Khazanah
Beranda » Berita » Ketika Perempuan Dijadikan Komoditas

Ketika Perempuan Dijadikan Komoditas

Ketika Perempuan Dijadikan Komoditas
Ketika Perempuan Dijadikan Komoditas

 

SURAU.CO – Mereka memuji perempuan sebagai simbol kebebasan dan kemajuan. Namun di balik narasi itu, mereka menjadikan perempuan jadi komoditas kapitalisme global.

Kapitalisme yang diuntungkan, bukan perempuan. Bukan keluarga. Bukan masyarakat.

Yang diuntungkan adalah 𝗸𝗮𝗽𝗶𝘁𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲,
𝗱𝗮𝗻 𝗲𝗹𝗶𝘁 𝗴𝗹𝗼𝗯𝗮𝗹 yang bertindak sebagai bankirnya.

𝗝𝗲𝗯𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗞𝗮𝗽𝗶𝘁𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲 𝗱𝗮𝗻 𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘂𝗻𝘁𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮.

Asmaul Husna dan Tantangan Literasi Digital Umat

Dalam sistem kapitalisme:

𝗣𝗲𝗿𝗲𝗺𝗽𝘂𝗮𝗻 𝗱𝗶𝗷𝗮𝗱𝗶𝗸𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗻𝗮𝗴𝗮 𝗺𝘂𝗿𝗮𝗵 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗹𝗶𝗴𝘂𝘀 𝗼𝗯𝗷𝗲𝗸 𝗽𝗲𝗺𝗮𝘀𝗮𝗿𝗮𝗻.
𝗧𝘂𝗯𝘂𝗵 dan citra perempuan menggerakkan industri iklan, hiburan, fashion, dan media sosial.

Sistem mengeksploitasi waktu dan emosi perempuan untuk mengumpan ekonomi semu. Namun semua itu tidak berhenti di pasar lokal.

𝗘𝗹𝗶𝘁 𝗚𝗹𝗼𝗯𝗮𝗹 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗕𝗮𝗻𝗸𝗶𝗿 𝗦𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺

Keuntungan besar mengalir ke:
Korporasi multinasional, lembaga keuangan global, dan elit ekonomi dunia yang mengendalikan bank-bank besar, kebijakan moneter, dan sistem utang internasional.

Melalui:
Inflasi yang disengaja,
Utang berbunga ( Riba),
Kebijakan lembaga keuangan dunia,
Daya beli masyarakat melemah,
Demokrasi memaksa perempuan semakin “produktif” menopang ekonomi keluarga yang tercekik.

Satu Harakat, Satu Kesalahan: Literasi Umat dan Tanggung Jawab Memahami Bahasa Al-Qur’an

Sistem memaksa perempuan masuk ke dalam jerat produksi kapitalisme, bukan membebaskan mereka.

𝗗𝗮𝗺𝗽𝗮𝗸 𝗡𝘆𝗮𝘁𝗮 𝗱𝗶 𝗞𝗲𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽𝗮𝗻

Ketika inflasi naik:

Sistem menekan keluarga, memaksa perempuan bekerja keras, mereduksi peran ibu, dan mengangkat ayah jadi pengganti lewat kesetaraan gender.

𝗸𝗲𝗵𝗼𝗿𝗺𝗮𝘁𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗿𝗶𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗸𝗼𝗿𝗯𝗮𝗻𝗸𝗮𝗻
𝗱𝗲𝗺𝗶 𝗺𝗲𝗻𝘂𝘁𝘂𝗽 𝗸𝗲𝗯𝘂𝘁𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗱𝗮𝘀𝗮𝗿.

Mereka mengendalikan pendidikan untuk kepentingan pasar (kapitalis), membatasi ilmu, merusak akal, dan melestarikan kemiskinan.

Jangan Membesarkan Anak dengan Uang Haram

Demokrasi menciptakan kapitalis yang merajalela mengeksploitasi, dilegalkan kebijakan global yang membuat manusia jadi brutal dan primitif di bawah cengkeramannya.

𝗗𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗣𝗮𝗻𝗱𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺

Islam tidak memuliakan perempuan karena: Produktivitas ekonominya, Nilai jual tubuhnya, Kontribusinya pada pertumbuhan pasar.

𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗺𝗲𝗺𝘂𝗹𝗶𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗿𝗲𝗺𝗽𝘂𝗮𝗻 𝗸𝗮𝗿𝗲𝗻𝗮 𝗸𝗲𝗵𝗼𝗿𝗺𝗮𝘁𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮, 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗴𝗮 𝗮𝗴𝗮𝗿 𝗶𝗮 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗱𝗶𝗷𝗮𝗱𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗵𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗸𝗮𝗿 𝘀𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝘇𝗮𝗹𝗶𝗺.

𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗺𝗲𝗻𝗼𝗹𝗮𝗸:

Kapitalisme yang menghisap darah Rakyat.
Elit global yang mengendalikan ekonomi melalui riba dan inflasi, serta kebijakan yang menghancurkan keluarga demi stabilitas pasar.

𝗣𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮𝗮𝗻 𝗕𝗮𝗴𝗶 𝗞𝗶𝘁𝗮 𝗦𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗬𝗮𝗻𝗴 𝗟𝗮𝗵𝗶𝗿 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗥𝗮𝗵𝗶𝗺 𝗣𝗲𝗿𝗲𝗺𝗽𝘂𝗮𝗻

Jika kapitalisme meraup untung, bank-bank global menguat, dan elit ekonomi semakin kaya, lalu mengapa perempuan semakin lelah, keluarga semakin rapuh, dan kehidupan semakin mahal?

Siapa yang benar-benar merdeka, siapa yang jadi korban, dan siapa biangnya?

Ini bukan isu gender semata. Ini soal sistem ekonomi global yang menghisap martabat. Sebarkan, biar orang tahu siapa jagonya.

 


𝗘𝗺𝗮𝗻𝘀𝗶𝗽𝗮𝘀𝗶 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗘𝗸𝘀𝗽𝗹𝗼𝗶𝘁𝗮𝘀𝗶 (𝘔𝘦𝘮𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘕𝘢𝘴𝘪𝘣 𝘗𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘏𝘢𝘳𝘪 𝘐𝘯𝘪 𝘥𝘪 𝘉𝘢𝘸𝘢𝘩 𝘋𝘦𝘮𝘰𝘬𝘳𝘢𝘴𝘪)

Emansipasi sejatinya lahir sebagai ikhtiar mengangkat martabat perempuan dari penindasan perbudakan seperti pada zaman Jahiliyah sebelum perdaban Islam.

Namun realitas hari ini mememperlihatkan paradoks: emansipasi di negara mayoritas Islam dengan demokrasi jahiliyah tidak membebaskan perempuan, tapi memindahkan mereka ke penjajahan yang lebih halus dan sistematis.

Dulu mereka membungkam perempuan. Hari ini mereka memaksa perempuan tampil.

Dulu mereka merampas hak perempuan. Hari ini sistem memberi perempuan “hak”, tapi memeras tubuh, waktu, emosi, dan energinya dengan nama kebebasan.

𝗗𝗶 𝗠𝗮𝗻𝗮 𝗟𝗲𝘁𝗮𝗸 𝗠𝗮𝘀𝗮𝗹𝗮𝗵𝗻𝘆𝗮?

  1. Pasar menetapkan standar kebebasan. Mereka menjadikan popularitas, daya tarik visual, dan produktivitas ekonomi sebagai ukuran nilai perempuan, bukan kemuliaan akhlak atau perannya dalam peradaban.

  2. Iklan, hiburan, dan media sosial menjadikan tubuh perempuan komoditas dan berlomba menjual citranya. Mereka melindungi bukan kehormatannya, tapi nilai jualnya.

  3. Beban ganda dinormalisasi

Perempuan dituntut:
Mandiri secara ekonomi,
Sempurna dalam peran domestik, dan
Tetap “bahagia” tanpa ruang mengeluh.

Ini bukan pembebasan.
Ini 𝗽𝗲𝗻𝗶𝗻𝗱𝗮𝘀𝗮𝗻 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘄𝗮𝗷𝗮𝗵 𝗯𝗮𝗿𝘂.

  1. Mereka mengarahkan suara perempuan, bukan mendengarkan. Mereka hanya mendukung suara yang sejalan dengan ideologi dominan.

𝗦𝗶𝗸𝗮𝗽 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝘁𝗲𝗿𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽 𝗣𝗲𝗿𝗲𝗺𝗽𝘂𝗮𝗻

Islam tidak pernah menolak kemuliaan perempuan.
Yang Islam tolak adalah:
Kebebasan palsu,
Emansipasi yang mencabut fitrah,
Sistem yang merusak kehormatan atas nama kesetaraan.

Islam memuliakan perempuan sebagai manusia utuh: bukan alat industri, bukan simbol politik, dan bukan objek pasar seprti saat ini di negara-negara demokrasi.

𝗣𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗴𝗶 𝗸𝗶𝘁𝗮 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮

Apakah perempuan hari ini benar-benar merdeka? Politik memindahkan mereka dari penjara lama ke penjara modern yang dipuji-puji, agar terus merasa diperhatikan, sehingga eksploitasi untuk politik dan kapitalisme tetap jalan.

Silahkan berikan tanggapan di kolom komentar tentang keprihatinan kondisi nyata perempuan saat ini. (Rakhmat Daily)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.