Opinion
Beranda » Berita » Hikmah dari Seekor Kucing di Tengah Hiruk Pikuk Malam

Hikmah dari Seekor Kucing di Tengah Hiruk Pikuk Malam

Hikmah dari Seekor Kucing di Tengah Hiruk Pikuk Malam
Hikmah dari Seekor Kucing di Tengah Hiruk Pikuk Malam

 

SURAU.CO – Pada sebuah malam yang tenang, di antara deretan motor yang terparkir, seekor kucing kecil berjalan perlahan. Tubuhnya yang putih tampak samar diterangi lampu jalan, melangkah hati-hati di ruang sempit di antara dua kendaraan.

Pemandangan sederhana ini menyimpan pesan yang tidak sederhana: bahwa hidup selalu menyediakan ruang bagi mereka yang mau mencari.

Kucing itu tidak mengeluh tentang sempitnya tempat, tidak marah karena harus menyelinap di antara benda-benda besar, dan tidak berhenti hanya karena jalannya tidak lapang. Ia tetap berjalan — perlahan tetapi pasti. Dalam diamnya, ada pelajaran tentang ketabahan.

Hidup Tidak Selalu Lapang, Tapi Kita Bisa Tetap Melangkah

Kadang kita merasa ruang hidup begitu sempit: masalah datang bertubi-tubi, peluang terasa kecil, dan dunia seperti menutup pintu. Namun seperti kucing kecil itu, kita bisa tetap bergerak. Satu langkah kecil saja sudah cukup untuk memulai perubahan besar.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Allah berfirman:

> “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar.” (QS. At-Talaq: 2)

Jalan keluar itu kadang tidak langsung terlihat. Tapi selalu ada — sebagaimana celah kecil itu ada untuk si kucing.

Tidak Semua Jalan Harus Luas, Yang Penting Menuju Kebaikan

Banyak orang menunggu kondisi sempurna sebelum berbuat. Menunggu waktu longgar, hati lapang, atau situasi ideal.

Padahal kebaikan bisa dilakukan bahkan dalam keadaan sempit dan gelap sekalipun.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Kucing itu mengajarkan: yang penting bukan luas jalannya, tapi kemauan untuk menapakinya.

Allah Menjaga Makhluk Kecil, Apalagi Hamba yang Taat

Kucing adalah makhluk lemah. Ia tidak punya kekuatan untuk menghalau bahaya. Tetapi Allah menjaganya, memberi naluri, memberi ketajaman mata, dan memberi keberanian untuk bertahan hidup.

Jika hewan kecil saja Allah pelihara, bagaimana dengan manusia yang berdoa, bersujud, dan memohon kepada-Nya?

“Dan tidak ada satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS. Hud: 6)

Terkadang, Ketentraman Ditemukan di Tempat yang Tidak Disangka

Di antara dua motor, di bawah langit malam, kucing itu tampak tenang. Tidak peduli suara kendaraan, hiruk pikuk orang lewat, atau gelapnya sudut tempat ia melangkah.

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Sebab ketenangan itu bukan soal tempat, tetapi soal hati yang terbiasa berserah.

Demikian pula kita. Ketentraman bukan hanya milik orang yang hidupnya lapang. Ia milik siapa saja yang menjadikan Allah sebagai penopang hatinya.

Sederhana, Tapi Sarat Makna

Dari seekor kucing kecil, kita belajar bahwa:

langkah kecil pun berarti, ruang sempit bukan alasan untuk berhenti,

ketenangan bisa hadir di tengah suasana bising,dan bahwa Allah selalu menjaga makhluk-Nya.

Maka jangan remehkan kejadian sehari-hari.

Kadang Allah mengirimkan hikmah lewat sesuatu yang sangat sederhana — bahkan lewat seekor kucing yang sedang berjalan di sela-sela.

 


Berharga dari Kursi Sederhana

Di sudut sebuah ruangan, duduk seorang ibu dan anaknya. Tak ada dekorasi mewah, tak ada suasana istimewa. Hanya dinding polos, kursi besi, dan lantai sederhana. Namun justru dari momen sesederhana inilah, hidup mengajarkan banyak hal yang sering luput dari perhatian.

  1. Kebersamaan Tidak Butuh Tempat Indah

Banyak orang menunggu suasana ideal untuk merasa bahagia: tempat yang bagus, suasana mewah, foto yang estetik. Padahal, kebahagiaan sejati justru lahir dari hati yang saling terhubung.

Seorang ibu yang duduk bersama anaknya—meski di ruangan sempit, meski sambil memegang benda sederhana—itu sudah cukup menjadi kebahagiaan yang mahal nilainya.

  1. Anak Belajar dari Hal Kecil

Anak yang duduk santai sambil memegang sesuatu, memperhatikan dunia di sekelilingnya, menunjukkan betapa polosnya dunia anak-anak. Mereka tidak menuntut banyak, cukup ditemani, diperhatikan, dan disayangi.

Di momen seperti ini, anak sedang belajar:

cara bersabar menunggu,

Dan cara duduk dengan tenang,

cara berinteraksi tanpa tergesa-gesa.

Orang tua mungkin menganggapnya biasa,
tapi bagi seorang anak, inilah rumah pertama bagi adab dan karakter.

  1. Ibu: Pusat Kesabaran dalam Keluarga

Terlihat seorang ibu yang sedang memegang sesuatu sembari duduk. Dari wajahnya tampak ketenangan, keseriusan, atau mungkin kelelahan yang disembunyikan. Begitulah seorang ibu—mereka pandai menyembunyikan penat agar anak tetap merasa aman.

Setiap ibu adalah madrasah pertama.
Bukan sekadar karena ia mengajar,
tetapi karena anak menyerap sifat-sifatnya.

Kesabaran, perhatian, dan keteguhan hati

  1. Momen Kecil yang Akan Menjadi Kenangan Besar

Tidak jarang, momen seperti ini—yang tampak biasa dan tidak istimewa—kelak menjadi kenangan paling hangat. Ketika anak sudah besar, ketika ibu semakin lanjut usia, ketika kursi sederhana ini sudah berganti menjadi tempat lain—justru momen-momen kecil inilah yang kita rindukan.

  1. Ketenangan Ada pada Kebersamaan

Mungkin ruangan itu tidak terlalu indah; lantainya biasa saja, dindingnya polos. Tetapi hati yang tenang tidak membutuhkan dekorasi. Ketenangan ada pada kebersamaan: ketika dua hati duduk berdampingan, saling mengisi meski tanpa kata.

Penutup

Dari kesederhanaan ini kita belajar satu hal:

Keluarga bukan tentang kemewahan tempat, tetapi tentang hadirnya hati.
Hadir untuk menemani, mendengar, dan menguatkan.

Semoga Allah menjaga keluarga kita,
menjadikan setiap momen sederhana sebagai ladang pahala,
dan menyatukan kita dalam kasih sayang yang diridai-Nya. Aamiin. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement