Khazanah
Beranda » Berita » Perlindungan Dari Perkara: Doa yang Menguatkan Hati dan Menjernihkan Jiwa

Perlindungan Dari Perkara: Doa yang Menguatkan Hati dan Menjernihkan Jiwa

Perlindungan Dari Perkara: Doa yang Menguatkan Hati dan Menjernihkan Jiwa
Perlindungan Dari Perkara: Doa yang Menguatkan Hati dan Menjernihkan Jiwa

 

SURAU.CO – Dalam perjalanan hidup, manusia tidak hanya menghadapi ujian lahiriah. Ada ujian-ujian batin yang jauh lebih berbahaya: kelemahan, kemalasan, ketakutan, dan berbagai penyakit hati yang perlahan melemahkan iman tanpa disadari. Karena itu, Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada kita sebuah doa istimewa—doa yang tidak hanya memohon perlindungan dari musibah dunia, tetapi juga dari kelemahan ruhani yang sering menjadi pintu masuk bagi berbagai kegelapan.

Doa ini berisi permohonan perlindungan dari tujuh perkara besar

Kelemahan dalam beramal (‘ajz)

Bukan lemah fisik, tetapi lemah kemauan. Hati ingin berbuat baik namun berat melangkah. Inilah awal futur, padamnya semangat ibadah.

Malas melakukan kebaikan (kasal)

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Malas adalah penyakit yang merampas kesempatan beramal. Sedikit-sedikit menunda, sedikit-sedikit mencari alasan. Padahal waktu tidak menunggu.

Sifat pengecut (jubn)

Takut berbuat benar, takut menyampaikan kebenaran, takut berjuang di jalan Allah. Padahal keberanian adalah bagian dari kemuliaan seorang mukmin.

Pikun atau kelemahan ingatan (haram)

Ketika usia bertambah, lupa adalah fitrah. Namun kita memohon agar Allah menjaga akal dan ingatan agar tetap bisa beribadah dengan baik.

Sifat kikir (bukhl)

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Kikir bukan hanya soal harta, tetapi juga kikir senyum, kikir membantu, kikir memberi manfaat. Kikir adalah tanda kerasnya hati.

Siksa kubur

Siksa kubur adalah hak, bukan simbolis. Maka seorang mukmin setiap hari memohon agar dijauhkan dari kegelapan liang lahat dan dijadikan kuburnya taman dari taman-taman surga.

Fitnah kehidupan dan kematian

Fitnah dunia: harta yang menipu, jabatan yang melalaikan, pergaulan yang menjerumuskan, dan ujian yang menggoda iman. >Fitnah kematian: sakratul maut, gangguan syaitan, dan ujian terakhir sebelum bertemu Allah.

Doa ini mengajarkan bahwa musuh terbesar bukanlah orang lain, melainkan dosa, kelemahan hati, dan kelalaian diri. Karena itu Rasulullah ﷺ berulang kali memohon perlindungan dari semua itu.

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Di balik doa ini ada pesan mendalam:
Hidup tidak hanya membutuhkan kekuatan fisik, tetapi juga penjagaan hati.

Maka setiap pagi dan petang, lantunkan doa ini dengan penuh harap:

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, sifat pengecut, pikun, dan sifat kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta fitnah kehidupan dan kematian.”

Doa ini adalah tameng, penenang, dan penguat jiwa di tengah kerasnya kehidupan.

Semoga Allah menjaga kita dari tujuh perkara ini, menguatkan langkah kita dalam ketaatan, serta memberikan husnul khatimah di akhir perjalanan.

 

 


Agar Setiap Aktivitas Bernilai Ibadah

Mengubah Rutinitas Menjadi Ladang Pahala. Setiap pagi adalah anugerah baru dari Allah. Kita dibangunkan bukan sekadar untuk melanjutkan rutinitas kemarin, tetapi untuk membuka lembaran amal yang masih kosong. Di sinilah seorang hamba dituntut memahami bahwa hidup bukan hanya tentang bekerja, mengejar rezeki, atau menyelesaikan tugas. Hidup adalah perjalanan ibadah yang mengalir dalam setiap langkah.

Karena itu, mulailah hari dengan Bismillah. Kalimat pendek yang ringan di lisan, tetapi berat dalam timbangan amal. Ia adalah peneguhan hati bahwa semua aktivitas kita bergantung pada pertolongan Allah. Saat seorang hamba memulai pekerjaan dengan Bismillah, ia sedang mengundang keberkahan.

Sambut pula pagi dengan senyum cerah. Senyum bukan hanya bentuk keramahan, tetapi juga sedekah sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

“Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”

Dengan senyum, kita menebar energi positif, menenangkan hati orang lain, dan sekaligus membersihkan jiwa dari keluh kesah.

Yang paling penting, luruskan niat pada setiap langkah. Niat adalah ruh amal. Amal yang besar namun tanpa niat yang benar akan kosong, sementara amal kecil yang dilakukan dengan ikhlas akan menggunung pahalanya. Niat menjadikan aktivitas duniawi bernilai ukhrawi. Makan menjadi ibadah ketika diniatkan agar kuat beribadah. Bekerja menjadi ibadah ketika diniatkan untuk menafkahi keluarga. Belajar menjadi ibadah ketika diniatkan mencari ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Setiap detik kehidupan adalah potensi pahala — jika niatnya benar, caranya benar, dan tujuannya benar.

Maka marilah kita mulai hari dengan hati yang bersih, langkah yang tulus, dan niat yang lurus. Semoga Allah menjadikan seluruh aktivitas kita, sekecil apa pun itu, sebagai ibadah yang mendekatkan kita kepada-Nya.

Karena hidup yang diberkahi bukanlah hidup yang dipenuhi banyak aktivitas, tetapi aktivitas yang dipenuhi keikhlasan. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement