SURAU.CO-Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam Al-Hikam mengatakan:
“Jikalau kita ingin mendapatkan karunia, maka perbaikilah rasa kefakiran dan kebutuhan kita. Sebab, shadaqah itu hanya diberikan kepada orang-orang yang fakir.”
Jikalau kita mengharapkan karunia Allah Swt., maka perbaikilah rasa fakir dan kebutuhan kita di hadapan-Nya. Jikalau kita benar-benar mengakui bahwa diri kita adalah hamba-Nya, maka janganlah kita menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun dalam meminta. Janganlah kita menyombongkan diri dengan sesuatu yang kita miliki. Sebab, semua itu adalah milik-Nya yang bisa Dia ambil kapan pun dan dengan cara apa pun.
Jikalau kedua sifat itu sudah tertata dengan benar dalam diri kita, maka kita berhak mendapatkan karunia-Nya. Ketahuilah bahwa yang berhak mendapatkan karunia-Nya hanyalah orang-orang yang fakir, bukan orang-orang yang sok kaya di hadapan Allah Swt. Bukankah jika kita bersedekah hanya akan memberikannya kepada fakir miskin?!
Nah, begitulah keadaannya. Hanya saja, antara kedua jenis kefakiran itu berbeda. Semua makhluk adalah fakir di hadapan Allah Swt., walaupun kita adalah orang kaya di tengah khalayak. Sedangkan orang fakir di tengah-tengah manusia adalah orang yang serba kekurangan dan tidak memiliki materi yang cukup.
Perlihatkanlah Sifat Kemanusiaan Kita
Syekh Ibnu ‘Athaillah menyebutkan:
“Perlihatkanlah sifat-sifat kita, maka Allah Swt. akan membantu kita dengan sifat-sifat-Nya. Perlihatkanlah rasa hina kita, maka Dia akan membantu kita dengan keagungan-Nya. Perlihatkanlah kelemahan kita, maka Dia akan membantu kita dengan kekuasaan-Nya. Perlihatkanlah ketidakberdayaan kita, maka Dia akan membantu kita dengan kekuatan-Nya.”
Jikalau kita ingin mendapat kemuliaan di hadapan manusia, maka perlihatkanlah sifat-sifat asli kita di hadapan Allah Swt. Kita adalah hamba, sedangkan Allah Swt. adalah Khaliq Yang Maha Kuasa, yang mampu melakukan apa pun yang Dia inginkan. Berikanlah hak setiap sifat yang kita miliki. Jangan kita zhalimi hak itu.
Perlihatkanlah rasa hina kita kepada Allah Swt., baik dalam berdoa, shalat, dan lain sebagainya. Sehingga, Allah Swt. akan membantu kita dengan keagungan-Nya. Jangan pernah kita merasa hebat di hadapan-Nya. Kita adalah makhluk hina yang berasal dari tanah, dan tidak ada yang layak kita banggakan.
Perlihatkanlah kelemahan kita kepada Allah Swt., maka Dia akan membantu kita dengan kekuasaan-Nya. Janganlah kita merasa kuat di hadapan-Nya. Walaupun otot kita besar, maka itu tidak akan cukup menghadapi godaan dan rayuan setan. Hanya Dia-lah semata-mata yang mampu menyelamatkan kita dari kehancuran. Oleh karena itu, mohonlah selalu pertolongan-Nya untuk menutupi kelemahan kita.
Perlihatkanlah ketidakberdayaan kita kepada Allah Swt., maka Dia akan membantu kita dengan kekuatan-Nya. Sekarang, perhatikanlah sesuatu yang banyak terjadi pada zaman sekarang ini. Di mana-mana, ada bencana, mulai dari gunung meletus, banjir bandang, tsunami, angin topan, dan lain sebagainya. Apakah kita mampu menghadapi semua bencana ini?!
Tidak. Kita tidak mampu menghadapi semua itu. Kita lemah dan tidak berdaya. Hanya Dia-lah yang mampu membantu kita dengan kekuatan-Nya. Berdoalah kepada-Nya, dan jangan pernah putus dalam berdoa.
Jikalau kita rajin membaca sejarah para nabi dan wali Allah Swt., maka kita akan mendapatkan berbagai kisah yang menakjubkan. Bagaimana seorang laki-laki lemah yang bertugas menyampaikan risalah Ilahiah mampu menghadapi para penguasa besar dan zalim. Semua itu tidak lain hanyalah berkat bantuan-Nya.
Karamah Bisa Allah Berikan kepada Siapa Pun
Syekh Ibnu ‘Athaillah menegaskan:
“Bisa jadi, karamah diberikan kepada orang yang belum sempurna istiqamahnya.”
Karamah adalah kelebihan yang Allah Swt. berikan kepada para hamba pilihan-Nya. Hanya saja, perlu dicatat, bahwa karamah itu tidak bisa dipelajari, sebagaimana disangkakan sebagian besar masyarakat. Karamah adalah hibah atau pemberian dari Allah Swt. Syekh Ibnu ‘Athaillah menyampaikan bahwa jikalau ada yang mengatakan bahwa kita mampu memiliki karamah dengan melakukan ini dan itu, atau membaca ini dan itu, maka itu adalah kesesatan yang nyata. Jangan sampai kita tergoda dengan pernyataan seperti itu.
Terkadang, karamah Allah Swt. berikan kepada seseorang yang belum sempurna istiqamahnya di jalan kebenaran. Ada beberapa alasan yang menyebabkan hal ini bisa terjadi.
Pertama, bisa jadi, Allah Swt. ingin mengangkat derajat orang yang bersangkutan. Jikalau ia mendapatkan karamah, maka hatinya akan semakin terdorong untuk terus rajin beribadah, sehingga kedudukannya semakin tinggi di hadapan-Nya.
Kedua, bisa jadi, Allah Swt. memberikan karamah kepadanya agar ia bisa membantu para hamba-Nya yang lain. Ketika kebutuhan masyarakat telah tercukupi atau terbantu dengan keberadaannya, tentu dakwah Islam ini akan semakin menyebar di tangannya.
Ketiga, bisa jadi, karamah tersebut merupakan istidraj bila tidak digunakan di jalan kebenaran. Karamah yang didapatkan itu justru makin mengantarkannya ke jalan kesesatan. Ini adalah azab yang parah. Jikalau tidak segera disadari, maka ia akan binasa. Bagaimanapun, karamah yang paling agung adalah istiqamah. Apalah artinya kelebihan-kelebihan itu, jikalau kita tidak mampu istiqamah di jalan-Nya (St.Diyar)
Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
