Kalam
Beranda » Berita » Mengenal Matan al-Ajurumiyah: Kitab Nahwu Sepanjang Masa

Mengenal Matan al-Ajurumiyah: Kitab Nahwu Sepanjang Masa

Mengenal Matan al-Ajurumiyah: Kitab Nahwu Sepanjang Masa
Ilustrasi

SURAU.CO – Kitab al-Ajurumiyah adalah kitab dasar gramatika Arab atau sering kita sebut dengan ilmu nahwu. Kitab ini cukup tipis tapi isi dan faedahnya besar sekali. Kitab ini cukup tipis tapi isi dan faedahnya besar sekali. Susunannya ringkas, jelas, dan langsung menuju pokok persoalan. Penulisnya adalah al-Imam ash-Shanhaji, seorang ulama ahli bahasa yang namanya harum hingga kini. Dalam berbagai literatur, nama lengkapnya adalah Abu ‘Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Daud ash-Shanhâji, lahir di Fez, Maroko, pada 672 H dan wafat pada 723 H.

Menurut keterangan Ibn al-Hâj, tahun kelahiran ash-Shanhaji bertepatan dengan tahun wafatnya Imam Ibnu Malik, penulis Alfiyah (Syekh ash-Shanhâji, Matn al-Ajurumiyah, Kuwait, 1431/2010, h. 13). Fakta tersebut semakin menguatkan kedudukan ash-Shanhaji sebagai pewaris tradisi nahwu setelah Ibnu Malik.

Struktur dan Kekuatan Penyajian Matan

Para santri nusantara mempelajari al-Ajurumiyah sejak tingkatan dasar karena gaya bahasa kitab ini sangat mudah dipahami. Penjelasannya tidak bertele-tele—nyaris tanpa perbedaan pendapat—dan setiap bab berfokus pada definisi, klasifikasi, dan contoh. Penyajian yang ringkas namun tepat sasaran menjadi kelebihan utama matan ini.

Sebagai contoh, dalam bab tentang mashdar, ash-Shanhaji menulis:

“al-Mashdar adalah isim manshub yang berada pada posisi ketiga dalam tashrif fi’il… Mashdar terbagi menjadi lafdhi dan ma’nawi…” (Syekh ash-Shanhâji, Matn al-Ajurumiyah, Dar el-Syamî’i, 1419 H, h. 18).

Antara Hak Hamba dan Hak Allah: Menata Ubudiyah Menurut Madarijus-Salikin

Penjelasan tersebut menggambarkan metode penulisan yang sistematis dan langsung ke inti persoalan. Ia memulai dengan definisi, lalu membagi jenis-jenisnya, kemudian menghadirkan contoh-contoh konkret seperti qataltuhu qatlan untuk mashdar lafdhi dan jalastu qu‘ûdan untuk mashdar ma’nawi.

Asal Penamaan dan Latar Penyusunan

Nama al-Ajurumiyah sudah sangat masyhur, meskipun tidak diketahui secara pasti apakah sang pengarang sendiri yang memberikan judul tersebut. Hâyif an-Nabhân, dalam edisi tahqîq yang ia sunting, bahkan mengemukakan pendapat menarik bahwa nama “Ajurûmi” berasal dari serapan kata Inggris “grammar” . Meski pendapat ini tidak populer di kalangan ahli nahwu, ia menunjukkan betapa luasnya spektrum penelitian terhadap kitab kecil ini.

Sumber-sumber klasik juga mencatat sejumlah riwayat tentang proses penulisan kitab tersebut. As-Suyuthi dalam Bughyah al-Wu‘ât menyebutkan bahwa al-Ajurumiyah ditulis dengan mengikuti metode Kûfiyyîn, ditandai antara lain dengan penggunaan istilah khafadh alih-alih jarr. Ar-Râ’i bahkan meriwayatkan bahwa ash-Shanhaji menulis kitab ini di hadapan Ka’bah.

Sayyid Ahmad Zaini Dahlan dalam Mukhtashar Jiddan menambahkan kisah bahwa setelah selesai menulis, ash-Shanhaji melemparkan kitab tersebut ke laut sebagai ujian keikhlasan. Kitab itu tidak basah, sehingga ia yakin bahwa karya tersebut diterima di sisi Allah. Kisah ini, walaupun bersifat riwayat tradisional, semakin menegaskan posisi kitab ini dalam tradisi ulama (Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mukhtashar Jiddan, h. 27).

Adapun beberapa metode penulisan yang menjadi ciri khas al-Ajurumiyah:

Adab Mengirim Pesan dalam Islam: Refleksi Riyadush Shalihin di Era Digital

  1. Memulai setiap bab dengan definisi dasar.
  2. Melakukan klasifikasi yang jelas dan sistematis.
  3. Memberikan contoh di setiap klasifikasi.
  4. Memilih pendapat yang dianggap kuat tanpa fanatik mazhab.
  5. Tidak menuliskan mukaddimah ataupun tujuan penyusunan.
  6. Tidak mengutip dalil-dalil berupa syair atau uraian kebahasaan panjang.
  7. Menjelaskan materi secara ringkas dan padat.
  8. Menghilangkan beberapa bab dalam rangka meringkas buku.

Metode inilah yang membuat al-Ajurumiyah sangat efektif sebagai kitab pemula.

Karya Turunan: Syarah, I‘rab, dan Nazham

Kedudukan kitab ini begitu penting hingga melahirkan lebih dari seratus karya turunan dalam berbagai bentuk: syarah, i‘rab, dan nazham. Di antara syarah yang dikenal luas adalah:

  • Mukhtashar Jiddan karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan,
  • ad-Durrah an-Nahwiyah karya Abu Ya’la,
  • ad-Durrah al-Bahiyah karya Muhammad bin ‘Umar,
  • Syarh al-‘Asymawi karya al-‘Asymawi.

Dalam bidang i‘rab, muncul karya-karya seperti I‘rab al-Ajurumiyah karya Khalid al-Azhari dan al-Fawâid as-Saniyah karya Najmuddin al-Halabi. Adapun versi nadhamnya yang paling terkenal adalah Nazhm al-‘Imrithî dan ad-Durrah al-Burhâniyah karya Burhanuddin al-Kurdi.

Hingga hari ini, tidak ada kitab lain yang mampu menggantikan posisi al-Ajurumiyah sebagai kurikulum pertama dalam pembelajaran nahwu. Keberlangsungannya selama lebih dari tujuh abad menunjukkan keberkahan yang diyakini lahir dari keikhlasan penulis dan doa para ulama serta pelajar yang memanfaatkannya.

 

Melawan Cancel Culture dengan Adab Memaafkan dalam Riyadus Shalihin


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement