kekuatan saat menghadapi ujian.

Ingat bahwa dunia ini sementara – Segala yang menyakitkan akan berlalu. Kesedihan tak kekal, begitu pula kesenangan.

Bersyukur atas yang masih ada – Alihkan perhatian dari yang hilang kepada nikmat yang masih Allah berikan.

Dekat dengan Al-Qur’an dan shalat – Ibadah membantu menenangkan hati dan memperkuat iman

Kesimpulan

Sabar terhadap takdir Allah adalah bentuk tertinggi dari kepasrahan seorang hamba. Ia bukan tanda kelemahan, tetapi justru lambang kekuatan dan keimanan. Dalam kesabaran ada ketenangan, dalam kesabaran ada kedekatan dengan Allah, dan dalam kesabaran ada jalan menuju kemuliaan.

Takdir memang tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Namun yakinlah, di balik setiap musibah, Allah menyimpan rencana terbaik. Tugas kita hanyalah bersabar, bertawakkal, dan terus berprasangka baik kepada-Nya.

Karena di ujung kesabaran, selalu ada keindahan yang telah Allah siapkan. (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement