Krisis Udara di Delhi! AQI Tak Terkendali, Sekolah & Aktivitas Lumpuh!
Surau.co – Warga Delhi kini hidup dalam bayang-bayang udara yang makin memburuk setiap harinya. Indeks kualitas udara atau AQI menunjukkan angka yang sangat tidak wajar dan mengkhawatirkan. Langit yang biasanya berkabut tipis kini diselimuti debu dan gas beracun sepanjang hari. Bahkan masker medis biasa sudah tidak cukup untuk melindungi diri dari paparan ini.
Pemerintah mengeluarkan imbauan agar warga tetap di rumah selama beberapa hari ke depan. Aktivitas sekolah dan perkantoran mulai dibatasi karena lonjakan polusi di udara terbuka. Setiap tahun masalah ini kembali, tapi kali ini angkanya benar-benar bikin geleng kepala.
Angka AQI menyentuh level “tidak sehat”, bahkan nyaris masuk kategori “berbahaya akut.” Para ahli menyebut situasi ini sebagai krisis udara terburuk dalam dekade terakhir Delhi. Warga pun mulai panik karena dampaknya terasa langsung, terutama bagi kelompok rentan.
Udara Tidak Sehat Bayangi Kehidupan Sehari-hari Warga Delhi
Aktivitas pagi seperti jogging atau bersepeda kini ditinggalkan karena udara penuh racun. Anak-anak dan lansia dilarang keluar rumah karena risiko penyakit paru sangat tinggi. Pemerintah kota mengumumkan siaga satu untuk sektor kesehatan dan layanan darurat. Kualitas udara mencapai lebih dari 300 poin AQI, melampaui batas aman WHO berkali-kali.
Bau asap, debu, dan bahan kimia menyengat sangat terasa bahkan dari dalam rumah sendiri. Penjualan alat pembersih udara meningkat tajam, begitu juga dengan masker kualitas tinggi. Sayangnya, tidak semua warga mampu membeli perlengkapan mahal semacam itu setiap hari.
Hal ini menciptakan kesenjangan perlindungan antara warga menengah atas dan kalangan bawah. Petugas medis melaporkan peningkatan tajam pasien dengan keluhan pernapasan dan batuk kering. Fenomena ini memperlihatkan dampak nyata perubahan iklim dan buruknya regulasi industri.
Krisis Polusi Jadi Masalah Tahunan yang Tak Pernah Diselesaikan
Setiap tahun, polusi di Delhi melonjak drastis saat memasuki bulan-bulan musim dingin tiba. Asap dari pembakaran lahan pertanian di daerah sekitar jadi faktor utama penyebab kabut. Ditambah emisi kendaraan, pabrik, dan limbah rumah tangga, kualitas udara pun ambruk total. Kondisi atmosfer yang dingin memerangkap polutan, menjadikan langit seperti ruang gas beracun.
Pemerintah pusat dan daerah masih saling lempar tanggung jawab tanpa solusi yang konkret. Warga hanya bisa berharap angin atau hujan turun agar udara bisa sedikit lebih bersih. Padahal seharusnya sudah ada kebijakan jangka panjang untuk mengatasi masalah menahun ini.
Kampanye lingkungan terus digalakkan, tapi implementasinya di lapangan sangat mengecewakan. Krisis ini bukan cuma soal angka AQI, tapi tentang kesehatan dan keselamatan jutaan orang. Selama pemimpin belum serius, warga Delhi akan terus hidup dalam ancaman yang mengerikan.
Sekolah Libur, Rumah Sakit Penuh, dan Jalanan Sepi
Pemerintah akhirnya meliburkan sekolah karena banyak siswa jatuh sakit akibat kualitas udara. Jalanan ibu kota India yang biasanya ramai kini terlihat sepi dari lalu lintas harian. Bus umum tetap beroperasi, tapi banyak warga memilih tetap di rumah untuk menghindar paparan.
Rumah sakit penuh oleh pasien yang mengalami sesak napas, batuk, hingga infeksi pernapasan berat. Apotek kehabisan stok inhaler dan obat asma karena lonjakan permintaan dalam beberapa hari. Petugas medis kewalahan menghadapi gelombang pasien, terutama dari kalangan usia lanjut. Otoritas meminta warga menutup jendela dan menggunakan AC atau filter udara nonstop.
Banyak restoran dan kafe juga memilih tutup karena minimnya pelanggan yang berani keluar. Kondisi ini membawa dampak ekonomi, sosial, dan psikologis yang sangat besar bagi masyarakat. Belum ada kepastian kapan kualitas udara akan membaik atau kebijakan lebih tegas diterapkan.
Dunia Internasional Soroti Krisis Udara Delhi
Media internasional mulai memberitakan situasi polusi ekstrem yang melanda kota Delhi saat ini. Organisasi lingkungan dunia mendesak pemerintah India untuk bertindak cepat dan konkret. Data satelit menunjukkan area Delhi diselimuti partikel PM2.5 dalam jumlah sangat mematikan.
Kota ini pun kembali masuk daftar kota dengan udara terburuk di dunia versi berbagai lembaga. Banyak wisatawan asing membatalkan perjalanan karena khawatir terkena dampak kesehatan serius. Investor dan pelaku bisnis juga mulai mempertimbangkan ulang keberadaan kantor di Delhi. Fenomena ini menunjukkan bahwa masalah lingkungan bukan isu lokal, tapi berdampak global.
Kolaborasi antarnegara sangat dibutuhkan agar polusi lintas batas bisa diatasi bersama. Warga berharap krisis ini jadi momentum agar pemerintah tak lagi mengabaikan lingkungan. Jika tidak, Delhi bisa menjadi simbol kegagalan dunia menghadapi ancaman krisis iklim modern.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
