Pernahkah Anda mendengar istilah “Taubat Sambal”? Orang Indonesia sering menggunakan istilah ini. Istilah ini menggambarkan rasa kapok yang hanya sesaat. Seseorang merasa pedas saat makan sambal. Dia berjanji berhenti makan. Namun, dia kembali memakannya saat rasa pedas itu hilang.
Fenomena ini sering terjadi dalam kehidupan beragama kita. Kita melakukan dosa, lalu menyesal sesaat. Sayangnya, kita mengulangi dosa yang sama di kemudian hari. Inilah gambaran nyata dari taubat sambal. Hal ini tentu bertolak belakang dengan konsep Islam. Islam mengajarkan Taubat Nasuha atau taubat yang murni.
Imam An-Nawawi membahas hal ini secara mendalam. Beliau menempatkan “Bab Taubat” pada urutan awal kitab Riyadhu Saliheen. Penempatan ini memiliki makna mendalam. Beliau ingin menekankan urgensi taubat sebelum membahas amal saleh lainnya. Mari kita bedah perbedaannya.
Hakikat Taubat dalam Islam
Para ulama sepakat tentang kewajiban bertaubat. Setiap muslim wajib segera bertaubat dari segala dosa. Allah SWT sangat mencintai hamba yang bertaubat. Allah berfirman dalam Al-Quran Surah An-Nur ayat 31:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
Ayat ini menggunakan kata perintah. Artinya, taubat bukan sekadar pilihan. Taubat adalah keharusan bagi orang beriman. Kita tidak boleh menunda taubat. Menunda taubat hanya akan mengeraskan hati.
Memahami Fenomena Taubat Sambal
Taubat sambal sebenarnya adalah bentuk kelalaian. Pelakunya hanya menyesal di bibir saja. Hatinya masih terikat pada dosa tersebut. Dia berhenti maksiat karena keadaan terpaksa. Mungkin dia sedang sakit atau tidak punya uang.
Dia akan kembali bermaksiat saat kondisinya membaik. Ini bukan taubat yang sesungguhnya. Allah menginginkan kejujuran hati. Anda tidak bisa menipu Allah dengan penyesalan palsu.
Taubat jenis ini sangat berbahaya. Pelakunya merasa aman dari azab Allah. Dia menganggap remeh dosa kecil. Padahal, dosa kecil yang menumpuk akan menjadi dosa besar. Kita harus segera meninggalkan mentalitas ini.
Syarat Taubat Nasuha Menurut Riyadhu Saliheen
Imam An-Nawawi menjelaskan syarat taubat secara rinci. Taubat Nasuha memiliki kriteria ketat. Taubat ini akan menghapus dosa secara total. Allah berfirman dalam Surah At-Tahrim ayat 8:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).”
Imam An-Nawawi memerinci tiga syarat utama dalam Riyadhu Saliheen. Syarat ini berlaku jika dosa tersebut berkaitan dengan Allah (Hablum Minallah).
1. Berhenti Melakukan Dosa Seketika
Anda harus melepaskan diri dari maksiat tersebut. Tidak ada tawar-menawar dalam hal ini. Seseorang tidak bisa bertaubat sambil terus berbuat dosa. Orang yang berzina harus berhenti berzina. Orang yang memakan riba harus menutup akun ribawinya. Berhenti total adalah langkah awal mutlak.
2. Menyesali Perbuatan Tersebut
Rasa sesal harus muncul dari dalam hati. Anda merasa sedih telah melanggar larangan Allah. Penyesalan ini bukan karena takut pada manusia. Penyesalan ini murni karena takut pada murka Allah. Rasulullah SAW bersabda bahwa penyesalan adalah inti taubat. Tanpa penyesalan, lisan yang beristighfar hanyalah omong kosong.
3. Bertekad Tidak Mengulangi Selamanya
Anda harus memiliki azzam atau tekad kuat. Hati Anda berjanji tidak akan kembali pada dosa itu. Tekad ini menjadi benteng pertahanan. Anda akan menolak ajakan maksiat di masa depan. Syarat ini membedakan taubat nasuha dengan taubat sambal. Taubat sambal tidak memiliki tekad permanen ini.
Syarat Tambahan: Hak Adami
Tiga syarat di atas berlaku untuk dosa kepada Allah. Namun, Imam An-Nawawi menambahkan satu syarat lagi. Syarat ini berlaku jika dosa berkaitan dengan hak manusia.
Anda harus membebaskan diri dari hak orang lain. Jika Anda mencuri harta, Anda harus mengembalikannya. Jika Anda memfitnah orang, Anda harus meminta maaf. Anda juga harus membersihkan nama baiknya.
Allah tidak akan mengampuni dosa antar manusia sebelum mereka saling memaafkan. Syarat keempat ini seringkali lebih berat. Kita harus menurunkan ego untuk meminta maaf. Namun, ini adalah jalan satu-satunya menuju keselamatan akhirat.
Mengapa Kita Harus Segera Beralih ke Taubat Nasuha?
Kematian tidak mengenal usia. Kita tidak tahu kapan jatah umur kita habis. Melakukan taubat sambal sama saja dengan berjudi nyawa. Bayangkan jika nyawa dicabut saat sedang mengulangi dosa.
Taubat Nasuha memberikan ketenangan jiwa. Hati Anda akan menjadi lapang. Beban dosa yang berat akan hilang. Anda akan merasakan manisnya iman. Hubungan dengan Allah akan membaik.
Selain itu, Allah menjanjikan surga bagi yang bertaubat. Allah juga akan mengganti keburukan mereka dengan kebaikan. Ini adalah tawaran yang sangat menguntungkan. Jangan sia-siakan kesempatan emas ini.
Penutup
Mari kita evaluasi diri kita hari ini. Apakah taubat kita sudah memenuhi syarat Imam An-Nawawi? Atau kita masih terjebak dalam siklus taubat sambal?
Kitab Riyadhu Saliheen mengajarkan kita untuk serius. Jangan permainkan ampunan Allah. Segeralah beralih menuju Taubat Nasuha. Lakukan sekarang juga selagi napas masih berhembus. Pintu ampunan Allah selalu terbuka lebar bagi hamba yang sungguh-sungguh.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
