Kalam
Beranda » Berita » Menyelami Kitab Riyadhul Badi’ah: Gerbang Awal Ilmu Akidah dan Fikih

Menyelami Kitab Riyadhul Badi’ah: Gerbang Awal Ilmu Akidah dan Fikih

SURAU.CO. Dunia literatur Islam klasik menyimpan banyak mutiara berharga. Salah satu permata tersembunyi itu adalah Riyadhul Badi‘ah fi Ushulid Din wa Ba‘dhi Furû‘is Syari‘ah. Publik umum mungkin jarang mendengar nama kitab ini. Namun, keberadaannya sangat vital di kalangan pesantren. 

Penulis kitab ini adalah Syekh Muhammad Hasbullah asy-Syafi‘i al-Makki. Beliau merupakan ulama besar kelahiran Makkah yang hidup antara tahun 1233 hingga 1335 Hijriah. Syekh Hasbullah menjadi rujukan utama bagi banyak pelajar dari Nusantara pada masanya. Beliau menyusun karya ini sebagai “taman kecil” bagi para penuntut ilmu. Kitab ini menjadi pijakan awal yang aman sebelum mereka melangkah ke samudra ilmu yang lebih luas.

Mengenal Sosok Syekh Muhammad Hasbullah

Syekh Hasbullah memiliki reputasi tinggi dalam dunia keilmuan Islam. Orang-orang mengenalnya karena ketekunan dan kecermatannya. Beliau menguasai berbagai bidang ilmu seperti tafsir, fikih, dan ushuluddin. 

Beliau tidak menyusun kitab ini untuk para ahli semata. Syekh Hasbullah menujukkan karya ini sebagai pegangan dasar bagi para santri agar dapat memasuki gerbang ilmu dengan mudah. Karya-karyanya selalu memiliki ciri khas tersendiri, mempunyai corak yang ringkas, sistematis, dan langsung menyentuh inti persoalan. Karakteristik inilah yang membuat Kitab Riyadhul Badi’ah tetap bertahan di pesantren hingga hari ini.

Paradoks Waktu: Mengapa Umur Pendek Bisa Berkah?

Riyadhul Badi’ah: Paduan Harmonis Antara Akidah dan Syariat

Kitab ini memiliki keistimewaan yang jarang ada pada kitab lain. Syekh Hasbullah berani merangkum dua disiplin ilmu besar dalam satu genggaman. Beliau memadukan pondasi akidah Ahlussunnah dengan fikih praktis mazhab Syafi‘i. Pembaca akan menemukan tata cara beragama yang utuh dalam satu buku kecil.

Penulis memulai pembahasan dengan hal-hal fundamental. Beliau menata kembali pemahaman tentang keimanan seorang muslim. Pembaca akan mempelajari rukun iman, rukun Islam, dan akidah khamsin atau lima puluh prinsip akidah yang merupakan pilar utama ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Penjelasannya sangat tajam dan rapi.

Setelah tuntas membahas keyakinan, kitab ini masuk ke wilayah praktik atau fikih. Pembahasan bermula dari bab thaharah atau bersuci. Thaharah merupakan fondasi bagi sahnya segala ibadah. Bagian ini memuat tiga fasal dan enam bab penting. Penulis mengupas jenis air, tata cara bersuci, dan hal-hal yang membatalkan wudhu. Beliau juga menjelaskan tentang mandi wajib, tayamum, serta cara menyucikan najis. Semua tersusun rapi untuk memudahkan pemahaman pembaca pemula.

Cakupan Fikih yang Menyeluruh

Syekh Hasbullah melanjutkan penjelasannya ke bab-bab ibadah lainnya. Beliau membahas shalat secara mendalam melalui dua fasal dan tujuh bab. Kemudian, beliau menerangkan tata cara pengurusan jenazah. Pembahasan berlanjut ke kewajiban zakat dan puasa.

Tak berhenti di situ, kitab ini juga membahas ibadah haji dan umrah. Penulis menyajikan panduan manasik yang sederhana namun sangat jelas. Bagian akhir kitab mengulas tentang udhiyyah (kurban), aqiqah, sumpah, dan nadzar. Susunan ini membuktikan bahwa Kitab Riyadhul Badi’ah bukan sekadar kumpulan hukum.

Guru Sebagai Pewaris Nabi: Memuliakan Pendidik di Tengah Ironi Zaman

Riyadhul Badi’ah: Kitab Primadona

Banyak pesantren menjadikan Kitab Riyadhul Badi’ah sebagai materi dasar. Santri biasanya mempelajarinya sebelum naik ke kitab fikih yang lebih besar. Kitab lanjutan tersebut misalnya Fathul Qarib, Sullam at-Taufiq, atau Kifayatul Akhyar. Ada alasan kuat mengapa kitab ini menjadi primadona.

  1. Isinya ringkas tetapi menyeluruh. Hanya dengan tebal sekitar 52 halaman, kitab ini mencakup dua disiplin ilmu besar.
  2. Bahasanya sangat lugas. Hal ini sangat tepat untuk santri pemula yang baru belajar bahasa Arab.
  3. Kitab ini bermazhab Syafi‘i. Paham ini sangat selaras dengan tradisi fikih mayoritas muslim Nusantara.
  4. kitab ini menjembatani akidah dan ibadah. Pelajar modern sering memahami dua wilayah ini secara terpisah, namun Syekh Hasbullah menyatukannya.

Kitab ini mengajarkan kita melihat agama sebagai kesatuan utuh. Keyakinan harus memancar dalam perbuatan. Sebaliknya, perbuatan harus berakar kuat pada keyakinan yang benar.

Warisan Abadi untuk Penuntut Ilmu

Kitab Riyadhul Badi’ah mengajarkan filosofi penting dalam menuntut ilmu. Perjalanan keilmuan tidak harus mulai dari hal yang rumit. Kita bisa memulainya dari sebuah taman kecil atau riyadh. Di sana, seseorang menata imannya dan merapikan ibadahnya sebelum melangkah jauh.

Warisan Syekh Muhammad Hasbullah asy-Syafi‘i al-Makki ini terus mengalirkan manfaat. Kita bisa menemukannya di ruang-ruang ngaji pesantren. Mulai dari sistem sorogan yang privat hingga bandongan yang ramai, kitab ini selalu hadir. Ia menjadi bekal awal bagi ribuan santri untuk memahami agama dengan kokoh. Wallahu a‘lam.(kareemustofa)

Mengenal Matan al-Ajurumiyah: Kitab Nahwu Sepanjang Masa


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement