Kalam
Beranda » Berita » Peran Ayah dalam Pendidikan Anak: Menggali Kasih Sayang dari Riyadus Shalihin

Peran Ayah dalam Pendidikan Anak: Menggali Kasih Sayang dari Riyadus Shalihin

Banyak masyarakat sering terjebak dalam stigma kuno mengenai pengasuhan. Mereka menganggap urusan mendidik anak hanyalah tugas seorang ibu. Sementara itu, ayah hanya bertugas mencari nafkah di luar rumah. Padahal, keterlibatan ayah memegang kunci vital dalam tumbuh kembang mental si kecil. Islam sendiri menempatkan peran ayah dalam pendidikan anak pada posisi yang sangat agung. Kita dapat melihat pedoman ini secara jelas dalam kitab rujukan umat, Riyadus Shalihin.

Imam An-Nawawi menyusun kitab Riyadus Shalihin dengan sangat sistematis. Beliau menyertakan bab khusus mengenai kasih sayang terhadap anak-anak. Bab ini membuka mata para orang tua, khususnya para ayah. Kita akan belajar bagaimana Rasulullah SAW berinteraksi dengan anak-anak dan cucu beliau. Metode beliau mematahkan anggapan bahwa ayah harus selalu tampil kaku atau garang.

Ketegasan Bukan Berarti Kekerasan

Seorang ayah sering kali ingin terlihat berwibawa di depan keluarganya. Namun, banyak yang salah mengartikan wibawa sebagai sikap dingin dan tanpa sentuhan fisik. Riyadus Shalihin merekam sebuah momen penting yang mengubah pandangan ini.

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Abu Hurairah menceritakan suatu kejadian. Rasulullah SAW mencium cucu beliau, Al-Hasan bin Ali. Saat itu, duduklah seorang sahabat bernama Al-Aqra’ bin Habis di dekat beliau. Melihat pemandangan tersebut, Al-Aqra’ merasa heran.

Ia berkata dengan polos:

Hifzhul Lisan di Era Digital: Menggali Seni Diam dari Kitab Riyadhus Shalihin

“Saya mempunyai sepuluh orang anak, namun saya belum pernah mencium satupun dari mereka.”

Respon Rasulullah SAW sangatlah menohok namun penuh makna. Beliau memandang Al-Aqra’ lalu bersabda:

“Barangsiapa tidak menyayangi maka tidak akan disayangi.”

Kutipan ini menjadi pondasi utama peran ayah dalam pendidikan anak. Rasulullah menegaskan bahwa kasih sayang adalah mata uang yang berlaku universal. Seorang ayah tidak akan kehilangan maskulinitas hanya karena mencium anaknya. Justru, kelembutan hati adalah tanda kesempurnaan iman seseorang.

Sentuhan Fisik Membangun Ikatan Emosional

Pelajaran dari hadits di atas sangat relevan dengan psikologi modern. Anak membutuhkan validasi emosional dari sosok ayahnya. Ciuman, pelukan, dan belaian kepala bukan sekadar gerakan fisik. Itu adalah transfer energi ketenangan.

Riyadus Shalihin: Mata Air yang Tak Pernah Kering di Gurun Modernitas

Anak yang sering mendapatkan sentuhan fisik dari ayahnya akan tumbuh lebih percaya diri. Mereka merasa aman dan dicintai. Perasaan aman ini akan memudahkan proses transfer nilai-nilai kehidupan.

Seorang ayah tidak bisa mendidik anak jika tidak memiliki koneksi batin. Koneksi itu terbangun melalui interaksi yang hangat. Anda tidak bisa mengharapkan anak patuh jika Anda tidak pernah menyentuh hatinya. Maka, mulailah pendidikan dengan sentuhan kasih sayang.

Meneladani Kelembutan Rasulullah

Imam An-Nawawi dalam Riyadus Shalihin juga menyertakan hadits lain tentang kasih sayang. Riwayat ini menceritakan orang-orang Badui yang datang kepada Nabi. Mereka bertanya dengan nada meremehkan tentang kebiasaan mencium anak-anak.

Nabi menjawab bahwa beliau tidak bisa mencabut rasa sayang yang Allah telah cabut dari hati mereka. Ini menyiratkan bahwa ketiadaan rasa sayang adalah sebuah penyakit hati. Ayah yang baik harus memelihara kelembutan di dalam dadanya.

Penerapan peran ayah dalam pendidikan anak di masa kini harus meniru pola ini. Pulanglah ke rumah dengan wajah ceria. Tinggalkan beban pekerjaan di kantor. Sapa anak-anak dengan salam yang hangat. Dengarkan cerita mereka tentang kejadian di sekolah.

Riyadus Shalihin: Warisan Peradaban yang Menyelamatkan Kemanusiaan

Dampak Jangka Panjang pada Karakter Anak

Pendidikan bukan hanya soal nilai akademis di atas kertas. Pendidikan adalah pembentukan karakter. Ayah yang penyayang akan mencetak anak yang penyayang pula. Anak laki-laki akan belajar cara memperlakukan orang lain dengan hormat. Anak perempuan akan menetapkan standar tinggi dalam mencari pasangan kelak.

Sebaliknya, ayah yang kasar berpotensi melahirkan generasi yang keras hati. Anak mungkin akan mencari pelarian kasih sayang di luar rumah. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi masa depan mereka.

Oleh karena itu, kembalilah pada ajaran Riyadus Shalihin. Jadikan kasih sayang sebagai kurikulum utama di rumah. Jangan malu mengekspresikan cinta kepada buah hati. Ingatlah sabda Nabi, bahwa rahmat Allah dekat dengan orang yang berbuat baik.

Kesimpulan

Menjadi ayah adalah amanah besar dari Allah SWT. Anda tidak hanya bertanggung jawab atas perut mereka, tetapi juga hati mereka. Optimalkan peran ayah dalam pendidikan anak dengan pendekatan kasih sayang.

Buanglah ego yang mengatakan laki-laki tidak boleh lembut. Rasulullah adalah manusia paling gagah, namun beliau juga yang paling lembut kepada anak-anak. Mari kita buka kembali kitab Riyadus Shalihin. Kita praktikkan bab kasih sayang ini dalam kehidupan sehari-hari. Niscaya, keluarga kita akan menjadi ladang pahala dan kebahagiaan.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement