Sesudah perjanjian Hudaybiyah antara kaum muslimin dan kaum kafir Mekah banyak orang Makkah merasakan kebenaran Islam, terutama kaum wanitanya. Mereka tidak disebutkan dalam perjanjian tersebut. Bagaimana kedudukan mereka bila masuk Islam dan bagaimana kalau tidak.
Pra wanita itu terpanggil jiwanya untuk mengakui kebenaran agama Islam yang dibawa oleh Muhammad Saw, putra Abdullah itu. Mereka kemudian beriman kepada apa yang dibawa Muhammad Saw. Merekapun hijrah ke Madinah. Namun mereka harus diuji dulu keimanannya.
Ujian itu dilakukan untuk mengetahui apa keimanan dan hijrah mereka dapat dipertanggungjawabkan kepada sesama muslim sehingga bila kaum kafir yang senantiasa mencari-cari dalih dan perselisihan, menuntut dikembalikannya mereka, maka kaum muslimin dapat membela mereka.
“Apakah anda keluar dari Mekah karena benci kepada suami ?”, Tanya Rasullullah.
”Demi Allah, aku keluar dari Makkah bukan karena benci kepada suami” jawab mereka satu persatu. Rasullullah berkata,”Apakah karena ingin pindah negeri?”
”Demi Allah tidaklah aku keluar karena ingin pindah negeri. Demi Allah, aku meninggalkan Mekah dan berhijrah karena semata-mata cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.” jawab para wanita.
Mereka kemudian disusul oleh suami dan kerabat mereka dengan kemarahan. Para suami dan kerabat mereka menuntut agar Rasulullah mengembalikan wanita-wanita itu kepada mereka. Namun para wanita itu telah dilindungi oleh Rasulullah Saw.
“Kami tahu mereka adalah orang yang telah beriman. Maka kami tak akan mengembalikan mereka kepada orang-orang kafir. Dan tidaklah pria kafir halal bagi wanita beriman. Hanya diberikan kembali kepada pria-pria kafir itu apa-apa yang telah mereka bayarkan sebagai mahar kepada wanita-wanita itu,” kata Rasul.
Berita tentang para wanita yang diuji ini tersiar di dalam masyarakat Islam dan masyarakat kafir. Dan berita ini sampai ke telinga Hindun binti Utbah.
Hindun adalah wanita yang cerdik, pandai, cantik, dan terpandang di tengah-tengah kaumnya. Dia dapat mengobarkan semangat para pahlawan di antara kaumnya. Dia juga bisa menjadi berhati serigala bila dendam kesumat bersemayam dihatinya. Dialah yang merobek dada sayidina Hamzah Ra dan menggigit-gigit jantungnya, demi membalas kematian anak dan saudaranya.
Tatkala Rasullullah Saw menaklukkan Makkah, Abu Sufyan masuk Islam di sebuah desa dekat Makkah. Kemudian Rasullulah Saw mengeluarkan maklumat,”Barangsiapa masuk ke Masjidil Haram, dia beriman. Barangsiapa masuk ke rumah Abu Sufyan, dia aman. Barangsiapa masuk ke rumahnya sendiri, diapun aman.”
Betapa terbakar hati Hindun ketika mengetahui suaminya masuk Islam.Dia amat marah kepada suaminya itu. Ditariknya jenggot suaminya.
Bunuhlah si tua bangka yang telah sesat ini !” serunya.
Abu Sufyan tidak menceraikan Hindun. Mereka tetap hidup bersama. Namun Hindun tidak kuat lagi dengan keadaan seperti ini. Dan beberapa hari kemudian, Hindun masuk Islam.
Setelah Rasul hijrah, ketika para wanita akan diambil sumpahnya, termasuk Hindun, dia menyamar karena malu.
Mereka berkumpul di kaki bukit Shafa. “Kami tidak akan mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun” mereka mulai bersumpah. “Dan kami tidak akan mencuri”.
“Suamiku mempunyai sifat kikir. Karena itu aku sering mencuri uang dari sakunya. Dan aku sering mengambil sekedar untuk belanja” ujar Hindun tanpa sadar.
Yang hadirpun tetawa. Tahulah bahwa itu adalah Hindun binti Utbah. Rasul pun tersenyum.
“Bukan Anda Hindun binti Utbah?”tnya Rasul.
“Benar ya Rasullullah. Ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu” ujar Hindun pasrah.
Abu Sufyan juga ada disitu.
“Segala yang kau ambil dariku pada waktu yang lalu, aku halalkan”kata Abu Sufyan.
“Dan kami tidak akan berzina” merelka melanjutkan sumpah mereka.
Semua mengikuti kecuali Hindun. “Adakah wanita merdeka berzina?” tanyanya.
Yang diketahuinya hanyalah para budak yang berzina. Dia tidak tahu kalau di sisi Allah budak dan orang merdeka adalah sama.
“Dan kami tidak akan membunuh anak-anak kami”lanjut mereka. Mereka berikrar karena ingin melepaskan ganjalan-ganjalan yang ada dihati mereka.
“Dari kecil anak itu (Hanzhalah bin Abu Sufyan, kaka tertua Mu’awiyah yang mati di barisan musrikin) kami didik dan besarkan. Yang membunuh dia bukan kami, tetapi anda sendiri (tentara Islam). Kalian anak, saudara, dan ayahkulah yang lebih tahu” kata Hindun.
Betapa pun dia telah mengakui kebenaran Islam, peristiwa kematian ayahnya, saudaranya dan anak tertuanya dalam perang Badar tetap membekas dalam hatinya. Karena itu Rasulullah hanya tersenyum mendengar ucapan wanita itu.
“Dan kami datang tidak dengan dusta yang dibuat-buat diantara kedua tangan dan kakai kami” mereka melanjutkan lagi.
Sebelum Islam dating, kebiasaan di tanah Arab ialah seorang wanita akan mengambil anak orang lain bila suaminya tidak memberinya anak. Lalu dia mengatakan bahwa anak itu adalah anak suaminya. Yang lebih jahat lagi adalah dia pergi berzina dengan pria lain, lalu dia mengatakan kepada suaminya bahwa anak itu adalah anak suaminya.
“Dan kami tidak akan mendurhakai anda dalam segala hal” lanjut mereka.
Hindun, yang sudah ikhlas hatinya, berkata dengan tulus, “ Demi Allah sejak kami duduk dalam majlis ini , tidak ada dalam diri kami sesuatu perasaan untuk mendurhakai Anda, ya Nabi Allah.”
Sampai disini seselesailah pembaitan (pengambilan sumpah) itu. (Tri)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
