Banyak orang tua merasa tabu membicarakan seksualitas kepada anak. Padahal, Islam telah mengatur hal ini secara rinci. Kita dapat menemukan panduannya dalam kitab-kitab klasik. Salah satu rujukan utama adalah kitab Riyadus Shalihin. Karya Imam An-Nawawi ini memuat banyak bab tentang adab.
Pendidikan seksualitas dalam Islam bukan sekadar hubungan biologis. Islam menekankan pada penanaman adab dan batasan aurat. Kita harus memulai pendidikan ini sejak dini. Anak perlu memahami konsep rasa malu dan privasi tubuh.
Fondasi Adab dalam Riyadus Shalihin
Imam An-Nawawi menyusun Riyadus Shalihin dengan sangat sistematis. Beliau memasukkan bab-bab khusus tentang larangan dan perintah. Orang tua dapat mengambil intisari bab tersebut. Kita bisa menerapkannya dalam bahasa sederhana kepada buah hati.
Pendidikan seksualitas sejatinya adalah upaya perlindungan. Kita melindungi fitrah anak dari kerusakan zaman. Kita juga menanamkan nilai ketaatan kepada Allah SWT. Ada dua pilar utama dalam konteks ini. Pertama adalah menjaga pandangan. Kedua adalah menjaga kemaluan.
Urgensi Menjaga Pandangan (Ghadul Bashar)
Era digital membawa tantangan berat bagi mata anak-anak. Konten negatif bertebaran di media sosial. Riyadus Shalihin menekankan pentingnya menundukkan pandangan. Ini berlaku bagi laki-laki maupun perempuan.
Orang tua wajib mengawasi tontonan anak. Kita harus mengajarkan mereka mengalihkan pandangan dari hal buruk. Jelaskan bahwa mata adalah amanah dari Allah. Mata harus melihat hal-hal yang baik saja.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an yang dikutip dalam Riyadus Shalihin:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nur: 30)
Ayat ini menjadi dalil utama. Menahan pandangan adalah langkah awal kesucian hati. Anak yang terbiasa menjaga mata akan memiliki hati yang bersih. Mereka akan terhindar dari keinginan berbuat maksiat sejak dini.
Mengajarkan Anak Menjaga Kemaluan
Poin kedua adalah menjaga kemaluan. Konsep ini berkaitan erat dengan pengenalan aurat. Orang tua perlu mengenalkan bagian tubuh pribadi kepada anak. Beritahu mereka area mana yang tidak boleh disentuh orang lain. Gunakan istilah anatomis yang benar namun sopan. Jangan menggunakan istilah kiasan yang membingungkan. Ajarkan anak untuk berani menolak sentuhan yang tidak nyaman. Ini adalah bentuk pertahanan diri dasar.
Imam An-Nawawi juga mencantumkan hadis tentang rasa malu. Rasa malu adalah bagian dari iman. Anak harus malu jika auratnya terlihat orang lain.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Jagalah kemaluanmu kecuali terhadap istrimu atau budak yang kamu miliki.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Meskipun hadis ini untuk orang dewasa, prinsipnya berlaku umum. Kita mengajarkan anak bahwa tubuh mereka sangat berharga. Hanya orang tertentu yang memiliki hak akses (seperti dokter didampingi ibu).
Memisahkan Tempat Tidur
Riyadus Shalihin juga menyinggung adab tidur. Islam memerintahkan pemisahan tempat tidur anak saat usia tertentu. Nabi memerintahkan pemisahan ini saat anak berusia sepuluh tahun. Perintah ini memiliki hikmah besar. Pemisahan tempat tidur melatih kemandirian. Hal ini juga mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Anak belajar menghargai privasi saudaranya. Mereka akan mengerti batasan aurat sesama saudara kandung.
Orang tua harus tegas dalam aturan ini. Siapkan kamar terpisah bagi anak laki-laki dan perempuan. Jika tidak mampu, pisahkan selimut atau kasur mereka. Langkah ini menutup celah godaan setan.
Peran Orang Tua Sebagai Teladan
Teori saja tidak cukup tanpa praktik. Ayah dan ibu memegang peran kunci sebagai teladan. Anak akan meniru perilaku orang tuanya. Tunjukkan cara berpakaian yang menutup aurat di rumah. Tunjukkan adab meminta izin sebelum masuk kamar orang tua. Jangan biarkan anak melihat orang tua berganti pakaian. Ini adalah pendidikan seksualitas paling dasar. Anak akan merekam memori tersebut. Mereka akan menganggap privasi sebagai hal penting.
Komunikasi terbuka juga sangat vital. Buat anak nyaman bertanya tentang tubuhnya. Jawablah dengan perspektif agama yang bijak. Jangan memarahi mereka karena rasa ingin tahu.
Kesimpulan
Pendidikan seksualitas sejak dini sangatlah krusial. Kita tidak boleh menyerahkan tugas ini kepada sekolah atau internet. Riyadus Shalihin menawarkan panduan lengkap berbasis iman. Mengajarkan menjaga pandangan dan kemaluan adalah investasi akhirat. Kita menyelamatkan anak dari degradasi moral. Mari kembali membuka kitab para ulama. Kita terapkan nilai-nilainya dalam pengasuhan sehari-hari. Anak yang terjaga adabnya akan menjadi generasi yang shalih.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
