SURAI.CO.Layar ponsel kita tak pernah sepi dari tawaran yang memikat. Iklan datang tanpa jeda, mendorong kita membeli hal-hal yang sering kali tak benar-benar dibutuhkan. Dunia seolah membisikkan satu pesan yang sama: belilah kebahagiaan sekarang juga. Di tengah arus konsumsi yang melelahkan ini, istilah frugal living mulai sering terdengar—bukan sebagai tren sesaat, tetapi sebagai reaksi spontan dari banyak orang yang lelah dikejar keinginan tanpa ujung.
Kelelahan itu kemudian menjadi pintu masuk bagi kita untuk mencari ritme hidup yang lebih perlahan dan bernapas. Dari kegelisahan itulah tumbuh gerakan sunyi yang mengajak kita kembali pada kesederhanaan. Frugal living dipahami bukan semata-mata sebagai cara menghemat uang, tetapi sebagai upaya menata ulang cara pandang terhadap kebutuhan, keinginan, dan hubungan kita dengan materi. Ia mengajarkan bahwa hidup cukup bukan berarti hidup kurang, dan sederhana bukan berarti kehilangan makna.
Membedakan Frugal Living dengan Sifat Pelit
Masyarakat sering salah memahami konsep ini. Banyak orang menganggap penganut frugal living sebagai orang pelit. Anggapan tersebut jelas keliru. Pelit berarti menahan harta karena takut miskin atau enggan berbagi. Frugal living memiliki makna yang jauh lebih elegan. Ini adalah seni dalam menentukan prioritas pengeluaran.
Seorang penganut gaya hidup ini tetap mengeluarkan uang. Mereka tidak ragu membeli barang berkualitas tinggi. Syaratnya, barang tersebut harus tahan lama dan benar-benar fungsional. Mereka juga tetap menikmati waktu bersantai di kafe. Namun, mereka memilih tempat yang sesuai dengan anggaran. Mereka sadar bahwa kesenangan tidak harus mahal. Intinya bukan pada seberapa sedikit uang keluar akan tetapi fokus utamanya kepada kesadaran penuh saat membelanjakan uang tersebut.
Langkah Praktis Memulai Kebiasaan Hemat
Perubahan besar selalu bermula dari tindakan kecil. Kita bisa menerapkan gaya hidup frugal living melalui kebiasaan sederhana sehari-hari.
- Membawa botol minum sendiri. Kebiasaan ini mengurangi pengeluaran kecil yang sering tidak terasa. Selain hemat, kita juga mengurangi sampah plastik.
- Memasak di rumah. Jadikan aktivitas makan di luar sebagai momen spesial. Jangan jadikan restoran sebagai solusi harian. Masakan rumah jauh lebih sehat dan ekonomis.
- Merawat pakaian. Jagalah koleksi baju Anda agar awet. Anda tidak perlu membeli baju baru setiap tren berganti.
- Evaluasi langganan digital. Cek kembali tagihan bulanan Anda. Hapus aplikasi atau layanan streaming yang jarang kita tonton.
- Manfaatkan transportasi publik. Gunakan kendaraan umum atau berjalan kaki jika jarak memungkinkan. Langkah ini menyehatkan dompet dan tubuh Anda.
Tindakan-tindakan ini melatih kedisiplinan kita. Kita menjadi sadar bahwa kenyamanan hidup tidak melulu soal transaksi jual beli.
Selaras dengan Nilai Spiritual dan Islam
Nilai-nilai dalam frugal living ternyata sejalan dengan ajaran agama. Islam, misalnya, mengajarkan keseimbangan dalam mengelola harta. Allah Swt melarang perilaku isrāf atau berlebihan dalam membelanjakan sesuatu. Namun, Islam juga melarang sifat taqtīr atau kikir. Seorang muslim harus mengambil jalan tengah di antara keduanya.
Nabi Muhammad Saw memberikan teladan hidup sederhana. Beliau tetap menjaga kehormatan diri dan memuliakan tamu. Beliau tidak menolak keindahan, namun menjauhi pemborosan. Konsep ini sangat dekat dengan qana’ah. Qana’ah adalah sikap merasa cukup atas rezeki pemberian Allah Swt. Perasaan cukup ini akan meredam nafsu belanja impulsif. Kebahagiaan sejati tidak terletak pada tumpukan barang di gudang tetapi sebuah ketenangan hati adalah kekayaan yang sesungguhnya dan konsep frugal living menjadi jembatan menuju ketenangan tersebut.
Menemukan Kebahagiaan dalam Kesederhanaan
Gaya hidup ini tidak meminta kita memutus semua akses kesenangan. Frugal living hanya mengajak kita menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan. Bagi sebagian orang, kebahagiaan itu ada pada masakan rumah yang hangat. Bagi yang lain, kebahagiaan adalah melihat tabungan masa depan yang bertambah.
Mulailah dengan mencatat arus kas harian. Susun anggaran bulanan dengan realistis. Selalu tanyakan pada diri sendiri sebelum membeli sesuatu. “Apakah barang ini menambah nilai hidup saya?” Pertanyaan ini akan menjadi filter yang ampuh. Lama-kelamaan, pola pikir baru akan terbentuk. Kita akan sadar bahwa “cukup” bukan berarti “kurang“. Sederhana bukan berarti menderita. Kesederhanaan justru membuat hidup terasa lebih utuh dan bermakna.(kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
