SURAU.CO. Sebagian orang menganggap aktivitas pacaran sebagai sesuatu yang memabukkan. Mereka menikmati momen penyaluran kasih sayang tanpa ikatan sah. Sayangnya, aktivitas ini seringkali menyisakan kepahitan sebelum jenjang pernikahan. Rasa manis saat belum halal seolah menjadi candu. Padahal, kenyataannya itu hanyalah nafsu semata. Banyak orang bertanya tentang indahnya pacaran setelah menikah. Apakah rasanya lebih nikmat jika dibandingkan dengan mereka yang berpacaran sebelumnya? Jawabannya tentu sangat positif. Islam menawarkan perspektif yang jauh lebih dalam dan menenangkan hati.
Pandangan Cinta Halal
Pasangan dalam ikatan halal tidak hanya mendapatkan nikmat rasa. Mereka juga meraih nikmat pahala yang besar. Sebuah hadis riwayat Imam Ahmad memperkuat hal ini. Hadis tersebut menyatakan sebuah kondisi istimewa. Ketika suami memandang istrinya dengan pandangan syahwat (keinginan), Allah Swt memandang keduanya dengan rahmat.
Allah menyayangi dan mencintai pasangan tersebut. Mengapa hal itu bisa terjadi? Alasannya sederhana namun mulia. Mereka menyalurkan karunia Allah Swt pada jalan yang semestinya. Hubungan biologis dan emosional menjadi ibadah bernilai tinggi di mata Tuhan.
Menghindari Jebakan Semu Pacaran Sebelum Nikah
Para guru ruhani sering menyampaikan satu kalimat bijak. Kutipannya berbunyi: “Pacaran itu halal—asal setelah akad.” Kalimat ini terdengar sangat sederhana. Namun, ia mengandung hikmah yang sangat mendalam bagi kehidupan.
Banyak orang mencari manisnya hubungan sebelum waktunya tiba. Hasilnya, mereka justru menemukan rasa getir. Sebaliknya, orang yang bersabar hingga halal akan merasakan kedalaman cinta berbeda. Rasa ini tidak pernah ditawarkan oleh gaya pacaran anak muda zaman sekarang.
Fenomena pacaran sebelum menikah kini dianggap sangat wajar. Media sosial penuh dengan konten kemesraan pasangan belum sah. Mereka saling kirim hadiah dan curhat masalah pribadi. Orang menganggapnya sebagai bentuk pendekatan sehat. Namun pada kenyataannya, pacaran sering berakhir pada luka batin dan kecemasan muncul terus-menerus.
Ta’aruf: Sebuah Proses Menjaga Kehormatan
Islam menghadirkan konsep ta’aruf sebagai solusi elegan. Ta’aruf bukan sekadar perkenalan singkat yang kaku. Banyak orang sering salah paham mengenai hal ini. Ta’aruf adalah cara Islam menjaga kehormatan dua insan manusia.
Proses ini tidak memperkenalkan rayuan kosong. Fokus utamanya adalah meluruskan niat. Kita tidak mempertukarkan janji manis semata. Kita mencari kejelasan arah hubungan. Ta’aruf tidak mengutamakan rasa berdebar saat bertukar pesan tengah malam. Proses ini mengutamakan kejujuran visi tentang masa depan.
Budaya digital yang serba cepat sering melalaikan kita. Ta’aruf mengajarkan kita untuk berhenti sejenak. Kita perlu bertanya pada diri sendiri. Apa yang sebenarnya sedang kita cari? Apakah kita mencari cinta yang membuat gelisah? Atau kita mencari cinta yang membuat hati tenang?
Kenikmatan Psikologis Pacaran Setelah Menikah
Banyak pasangan menikah melalui proses ta’aruf mengaku merasakan sensasi unik. Mereka baru merasakan degup cinta sesungguhnya justru setelah akad terucap. Ulama sering menyebut ini sebagai mawaddah wa rahmah. Cinta tumbuh dari komitmen kuat, bukan mendahului komitmen itu sendiri.
Sensasi pacaran setelah menikah terasa sangat berbeda. Anda tidak akan merasakan takut dosa. Rasa takut kehilangan tanpa sebab juga hilang. Tidak ada lagi rasa was-was saat dilihat orang lain. Dua insan bebas saling menggoda, bebas bercanda dan bermanja tanpa batas terlarang. Inilah kenikmatan cinta yang merdeka.
Membangun Ritme Hubungan yang Sehat
Pacaran setelah menikah menghadirkan ritme kehidupan yang sehat. Ada masa bagi pasangan untuk saling menyesuaikan diri. Ada waktu untuk belajar memahami perbedaan karakter. Bahkan, ada masa jatuh cinta ulang setelah pertengkaran kecil terjadi, semua berjalan dalam suasana aman.
Islam sama sekali tidak melarang cinta. Agama ini justru sangat memuliakannya. Namun, Islam ingin cinta hadir di waktu yang tepat. Cinta yang salah waktu sering berubah menjadi penyesalan panjang.
Rasulullah Saw mengajarkan sebuah prinsip penting. Pernikahan bukan sekadar penyatuan dua tubuh fana. Pernikahan adalah penyatuan dua amanah besar. Menikah berarti memikul tanggung jawab menjaga kehormatan pasangan. Kita mendampingi mimpinya dan membimbing langkahnya menuju ridha Allah Swt.
Nikmatnya pacaran setelah menikah bukan hanya soal romantisme. Intinya adalah soal keberkahan hidup. Allah akan menjaga hati hamba yang menjaga diri dari awal. Allah menimpakan ketenangan dalam rumah tangga yang dimulai dengan adab. (kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

