Oleh: Masykurudin Hafidz,
Pemerhati Sepakbola, Tinggal di Jakarta
SURAU.CO – Dalam dunia sepakbola, siapa yang tidak mengenal Tuan Mourinho. Pelatih klub papan atas Liga Inggris, Chelsea ini, tenar bukan hanya karena prestasinya, tetapi juga berkat komentar-komentarnya. Namun, ada sesuatu yang lebih dalam untuk kita kaji, yaitu apa yang sebenarnya ada di balik komentar Tuan Mourinho. Setiap kali menghadapi lawan, apalagi tim tangguh, Tuan Mourinho tak segan-segan mengeluarkan komentar pedas, korektif, bahkan arogan.
Jika tim asuhannya kalah, Tuan Mourinho tak mau mengalah. Ia selalu punya alasan, yang kadang-kadang terkesan dibuat-buat dan tidak masuk akal. Entah itu kinerja wasit yang buruk, jadwal pertandingan yang terlalu ketat, sampai kelakuan pemain lawan saat bertanding. Sebaliknya, jika timnya menang, ribuan pujian ia lontarkan, termasuk, jangan lupa, terhadap dirinya sendiri! Apa yang membuat Tuan Mourinho begitu gampang mengeluarkan komentar yang membuat kuping panas? Tulisan sederhana ini ingin menjawab pertanyaan tentang konteks sosiologis di balik komentar Tuan Mourinho.
Kunci di Balik Komentar Tuan Mourinho: Kebebasan Berpendapat
Memang, sepak bola di Inggris menjadi salah satu ukuran bagaimana mereka membangun kebersamaan hidup. Meskipun terkesan individualis, negara menjamin kebebasan berbicara masyarakatnya. Asalkan bertanggung jawab, seseorang bebas menyatakan pendapatnya tanpa khawatir mendapat tuduhan macam-macam. Para praktisi bola memanfaatkan suasana kebebasan inilah untuk menyerang lawan-lawannya lewat kata-kata. Secara umum, masyarakat Inggris yang modern melakukan perbincangan bahkan kritik terhadap yang lain melewati argumentasi, bukan kekerasan. Setajam apapun komentar yang mereka lontarkan, tetap mereka balas dengan komentar balik.
Apa yang membuat suasana terbuka ini tercipta? Setidaknya ada tiga alasan. Pertama, ekonomi yang relatif mapan. Dibanding belahan dunia lain, masyarakat Inggris tidak lagi mempersoalkan perkara sandang, pangan, dan papan. Negara mempunyai komitmen tinggi untuk selalu memberikan kehidupan yang layak bagi rakyatnya. Demikian juga para suporter. Mereka tidak hanya menikmati indahnya setiap pertandingan, tetapi juga mampu mengoreksi dari mana modal dan siapa pemilik klub. Contohnya adalah perdebatan yang terjadi saat para konglomerat asing mengambil alih Manchester United, Chelsea, Liverpool, dan West Ham.
Dua Pilar Lainnya: Tegaknya Hukum dan Matangnya Kebudayaan
Kedua, tegaknya hukum. Selain kemajuan ekonomi, penegakan hukum di Inggris menjadi faktor penting kebebasan dalam perkataan dan tindakan. Hukum menjadi tumpuan sekaligus harapan bagi masyarakat ketika hak-haknya terlanggar. Melalui kecanggihan teknologi, mereka bisa melihat bagaimana pemain melakukan pelanggaran. Penyelenggara melengkapi setiap jengkal pertandingan dengan kamera dan alat dengar sehingga semua orang dapat mengetahui apakah seorang pemain benar-benar dilanggar atau sekadar berpura-pura (diving). Jika ada perkara yang tidak bisa wasit selesaikan di lapangan, tim investigasi dengan cepat akan menyelidikinya. Contohnya, otoritas sepak bola segera merespons kasus pertengkaran yang melibatkan Chelsea dan Arsenal pada final Piala Carling dan memberikan ganjaran setimpal.
Ketiga, tingginya kebudayaan. Dengan kesadaran sejarahnya, masyarakat Inggris mampu hidup tertib, rapi, dan menghormati orang lain. Walaupun pendukung sebuah klub di Inggris terkenal fanatik, jarang sekali kita menemui mereka melakukan kekerasan. Kalaupun itu terjadi, aparat dengan sangat cepat menanganinya. Tidak seperti di negara kita, stadion di Inggris tidak memiliki pagar pembatas antara lapangan dengan kursi penonton. Pengaturan jadwal pertandingan pun terstruktur dengan sangat baik.
Pelajaran dari Liga Inggris
Diatas segalanya, kita patut mengacungi jempol kepada Liga Inggris dengan seluruh dimensinya. Komunikasi yang terbuka, elegan, dan tanpa kekerasan adalah modal utama dalam membangun persaingan yang sehat. Penegakan hukum yang tidak pandang bulu menjadi jaminan dari kebebasan berkata dan bertindak. Kepada Tuan Mourinho, kita ucapkan terima kasih, sambil berucap, “Tuan, ajarilah kami bagaimana menjadi tim yang tak pernah kehilangan semangat sampai wasit membunyikan peluit panjang.”
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
