Rumah Budaya Baru Hadir di Tanah Kalimantan
Dalam semilir angin tropis Kalimantan Timur, Menteri Kebudayaan Fadli Zon meresmikan Gedung Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) XIV. Pemerintah membangun gedung ini sebagai simbol baru untuk melestarikan budaya Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara yang kaya akan cerita, adat, dan warisan leluhur.
Dengan arsitektur yang memadukan unsur lokal dan fungsionalitas modern, gedung ini dirancang menjadi ruang yang bukan sekadar tempat, tapi juga napas bagi budaya untuk terus hidup. Tak hanya berfungsi administratif, BPK XIV adalah markas besar bagi pemajuan budaya melalui pendidikan, dokumentasi, dan kolaborasi.
Fadli Zon menekankan bahwa gedung ini secara nyata mengangkat identitas budaya Kalimantan ke tingkat nasional dan global. Menurutnya, budaya bukan sekadar warisan, tapi fondasi peradaban yang harus dirawat bersama.
Koleksi, Film, dan Literasi: Isi Jiwa Gedung BPK XIV
Gedung ini bukan gedung biasa. Perpustakaan budaya di dalamnya mengoleksi buku, dokumen, dan naskah penting yang merekam kekayaan adat serta sejarah lokal. Ruang penyajian budaya menampilkan koleksi budaya secara artistik dan mewakili nilai-nilai tradisi secara utuh.
Tak kalah menarik, gedung ini juga dilengkapi studio mini untuk menampilkan film-film bertema budaya. Sebuah inovasi yang menjadikan budaya Kalimantan tidak hanya dilihat, tapi juga dirasakan dan dipahami melalui media audio-visual.
Fadli Zon berharap fasilitas ini akan menjadi tempat edukasi dan literasi budaya bagi pelajar, akademisi, peneliti, hingga wisatawan yang haus akan pengetahuan tentang Kalimantan. Gedung ini diharapkan menjadi simpul yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan melalui lensa kebudayaan.
Diskusi Hangat Bersama Komunitas Budaya
Peresmian gedung ini juga dirangkai dengan forum diskusi antara Fadli Zon dan para pelaku budaya Kalimantan Timur. Dari komunitas adat, seniman film, hingga musisi, mereka hadir menyuarakan ide, harapan, dan tantangan dalam menjaga budaya di tengah modernisasi yang pesat.
Dalam diskusi tersebut, Fadli menyampaikan apresiasi atas peran aktif komunitas dalam mempertahankan nilai-nilai budaya daerah. Ia percaya bahwa kolaborasi antara negara dan masyarakat adalah kunci agar budaya tidak sekadar bertahan, tapi juga berkembang.
“Saya melihat potensi besar di Kalimantan, terutama dari sineas muda yang mampu mengangkat budaya lokal ke layar lebar. Lewat pendekatan seperti matching fund dan kerja sama produksi, kita bisa membawa film-film budaya Kalimantan ke kancah dunia,” ujarnya penuh semangat.
Infrastruktur Budaya untuk Masa Depan Bangsa
Pemerintah, menurut Fadli Zon, tengah berkomitmen membangun infrastruktur budaya yang inklusif, kreatif, dan terbuka bagi semua kalangan. Mereka tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga mengembangkan ekosistem kebudayaan yang berkelanjutan.
Gedung BPK XIV akan menjadi pusat kolaborasi lintas sektor—antara komunitas adat, peneliti, seniman, hingga pemangku kepentingan—dalam menciptakan program-program budaya yang inovatif. Tujuannya adalah memperkenalkan budaya lokal secara luas, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga ke mata dunia.
Lembaga seperti BPK XIV berperan aktif menjadikan Kalimantan sebagai barometer baru pelestarian budaya Indonesia yang berakar kuat dan mampu menembus panggung global.
Budaya Kalimantan: Dari Hutan ke Panggung Dunia
Budaya Kalimantan bukan hanya tentang tari dan tenun. Ia adalah narasi hidup yang tersimpan dalam bahasa, lagu, mitos, hingga cara hidup masyarakatnya. Gedung BPK XIV hadir untuk memperkuat jati diri Kalimantan dan memberikan ruang yang lebih layak.
Pemerintah percaya bahwa masa depan budaya Indonesia juga bergantung pada bagaimana daerah-daerah seperti Kalimantan diberi tempat untuk berkembang. Kita membangun gedung ini sebagai wujud tekad untuk melestarikan kekayaan budaya yang tak ternilai.
Sebagaimana pesan Fadli Zon saat menutup kunjungannya: “Ini bukan hanya bangunan, ini adalah benteng peradaban. Mari kita jaga bersama.”
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
