Khazanah
Beranda » Berita » Jejak Digital vs Catatan Amal: Refleksi Eskatologis dari Kitab Riyadus Shalihin

Jejak Digital vs Catatan Amal: Refleksi Eskatologis dari Kitab Riyadus Shalihin

Dunia maya telah mengubah cara manusia berinteraksi secara drastis. Kita sering mendengar ungkapan bahwa “jejak digital itu kejam”. Ungkapan ini muncul karena internet mendokumentasikan segala aktivitas penggunanya. Server menyimpan riwayat pencarian, unggahan foto, hingga komentar pedas kita. Manusia mungkin bisa menghapus sebuah postingan. Namun, tangkapan layar atau arsip digital orang lain seringkali mengabadikannya kembali. Fenomena ini sebenarnya memiliki korelasi kuat dengan konsep teologi Islam. Kita mengenal istilah catatan amal dalam ranah eskatologi (ilmu tentang akhir zaman).

Kitab Riyadus Shalihin karya Imam An-Nawawi membahas hal ini secara tersirat maupun tersurat. Kitab ini menjadi rujukan utama dalam pembentukan karakter seorang Muslim. Imam An-Nawawi menyusun hadis-hadis yang mengingatkan kita tentang pengawasan Allah. Perbandingan antara rekaman server digital dan catatan malaikat menjadi topik menarik untuk kita kaji.

Ketelitian Malaikat Pencatat Melampaui Algoritma

Teknologi Big Data mampu merekam preferensi belanja dan pola pikir kita. Namun, kemampuan ini masih memiliki celah kesalahan. Sebaliknya, Islam mengajarkan konsep Raqib dan Atid. Dua malaikat ini mencatat perbuatan manusia dengan presisi mutlak. Mereka tidak pernah lalai sedetik pun.

Imam An-Nawawi menempatkan bab Muraqabah (merasa diawasi Allah) di bagian awal kitabnya. Beliau ingin menekankan bahwa kesadaran akan pengawasan Allah adalah fondasi iman. Kesadaran ini harusnya lebih besar daripada ketakutan kita terhadap viralnya aib di media sosial.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang sering dikutip dalam pembahasan ini:
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf: 18).

Maskulinitas Positif dalam Riyadus Shalihin: Meneladani Sosok Ayah dan Suami Ideal

Ayat ini menegaskan bahwa setiap ketikan jari kita bernilai hisab. Komentar julid di Instagram bukan sekadar teks kosong. Status provokatif di Facebook bukan sekadar curahan hati. Semua itu masuk ke dalam database langit yang anti-retas.

Efek Domino: Sunnah Hasanah dan Sayyi’ah di Era Digital

Aspek paling mengerikan dari media sosial adalah fitur “bagikan” atau share. Satu unggahan bisa menyebar ke jutaan orang dalam hitungan menit. Perspektif eskatologis dalam Riyadus Shalihin memandang ini sebagai peluang sekaligus ancaman.

Kita bisa melihat relevansi Hadis Nabi Muhammad SAW berikut ini:

“Barangsiapa yang mencontohkan suatu jalan yang baik dalam Islam, maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang mencontohkan suatu jalan yang buruk dalam Islam, maka ia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim).

Konteks digital memperjelas makna hadis ini. Bayangkan seseorang membuat konten edukasi yang bermanfaat. Ribuan orang menonton dan mengamalkannya. Pahala akan terus mengalir ke akun “catatan amal” pembuatnya, bahkan setelah ia wafat. Ini adalah bentuk pasif dari amal jariyah digital.

Antara Hak Hamba dan Hak Allah: Menata Ubudiyah Menurut Madarijus-Salikin

Sebaliknya, bayangkan seseorang menyebar berita bohong atau konten asusila. Jejak digital tersebut terus beredar. Orang lain terus melihat dan menyebarkannya. Sang pembuat konten akan memanen dosa jariyah tanpa henti.

Imam An-Nawawi memasukkan hadis ini untuk memperingatkan umat. Beliau ingin kita sadar akan dampak jangka panjang dari sebuah perbuatan. Di era digital, dampak tersebut terjadi secara instan dan masif.

Eskatologi: Saat Jejak Digital Menjadi Saksi

Eskatologi Islam berbicara tentang hari pembalasan atau Yaumul Hisab. Pada hari itu, mulut manusia akan terkunci. Tangan dan kaki yang akan berbicara.

Dalam konteks kekinian, jejak digital adalah bukti forensik duniawi. Namun di akhirat, bukti tersebut bermanifestasi dalam bentuk yang lebih nyata. Jari-jari yang mengetik fitnah akan bersaksi. Mata yang menatap layar penuh maksiat akan memberikan pengakuan.

Riyadus Shalihin banyak memuat hadis tentang bahaya lisan. Imam An-Nawawi mendedikasikan bab khusus tentang menjaga lisan (Hifzhul Lisan). Di zaman sekarang, menjaga lisan sama artinya dengan menjaga jari. Ketikan di kolom komentar memiliki ketajaman setara dengan ucapan lisan. Bahkan, dampaknya seringkali lebih menyakitkan dan bertahan lama.

Kekuatan Sederhana: Menghapus Kasta Sosial dengan Salam dan Senyum Tulus

Penghapusan riwayat browser tidak akan menipu malaikat. Penggunaan akun anonim atau fake account tidak menyembunyikan identitas kita dari Allah. Transparansi di akhirat bersifat mutlak.

Strategi Muslim Bijak dalam Bermedia Sosial

Memahami Jejak Digital vs Catatan Amal harus melahirkan perubahan sikap. Kita harus mengadopsi strategi bermedia sosial yang eskatologis. Artinya, kita berpikir jauh ke depan hingga ke kehidupan pasca-kematian.

Pertama, kita wajib melakukan tabayyun (cek fakta) sebelum membagikan informasi. Kedua, kita harus menahan diri dari perdebatan yang tidak perlu. Imam An-Nawawi menyarankan kita untuk meninggalkan hal yang tidak bermanfaat. Ketiga, jadikan media sosial ladang dakwah.

Algoritma media sosial bekerja berdasarkan apa yang sering kita lihat. Maka, penuhilah linimasa kita dengan konten positif. Hal ini akan membentuk pola pikir yang baik. Secara otomatis, jejak digital kita pun akan penuh kebaikan.

Kesimpulan

Jejak digital dan catatan amal berjalan beriringan. Bedanya, jejak digital masih bisa manusia manipulasi atau hapus di dunia. Sedangkan catatan amal bersifat permanen dan abadi hingga hari kiamat. Perspektif Riyadus Shalihin mengajak kita untuk lebih cerdas. Kita harus menjadikan teknologi sebagai alat pemberat timbangan kebaikan. Jangan biarkan status media sosial menjadi penyesalan terbesar kita di hadapan Allah kelak. Mari kita bijak mengetik, karena malaikat tak pernah berhenti mencatat.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement