SURAU.CO. Dunia fashion muslimah berkembang sangat pesat beberapa tahun terakhir. Kita melihat berbagai istilah baru bermunculan di pasar. Istilah seperti hijab, jilbab, khimar, kerudung, niqab, hingga burqa semakin akrab di telinga. Rak-rak toko busana penuh dengan aneka model menarik.
Mulai dari pashmina lilit, khimar instan, hingga scarf kasual tersedia untuk mempercantik penampilan. Namun, kebingungan sering melanda para muslimah. Apakah semua istilah tersebut memiliki arti yang sama? Ternyata, setiap nama memiliki sejarah, dalil, dan konsep berbeda.
Hijab: Konsep Pembatas dan Perlindungan
Masyarakat umum sering menggunakan kata “hijab” untuk menyebut semua jenis penutup kepala. Penggunaan ini sudah sangat lumrah dalam percakapan sehari-hari. Namun, bahasa Arab mengartikan ḥijāb sebagai “penghalang” atau “pembatas”.
Al-Qur’an menyebut istilah ini dalam surat Al-Ahzab ayat 53. Allah Swt memerintahkan adanya hijab atau pembatas antara sahabat Nabi dan istri-istri Nabi. Jadi, penekanan utamanya terletak pada batasan adab dan etika pergaulan.
Pemahaman hijab sebagai penutup kepala baru muncul di era kontemporer. Pergeseran makna ini sah-sah saja seiring perkembangan budaya. Namun, kita perlu memahami akar maknanya agar lebih bijak. Hijab bukan sekadar kain yang menempel di kepala tetapi sebuah cara seorang muslimah menjaga diri, menundukkan pandangan, dan merawat martabat. Tren fashion boleh saja berganti setiap musim. Tetapi, esensi perlindungan diri harus tetap menjadi prioritas utama.
Jilbab: Busana Luar yang Menjulur
Kita beralih ke istilah yang lebih spesifik, yaitu jilbab. Jilbab berbeda dengan konsep hijab yang lebih abstrak. Jilbab merujuk pada pakaian longgar yang menutup tubuh dari bahu hingga kaki. Dasar hukumnya sangat jelas dalam Al-Qur’an.
Allah Swt berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 59 agar wanita mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka. Namun, masyarakat Indonesia sering salah kaprah. Banyak orang menggunakan kata “jilbab” untuk menyebut penutup kepala atau kerudung.
Padahal, jilbab lebih tepat kita artikan sebagai outer longgar. Bentuknya mirip dengan gamis panjang, abaya, atau pakaian terusan longgar. Industri fashion muslimah kini menghadirkan jilbab dengan sentuhan modern.
Khimar: Penutup Kepala yang Syar’i
Istilah selanjutnya adalah khimar. Al-Qur’an menyebut istilah ini secara langsung dalam surat An-Nur ayat 31. Khimar merujuk pada kain penutup kepala yang menjulur hingga menutupi dada. Pakaian ini mencakup kepala, leher, dan area dada secara sempurna.
Dunia mode mengidentikkan khimar dengan gaya muslimah syar’i. Penampilannya terlihat anggun dengan siluet yang lembut. Desain khimar biasanya cenderung minimalis dan tidak banyak lilitan.
Banyak saudara kita yang baru berhijrah memilih khimar sebagai langkah awal. Alasannya sederhana, khimar jelas memenuhi syarat syariat tanpa perlu banyak penataan.
Kerudung: Warisan Budaya Nusantara
Istilah kerudung sangat lekat dengan budaya Indonesia. Kata ini sudah ada jauh sebelum tren fashion muslimah meledak. Kerudung memiliki bentuk yang sangat beragam. Ada yang berbentuk segitiga, persegi, hingga selendang panjang.
Perempuan Nusantara zaman dahulu sering melilitkan selendang di kepala sebagai kerudung. Namun, tidak semua model kerudung tradisional memenuhi standar menutup dada. Kerudung lebih merepresentasikan kekayaan tradisi lokal.
Niqab dan Burqa: Penutup Wajah
Selain penutup kepala dan tubuh, ada juga pakaian yang menutup wajah. Niqab adalah kain yang menutup wajah tetapi menyisakan lubang untuk kedua mata. Sejarah mencatat penggunaan niqab oleh para perempuan sahabat Nabi.
Mereka menutupi wajah saat berhadapan dengan laki-laki bukan mahram. Kini, niqab hadir dengan berbagai variasi model. Ada model satu layer, dua layer, atau kombinasi dengan khimar panjang.
Sementara itu, burqa sedikit berbeda dengan niqab. Burqa menutup seluruh wajah termasuk mata. Bagian mata tertutup oleh jaring tipis agar penggunanya tetap bisa melihat. Masyarakat lebih mengenal burqa di wilayah Afghanistan dan Asia Selatan. Model burqa cenderung seragam dan merupakan bagian dari tradisi budaya setempat.
Menjaga Esensi di Tengah Tren
Dunia mode muslimah saat ini sangat dinamis dan penuh warna. Desainer menawarkan warna pastel, bahan satin mewah, hingga gaya turban. Kreativitas ini tentu patut kita apresiasi sebagai perkembangan zaman.
Namun, muslimah tidak boleh melupakan satu hal penting. Pesan utama Islam adalah tentang rasa malu dan upaya menjaga diri. Pilihan busana kita harus mencerminkan nilai-nilai tersebut.
Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya rasa malu adalah bagian dari iman.” (HR. Bukhari & Muslim)
Pada akhirnya, pilihan kembali kepada individu masing-masing. Kamu bebas memilih hijab simpel, khimar panjang, atau jilbab lebar. Semua itu adalah cara kita menghadirkan diri di hadapan dunia. Jadikan kesadaran hati sebagai fondasi dalam berpakaian. Sebab, hijab bukan sekadar kain, melainkan cermin ketakwaan.(kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
