Sosok
Beranda » Berita » Jafar Panahi , Palme d’Or dan Perlawanan

Jafar Panahi , Palme d’Or dan Perlawanan

Jafar Panahi sutradara asal Iran yang memenangkan penghargaan bergengsi Palme d'Or pada Festival Film Internasional Cannes ke-78 ( Foto dok. IG festivaldecannes)
Jafar panahi

SURAU.CO. Festival film bergengsi Cannes memberikan piala Palme d’Or untuk Jafar Panahi. Sutradara asal Iran ini berkat film terbarunya  “It Was Just an Accident” pada Festival Film Internasional Cannes ke-78. Kemanangan ini membuat sang sutradara sangat emosional saat menerima penghargaan tersebut.

“Mari kita kesampingkan semua masalah, semua perbedaan. Hal terpenting saat ini adalah negara kita dan kebebasan negara kita,” kata Jafar Panahi yang baru saja keluar dari bui.  Panahi adalah simbol perlawanan di Iran. Dirinya pernah  menghadapi hukuman penjara dan larangan membuat film. Selain itu otoritas Iran juga melarangnya  bepergian ke luar negeri selama 20 tahun. Saat menerima penghargaan dari ketua juri Juliette Binoche — seorang pendukung vokal karyanya — menandai momen penting bagi sang sutradara Iran ini.

Panahi mengatakan bahwa karakter-karakter dalam film It Was Just an Accident terinspirasi saat dirinya dalam tahanan. “Dan cerita-cerita yang mereka ceritakan kepada saya, tentang kekerasan dan kebrutalan pemerintah Iran”, tuturnya.  Film thriller politik ini berpusat pada seorang mantan tahanan yang menculik pria yang ia yakini telah menyiksanya. Selain itu  ada bergulat dengan sesama pembangkang mengenai apakah ia harus membalas dendam atau memberikan pengampunan.

Karya Panahi ini merupakan produksi bersama antara Iran, Prancis, dan Luxembourg. Sejumlah media memberitakan bahwa proses produksi film ini dilakukan secara rahasia. Bahkan tanpa mendapat surat izin syuting dari pemerintah Iran. Proses pasca-produksi kemudian dilakukan di Prancis untuk menghindari masalah lebih lanjut.

Sosok Berpengaruh

Jafar Panahi adalah salah satu sutradara paling berpengaruh dari Iran. Karyanya monumental karena kepekaan sosial, kritik halus terhadap sistem, dan pendekatan sinematik yang realistis. Pria yang lahir 11 Juli 1960 di Mianeh, Iran, menjadi simbol perlawanan seni pada saat tekanan politik dan sensor ketat Iran. Meskipun menghadapi larangan membuat film dan penahanan oleh pemerintah Iran, ia terus berkarya dengan cara yang inovatif dan penuh keberanian.

KH. Abdullah Umar Al-Hafidz: Sosok Ulama Penjaga Al-Qur’an dari Semarang

Pada walanya Panahi berkarier dalam dunia perfilman saat bekerja sebagai asisten sutradara untuk Abbas Kiarostami. Kedekatan ini yang kemudian memberikan pengaruh dalam gaya Panahi yang neo-realis, dengan fokus pada kehidupan sehari-hari masyarakat biasa. Film pertamanya, The White Balloon (1995), langsung meraih perhatian internasional. Bahkan memenangkan Camera d’Or di Festival Film Cannes.

Adapun karya ikonik lain dari Panahi adalah The Circle  pada tahun 2000. Film ini berhasil memenangkan Golden Lion di Festival Film Venesia. Sayangnya pemerintah Iran melarangnya karena terlalu kritis. Kemudian pada tahun 2003 meluncurkan film berjudul Crimson Gold.  Kemudian menyusul film This Is Not a Film pada tahun 2011.

Perlawanan

Pada 2010 pemerintah Iran menangkap Panahi atas tuduhan “propaganda melawan negara.” Atas tuduhannya itu, panahi menjalani hukuman penjara enam tahun penjara. Pemerintah Iran melarangnya membuat film selama 20 tahun. Namun, larangan ini tidak menghentikan semangatnya. Dengan sumber daya terbatas, ia tetap menghasilkan karya seperti Taxi (2015). Proses film tersebut unik. Jafar merekamnya dalam taksi yang ia kendarai sendiri. Pada tahun 2018  lahir film 3 Faces . Dalam film ini, Oanahi yang kembali mengeksplorasi kehidupan pedesaan Iran. Kedua film ini mendapat pujian internasional, membuktikan bahwa kreativitas Panahi tidak dapat dibendung oleh sensor atau penindasan.

Gaya Panahi sering disebut sebagai perpaduan antara realisme dan puisi. Ia menggunakan aktor non-profesional, lokasi asli, dan dialog yang alami untuk menciptakan narasi yang terasa hidup. Temanya kerap berfokus pada individu yang terpinggirkan—perempuan, anak-anak, atau pekerja kelas bawah—yang berjuang melawan batasan sosial dan politik. Meskipun karyanya penuh kritik, Panahi menghindari pendekatan yang agresif, lebih memilih simbolisme dan narasi halus untuk menyampaikan pesan. Meskipun mendapat larangan dari pemerintah Iran, film-filmnya terus beredar di festival internasional, menjadi suara bagi mereka yang tidak didengar di negaranya.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement