SURAU.CO – Kecewa dan Makna Sebuah Perjuangan. “Tidak semua yang kita perjuangkan akan dijaga orang lain seperti kita menjaganya. Di situlah kecewa menemukan maknanya.”
Kalimat ini sederhana, tetapi menyentuh sisi paling sunyi dalam perjalanan hidup manusia—perihal harapan, pengorbanan, dan kekecewaan. Sebab manusia diciptakan Allah dengan hati; hati yang lembut, yang mudah tersentuh, dan sering kali mudah terluka.
Kita berjuang untuk hal-hal yang kita yakini penting. Kita menjaga amanah, menjaga hubungan, menjaga nama baik, menjaga kesetiaan, menjaga rahasia, menjaga perasaan, menjaga kebaikan—bahkan terkadang melebihi batas kemampuan diri. Namun tidak semua orang akan memandangnya sama. Ada yang menghargainya, ada yang tidak peduli, ada yang lupa, dan ada juga yang mengabaikannya seolah tak pernah ada.
Di titik inilah kecewa hadir
Tetapi kecewa bukan sekadar luka; ia membawa pesan. Kecewa mengajarkan kita bahwa apa yang kita lakukan seharusnya karena Allah, bukan karena manusia. Jika perjuangan kita bergantung pada pengakuan manusia, maka retaklah hati setiap kali manusia berubah. Namun jika perjuangan kita tertaut kepada Allah, maka hati tetap kokoh meski manusia mengecewakan.
Allah berfirman:
> “…Dan cukuplah Allah sebagai penolong dan cukuplah Allah sebagai pelindung.” (QS. An-Nisa: 45)
Ayat ini menggugah kita bahwa penilaian terbaik bukan dari manusia, tetapi dari Allah. Dia tidak tidur, tidak alpa, dan tidak pernah mengkhianati balasan bagi setiap amal yang dilakukan dengan ikhlas.
Mengapa Perjuangan Tak Selalu Dihargai?
Sebab manusia berbeda-beda:
Ada yang menghargai karena mereka tahu rasanya berjuang. Dan Ada yang mengabaikan karena mereka tak pernah benar-benar peduli.
Ada yang lupa karena mereka fokus pada dunia mereka sendiri.
>Ada yang meninggalkan karena hatinya telah sibuk pada hal lain.
Namun kita pun terkadang seperti itu pada orang lain. Di situlah Allah mengajarkan kerendahan hati, agar kita tidak menuntut manusia untuk sempurna.
Kecewa sebagai Jalan Kembali
Kecewa sering kali menjadi pintu untuk pulang kepada Allah.
Ketika berharap pada manusia ternyata membuat hati letih, Allah seakan berkata:
“Kembalilah kepada-Ku. Sandarkan perjuanganmu pada-Ku. Aku tidak akan mengecewakanmu.”
Nabi ﷺ bersabda:
> “Ketahuilah, jika seluruh manusia berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu memberi manfaat kecuali yang telah Allah tetapkan. Dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, mereka tidak akan mampu mencelakakan kecuali apa yang telah Allah tetapkan.” (HR. Tirmidzi)
Hadis ini bukan untuk meniadakan usaha, tetapi untuk menegakkan keyakinan: penghargaan manusia bukan tujuan utama kita.
Belajar Melepaskan, Bukan Menyerah
Terkadang kita harus belajar menerima kenyataan bahwa:
Tidak semua orang peduli seperti kita. Dan Tidak semua yang kita jaga akan dijaga oleh orang lain.
Tidak semua yang kita perjuangkan akan dihargai.
Bukan berarti kita berhenti berbuat baik. Tetapi kita belajar melepaskan ekspektasi, sembari tetap merawat niat.
Kecewa yang kita rasa bukan akhir dari perjuangan, melainkan penjernih hati agar kita tahu kepada siapa kita harus berharap sepenuhnya.
Penutup: Allah-lah yang akan menjaga setiap amal yang kita perjuangkan
Kecewa itu wajar—ia tanda bahwa hati masih hidup. Namun jangan biarkan kecewa meruntuhkanmu.
Jadikan ia guru yang menuntunmu kepada keteguhan dan keikhlasan.
Sebab pada akhirnya, Allah-lah yang akan menjaga setiap amal yang kita perjuangkan. Dan kepada-Nyalah segala harapan kembali. (Oleh: Tengku Iskandar, M.Pd Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat Indonesia)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

