Pendidikan memegang peran vital dalam kemajuan sebuah peradaban bangsa. Sosok guru berdiri di garda terdepan dalam proses pembentukan karakter generasi penerus. Kita sering mendengar istilah guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Namun, frasa Guru Sebagai Pewaris Nabi memiliki makna teologis yang jauh lebih dalam. Sayangnya, realitas sosial hari ini justru memperlihatkan nasib guru yang kian terpinggirkan.
Masyarakat modern sering kali mengukur kesuksesan hanya dari materi semata. Hal ini berdampak buruk pada cara pandang orang tua terhadap profesi guru. Kita perlu meninjau ulang bagaimana kita memperlakukan sosok yang mentransfer ilmu kepada anak-anak kita.
Kedudukan Mulia Sang Penyebar Ilmu
Islam menempatkan penuntut ilmu dan pengajarnya pada derajat yang sangat tinggi. Para ulama dan guru menjalankan fungsi kenabian dalam membimbing umat dari kegelapan menuju cahaya. Nabi Muhammad SAW tidak mewariskan Dinar atau Dirham kepada umatnya. Beliau mewariskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi keselamatan dunia dan akhirat.
Rasulullah SAW bersabda:
“Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi).
Kutipan tersebut menegaskan bahwa guru memikul tanggung jawab yang sangat berat sekaligus mulia. Mereka tidak hanya mengajarkan rumus matematika atau hafalan sejarah. Guru menanamkan nilai moral, etika, dan adab yang menjadi fondasi kehidupan sosial. Tanpa peran mereka, manusia akan kehilangan arah dan terjebak dalam kebodohan.
Seorang penyair Arab pernah berkata:
“Berdirilah untuk guru dan berikanlah penghormatan, hampir saja seorang guru itu menjadi seorang rasul.”
Realitas Pahit Pendidik Masa Kini
Fakta di lapangan sering kali berbanding terbalik dengan kemuliaan gelar tersebut. Kita sering menyaksikan berita miris mengenai nasib guru di berbagai daerah. Masalah kesejahteraan masih menjadi isu utama yang tak kunjung usai. Banyak guru honorer menerima upah yang sangat tidak layak di bawah standar hidup minimum.
Mereka harus memutar otak untuk mencukupi kebutuhan dapur sehari-hari. Beberapa guru bahkan terpaksa bekerja sampingan sebagai pemulung atau buruh kasar setelah jam sekolah usai. Kondisi ini tentu mengganggu fokus mereka dalam mendidik siswa di kelas. Pemerintah harus segera mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan masalah menahun ini.
Selain masalah ekonomi, ancaman kriminalisasi juga menghantui para pendidik. Hubungan antara guru, murid, dan wali murid kini terasa semakin kaku dan transaksional. Tindakan mendisiplinkan siswa sering kali berujung pada laporan kepolisian. Padahal, niat guru semata-mata untuk membentuk karakter anak agar menjadi pribadi yang disiplin.
Fenomena ini mengikis wibawa guru di mata peserta didik. Murid tidak lagi memandang guru sebagai orang tua kedua di sekolah. Mereka justru menganggap guru sebagai penyedia jasa yang bisa mereka atur sesuka hati. Hilangnya keberkahan ilmu bermula dari hilangnya rasa hormat murid kepada gurunya.
Mengembalikan Marwah Pendidikan
Bangsa yang besar adalah bangsa yang memuliakan para gurunya. Kita tidak bisa mengharapkan generasi emas jika kita menelantarkan para pengasah emas tersebut. Semua elemen masyarakat harus bersinergi untuk mengembalikan marwah Guru Sebagai Pewaris Nabi.
Orang tua memiliki peran krusial dalam menanamkan rasa hormat anak kepada guru di rumah. Jangan mudah tersulut emosi ketika mendengar keluhan sepihak dari anak. Bangun komunikasi yang sehat dengan pihak sekolah untuk mencari solusi terbaik.
Pemerintah juga memegang kendali penuh dalam regulasi kebijakan pendidikan. Alokasi anggaran pendidikan harus benar-benar menyentuh kesejahteraan guru, terutama di daerah terpencil. Jaminan perlindungan hukum bagi profesi guru juga harus segera diperkuat. Guru membutuhkan rasa aman dalam menjalankan tugas mulianya mendidik anak bangsa.
Penutup: Sebuah Refleksi Bersama
Memuliakan guru bukan sekadar memberikan kado saat peringatan Hari Guru. Penghormatan sejati terlihat dari jaminan hidup layak dan perlindungan status sosial mereka. Kita harus menghentikan segala bentuk marginalisasi terhadap profesi pendidik.
Keberkahan hidup suatu bangsa sangat bergantung pada bagaimana bangsa tersebut memperlakukan para pewaris nabi. Jika kita terus membiarkan guru terpinggirkan, kita sedang menyiapkan kehancuran bagi masa depan sendiri. Mari kita mulai perubahan ini dari diri kita sendiri sekarang juga. Hormati guru, muliakan ilmu, dan selamatkan peradaban bangsa.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
