SURAU.CO – Dalam barisan para sahabat Nabi Muhammad SAW, Said bin Al-Ash adalah sosok yang istimewa. Ia dikenal tidak hanya sebagai pemimpin cakap dan seorang gubernur. Ia juga seorang sahabat yang shalatnya menyerupai shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Pengakuan ini bukan berasal dari sembarang orang. Pengakuan ini datang langsung dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya meneladani Nabi dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam ibadah.
Mengenal Said bin Al-Ash: Profil Sang Sahabat Mulia
Nama lengkapnya adalah Said bin Al-Ash bin Said bin Al-Ash bin Umayyah. Ia berasal dari suku Quraisy, tepatnya Bani Umayyah. Ayahnya, Al-Ash bin Said, wafat sebagai seorang kafir dalam Perang Badar. Namun demikian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri yang memberi nama Said kepadanya. Beliau juga memanggil Said dengan panggilan “sayyidul fityan” (pemimpin para pemuda).
Said bin Al-Ash tumbuh besar di bawah asuhan pamannya. Pamannya adalah Utsman bin Affan, yang merupakan anak bibinya. Utsman bin Affan sangat menyayangi dan mendidiknya. Said dikenal sebagai salah satu pemuda Quraisy yang paling fasih lisannya. Selain itu, ia juga memiliki kecerdasan dan akhlak yang mulia. Ia menjadi salah satu dari empat penulis mushaf Al-Qur’an pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Ini adalah tugas besar yang menunjukkan kepercayaan penuh dari Khalifah.
Said bin Al-Ash juga memegang peran penting dalam pemerintahan. Ia pernah menjabat sebagai gubernur Kufah pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Ia menggantikan Al-Mughirah bin Syu’bah. Sebagai gubernur, ia memimpin pasukan dalam beberapa penaklukan. Termasuk penaklukan Thabaristan. Ini menunjukkan kepiawaiannya dalam bidang administrasi dan militer.
Shalat yang Menyerupai Nabi: Kesaksian Ummul Mukminin Aisyah
Kesaksian paling menonjol tentang Said bin Al-Ash adalah terkait shalatnya. Suatu ketika, Aisyah radhiyallahu ‘anha ditanya tentang bagaimana shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Aisyah menjelaskan salah satu metode shalat Nabi. Nabi akan membaca surat panjang. Beliau membaca Surat Al-Mu’minun hingga sampai pada ayat yang memerintahkan ruku’. Baru kemudian beliau ruku’. Begitu pula, Nabi membaca Surat Al-Asyr hingga sampai pada ayat yang memerintahkan sujud. Setelah itu beliau sujud.
Kemudian, Aisyah memberikan pujian yang luar biasa kepada Said bin Al-Ash. “Seandainya kalian ingin mendengar shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,” kata Aisyah, “dengarkanlah shalat Said bin Al-Ash.” Pernyataan ini menunjukkan betapa Said bin Al-Ash berhasil meneladani shalat Nabi dengan sangat baik. Ini adalah rekomendasi yang tidak main-main. Ia berasal dari istri Nabi yang paling memahami ibadah beliau.
Kekhasan Shalat Said: Mengikuti Sunnah yang Fleksibel
Shalat yang dicontohkan Said bin Al-Ash menunjukkan kekhasan tertentu. Secara umum, ini berbeda dengan kebiasaan shalat kebanyakan Muslim saat ini. Said bin Al-Ash akan membaca satu surah penuh dalam satu rakaat. Atau ia membaca sebagian besar dari surah tersebut. Setelah itu, ia baru ruku’. Kemudian, ia akan membaca bagian lain dari Al-Qur’an. Lalu ia sujud.
Metode shalat ini, meskipun kini tidak umum, adalah bagian dari sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi terkadang memanjangkan bacaan dalam shalat. Beliau tidak selalu membagi bacaan ayat per ayat. Dengan demikian, Said bin Al-Ash menunjukkan bahwa ia memahami dan mengamalkan sunnah Nabi dalam berbagai bentuknya. Ia tidak hanya terikat pada satu cara shalat saja. Ini menekankan pentingnya mendalami sunnah. Pemahaman yang mendalam akan membuka banyak jalan ibadah.
Perjalanan Hidup dan Warisan Said bin Al-Ash
Said bin Al-Ash terus memainkan peran penting setelah masa kekhalifahan Utsman. Ia diangkat kembali sebagai gubernur Kufah oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Namun demikian, Muawiyah kemudian mencopotnya lagi. Muawiyah khawatir fitnah akan muncul di tengah masyarakat Kufah. Said bin Al-Ash kemudian kembali ke Madinah. Ia menghabiskan sisa hidupnya di sana.
Said bin Al-Ash wafat di Madinah pada tahun 59 Hijriyah. Ia meninggalkan warisan yang berharga bagi umat Islam. Ia dikenang sebagai salah satu sahabat Nabi yang mulia. Ia juga seorang teladan dalam meneladani shalat Nabi. Kontribusinya dalam penulisan mushaf Al-Qur’an sangat monumental. Ini memastikan keotentikan Kalamullah hingga saat ini.
Hikmah dan Pelajaran dari Sosok Said bin Al-Ash
Kisah Said bin Al-Ash memberikan banyak hikmah dan pelajaran berharga bagi umat Muslim.
-
Pentingnya Ittiba’ (Meneladani Nabi): Said bin Al-Ash menunjukkan dedikasi tinggi dalam meneladani Nabi. Ini adalah inti dari keimanan seorang Muslim.
-
Kredibilitas Sahabat: Kesaksian Aisyah terhadap Said bin Al-Ash menegaskan kredibilitas para sahabat. Mereka adalah generasi terbaik yang secara langsung menyaksikan dan mengamalkan ajaran Nabi.
-
Fleksibilitas dalam Sunnah: Metode shalat Said menunjukkan adanya variasi dalam pelaksanaan sunnah. Muslim dapat mengamalkan sunnah sesuai dengan konteks dan pemahaman yang benar.
-
Kedalaman Ibadah: Shalat Said yang panjang dan khusyuk mencerminkan kedalaman ibadahnya. Ini memotivasi umat Muslim untuk tidak terburu-buru dalam shalat.
-
Peran dalam Pemeliharaan Al-Qur’an: Said bin Al-Ash adalah salah satu penulis mushaf Al-Qur’an. Ini menunjukkan perannya yang vital dalam pemeliharaan kitab suci.
-
Kombinasi Ilmu dan Amal: Ia memiliki kecerdasan dan kefasihan lisan. Di samping itu, ia juga seorang ahli ibadah. Ini menjadi contoh integrasi ilmu dan amal.
Dengan demikian, Said bin Al-Ash adalah sosok yang inspiratif. Ia mengajarkan kita untuk tidak hanya mencintai Nabi, tetapi juga meneladani beliau dalam setiap tindakan. Terutama dalam ibadah shalat yang merupakan tiang agama.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
