Warga Harap Bantuan Tak Terhenti Lagi
Surau.co – Setelah dua bulan tanpa akses bantuan, PBB akhirnya mengirimkan 90 truk berisi bantuan kemanusiaan ke Gaza. Pengiriman ini dilakukan melalui penyeberangan Kerem Shalom pada Rabu, 21 Mei 2025.
Pengiriman tersebut menjadi sinyal positif pertama sejak Maret lalu, setelah otoritas Israel mengumumkan pembukaan akses bantuan. Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric.
Menyampaikan bahwa barang-barang tersebut terdiri dari makanan, perlengkapan medis, hingga makanan bayi. Bantuan ini sangat krusial mengingat kondisi di Gaza yang terus memburuk akibat blokade dan konflik berkepanjangan.
Tantangan Penyaluran Bantuan dari Titik Persimpangan
Meskipun Israel menyetujui masuknya bantuan kemanusiaan, proses distribusi tidak berjalan lancar. Selama beberapa waktu, semua perbekalan tertahan di zona pemuatan di persimpangan Kerem Shalom.
Truk-truk tidak dapat melanjutkan perjalanan ke dalam Gaza karena regulasi yang rumit dan risiko keamanan di area tersebut. Pihak Israel hanya mengizinkan tim PBB melintas melalui satu jalur yang padat dan dinilai tidak aman.
Dujarric menyebutkan jalur itu rawan penjarahan karena kondisi krisis yang makin parah dan minimnya pasokan selama berbulan-bulan. Akibatnya, distribusi bantuan menjadi terhambat dan proses pemuatan ulang barang menjadi sulit dilakukan dengan cepat.
Harapan Baru di Tengah Ancaman Kelaparan
Truk bantuan yang berhasil masuk ke Gaza menjadi titik terang bagi masyarakat yang selama ini hidup dalam ancaman kelaparan. PBB berharap barang-barang tersebut dapat segera tiba di gudang penyimpanan mereka sebelum dilanjutkan ke berbagai titik distribusi.
Kondisi kelaparan di Gaza telah mencapai level yang sangat kritis. Banyak keluarga yang mengandalkan bantuan kemanusiaan sebagai satu-satunya sumber makanan.
Ketergantungan terhadap suplai dari luar memperparah keadaan jika bantuan tidak datang secara konsisten. Bantuan ini diharapkan memberikan jeda atas tekanan hidup pada warga sipil.
Penurunan Jumlah Bantuan Sejak Perang Meletus
Sebelum perang dimulai pada Oktober 2023, sekitar 500 truk bantuan masuk ke Gaza setiap harinya. Namun sejak pecahnya konflik besar antara Israel dan Hamas, jumlah truk bantuan berkurang drastis.
Pada masa gencatan senjata selama 42 hari awal tahun ini, rata-rata hanya 4.000 truk masuk setiap minggu. Situasi ini mencerminkan betapa pentingnya stabilitas politik dan kerja sama kemanusiaan agar bantuan dapat menjangkau mereka yang membutuhkan.
Dujarric menekankan pentingnya akses aman dan berkelanjutan agar proses penyaluran bantuan tidak terputus akibat ketegangan di lapangan.
Kerem Shalom Jadi Titik Kritis Penyaluran Logistik
Kerem Shalom menjadi jalur penting dalam pengiriman bantuan ke Gaza. Namun, pos ini juga dikenal sebagai area rawan karena kerumitan administratif dan ketatnya kontrol militer.
Semua bantuan yang masuk harus dimuat ulang ke truk-truk baru sebelum bisa memasuki Gaza. Proses ini memakan waktu dan sering memperlambat bantuan tiba.
Dengan masuknya truk-truk pada 21 Mei ini, Kerem Shalom kembali memainkan perannya sebagai gerbang utama penyaluran logistik. Meski terbatas, ini menjadi langkah kecil namun penting dalam upaya mengurangi penderitaan warga Gaza di tengah konflik yang tak kunjung usai.
Seruan PBB untuk Akses Kemanusiaan yang Lebih Luas
PBB terus menyerukan kepada Israel dan pihak-pihak terkait agar membuka akses kemanusiaan yang lebih luas dan berkelanjutan. Akses terbatas hanya memperpanjang penderitaan warga sipil yang tidak terlibat langsung dalam konflik.
Organisasi internasional juga mendesak perlunya jalur yang aman dan efisien agar distribusi bantuan dapat berjalan lancar. Krisis kemanusiaan di Gaza bukan hanya persoalan politik, tapi juga masalah hak asasi manusia.
Setiap penundaan atau pemblokiran distribusi hanya memperburuk situasi di lapangan. PBB berharap 90 truk yang berhasil masuk menjadi awal dari pembukaan jalur bantuan yang lebih besar dan stabil ke depannya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
