Khazanah
Beranda » Berita » Hidup: Ujian yang Datang Silih Berganti

Hidup: Ujian yang Datang Silih Berganti

Hidup: Ujian yang Datang Silih Berganti
Hidup: Ujian yang Datang Silih Berganti

 

SURAU.CO – Hidup tidak pernah benar-benar lurus dan tenang. Ada masa kita tertawa, ada masa kita menangis. Ada saat kita kuat, ada waktu kita rapuh. Dan semuanya berjalan dalam satu garis besar: ketetapan Allah yang mengatur segalanya dengan penuh hikmah.

Sering kali kita lupa bahwa pergantian keadaan adalah bagian dari pendidikan Allah kepada hamba-Nya.

Kemarin kita sehat, hari ini diuji sakit.
Kemarin rezeki terasa lapang, hari ini terasa sempit.

Dan Kemarin kita dipuji, hari ini mungkin dilupakan.
Kemarin kita tersenyum, hari ini mungkin resah.

Membuat Agama Islam Seperti Gado Rasa Nusantara

Bukan karena Allah ingin menyulitkan, tetapi karena Allah ingin menguatkan.

Ujian adalah Tanda Perhatian Allah

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Sesungguhnya besarnya balasan tergantung pada besarnya ujian. Dan Allah apabila mencintai suatu kaum, maka Dia mengujinya.” (HR. Tirmidzi)

Ujian bukan tanda dibenci oleh Allah, tetapi tanda bahwa Allah sedang memperhatikan kita.

Ia ingin kita naik kelas dalam keimanan.

Manfaat Memahami Makna Tauhid

Hidup Tidak Tetap Karena Kita Harus Terus Bergantung Kepada-Nya

Jika hidup selalu mudah, manusia akan sombong.
Jika hidup hanya berisi kebahagiaan, manusia akan lupa.

Maka Allah memberi kita rasa kehilangan agar kita kembali.
Allah memberi kita rasa sakit agar kita mengerti arti syukur.
Allah memberi kita kegagalan agar kita belajar sabar.

Hidup berputar agar hati kita tidak terpaku pada dunia.

Sabar dan Syukur: Dua Sayap Kehidupan

Ketika diuji, sabar. Ketika diberi nikmat, syukur.

Orang beriman hidup dengan dua sayap ini. Tanpa salah satu, ia akan jatuh. Maka, apa pun kondisi hari ini lapang atau sempit jadikan ia sarana mendekat kepada Allah.

Tau Bahwa Tidak Tau: Gerbang Terpenting Menuju Ilmu

Yakinlah: Setiap Pergantian Hari Membawa Rencana Baru

Jangan pikir Allah meninggalkanmu.
Justru ketika hidup terasa berat, di sanalah rahmat-Nya sedang bekerja.

Allah berjanji:

> “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)

Tidak ada malam yang abadi. Dan tidak ada hujan yang turun tanpa batas. Begitu pula kesedihan: ia tidak diciptakan untuk menetap.

Tetap Tenang, Tetap Berjalan

Hari ini berat? Itu normal. Hati sedang sempit? Itu manusiawi.

Rencana berantakan? Itu bagian dari ketetapan yang tak kita pahami.

Yang harus kita lakukan hanya satu: tetap berjalan, sambil terus menggenggam keyakinan bahwa Allah bersama kita di setiap langkah.

 


“Tahu Tapi Tak Bersiap” — Renungan Tentang Lalai dan Kesadaran

Kadang manusia itu memang unik.
Ia tahu neraka itu ada. Tahu siksa itu nyata. Ia tahu kematian pasti tiba.
Namun anehnya, ia tetap hidup seakan semuanya hanya cerita.

Manusia berjalan dengan tubuh yang Allah ciptakan, menghirup udara yang Allah beri, berlindung di bawah langit yang Allah bentangkan — tapi hatinya sering lupa bahwa suatu hari semua ini akan kembali kepada Pemiliknya.

  1. Kita Tahu, Tapi Hati Kita Lalai

Kita mendengar ayat tentang neraka, tentang azab, tentang hari pembalasan. Tapi hati kita sering berkata: “Nanti saja bertobat.” Seolah-olah waktu akan selalu menunggu. Seolah-olah maut akan memberi pemberitahuan sebelum datang.

Padahal Allah berfirman:

> “Setiap jiwa akan merasakan mati.”
(QS. Ali Imran: 185)

Ayat ini bukan peringatan biasa. Ini adalah kepastian yang tidak bisa ditunda.

  1. Yang Kita Tahu Tak Selalu Kita Jalani

Kita tahu shalat itu tiang agama, tapi masih sering kita tinggalkan.
Dan Kita tahu Al-Qur’an adalah petunjuk hidup, tapi jarang kita buka.
Kita tahu maksiat itu merusak, tapi tetap kita dekati.

Inilah kelemahan manusia: mengetahui kebenaran bukan berarti ia pasti melakukannya. Maka Allah memerintahkan kita memperbanyak dzikir agar hati tidak mati.

  1. Seandainya Kita Menyadari

Bayangkan jika manusia benar-benar yakin bahwa setiap langkahnya sedang dicatat. Serta Bayangkan jika manusia betul-betul sadar bahwa dunia ini hanya tempat lewat, bukan tempat tinggal.

Bayangkan jika kita memahami bahwa setiap detik adalah kesempatan terakhir.

Hidup akan berubah.
Cara kita berbicara berubah.
Cara kita memandang dunia berubah.

  1. Bersiaplah Sebelum Datang Penyesalan

Kematian itu tidak pilih usia.
Tidak menunggu kita selesai bekerja,
tidak menunggu kita kaya,
tidak menunggu kita siap.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Orang yang cerdas adalah orang yang mampu menahan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati.” (HR. Tirmidzi)

Artinya, kecerdasan sejati bukan sekadar otak yang pintar, tetapi hati yang sadar.

Hari Ini Waktu Kita Masih Ada

Selama napas masih naik-turun, pintu taubat masih terbuka. Dan Selama mata masih bisa melihat, hati masih bisa kembali.

Selama langkah kita masih menapak bumi, kesempatan memperbaiki diri masih Allah izinkan.

Jangan tunggu nanti, karena nanti belum tentu datang. Jangan tunggu tua, karena banyak yang pergi saat muda. Dan Jangan tunggu sempat, karena kesempatan tidak selalu berulang. (Tengku Iskndar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.