Kisah
Beranda » Berita » Islam Membenci Kekerasan dan Peperangan

Islam Membenci Kekerasan dan Peperangan

Islam Membenci Kekerasan dan Peperangan
Islam Membenci Kekerasan dan Peperangan

SURAU.CO. Islam Membenci Kekerasan dan Peperangan. Kita memuji Allah yang telah menganugerahkan nikmat kesehatan. Allah juga menganugerahkan kedamaian serta kerukunan di Tanah Air Indonesia. Nikmat-nikmat tersebut memungkinkan kita menjalankan seluruh aktivitas sehari-hari dengan tenang dan lancar. Kondisi stabilitas keamanan yang baik memudahkan kehadiran kita di tempat suci ini. Selanjutnya, Kita melaksanakan kewajiban ibadah salat wajib berkat adanya perdamaian. Situasi konflik dan peperangan akan menyulitkan realisasi ibadah kita.

Oleh karena itu, mari kita jaga kondusifitas lingkungan, daerah, dan negara kita. Kita pertahankan keadaan damai yang selama ini telah kita nikmati. Mari kita ungkapkan syukur kita. Kita mengucap Alhamdulillahirabbil alamin untuk rasa syukur tersebut. Dengan komitmen bersama, kita bisa mempertahankan ketenangan ini. Dengan demikian, kita bisa terus melaksanakan misi utama kita di dunia, yakni beribadah kepada Allah SWT.

Pada kesempatan mulia ini, kami mengajak seluruh masyarakat. Kami mengajak masyarakat untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Selanjutnya, Kami menjadikan takwa sebagai kewajiban. Kami menjadikan takwa sebagai rukun di dalam tulisan ini. Kami menganggap wasiat takwa sebagai modal penting. Wasiat takwa membantu kita mengarungi kehidupan di dunia.

Surat Ali ‘Imran Ayat 102

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha ḥaqqa tuqātihī wa lā tamụtunna illā wa antum muslimụn

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

Di antara perintah dan larangan Allah dalam kehidupan ini adalah senantiasa menjadi pribadi yang cinta pada perdamaian dan menjauhi perselisihan dan peperangan. Hal ini selaras dengan materi tulisan ini yakni berjudul: “Islam Membenci Kekerasan dan Peperangan”.

Kedamaian merupakan dambaan semua manusia. Kita diperintahkan untuk menyebarkan kedamaian dalam kehidupan seperti dicontohkan Nabi dengan menebar salam, apabila bertemu dengan orang lain, baik orang yang dikenal maupun tidak. Nabi bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُو السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوْا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ

Artinya: “Wahai manusia, tebarkanlah (salam) perdamaian, berilah makan orang lain, dan shalatlah di saat orang-orang sedang tidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan damai.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Setiap manusia mendambakan kedamaian mutlak. Kedamaian bermula dari hati setiap manusia. Seseorang tidak mungkin memberikan kedamaian kepada orang lain. Hal itu terjadi jika hatinya sendiri tidak damai. Rasulullah dihadirkan ke muka bumi. Beliau mewujudkan perdamaian dan keselamatan. Rasulullah menyingkirkan segala upaya kekerasan. Upaya kekerasan termasuk perang. Peperangan merupakan hal yang dibenci. Peperangan adalah hal yang dihindari.

Umat Islam berperang untuk membela kepercayaan demi meraih kedamaian. Jika terjadi peperangan dan ada permintaan perdamaian, umat Islam harus menyambut ajakan damai itu. Umat Islam harus menyambut ajakan perdamaian tersebut.

Surat Al-Baqarah Ayat 216

كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Arab-Latin: Kutiba ‘alaikumul-qitālu wa huwa kur-hul lakum, wa ‘asā an takrahụ syaiaw wa huwa khairul lakum, wa 'asā an tuḥibbụ syaiaw wa huwa syarrul lakum, wallāhu ya’lamu wa antum lā ta’lamụn

Artinya: Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Penaklukan Thabaristan: Merebut Negeri Kapak Persia di Masa Utsmaniyah

Allah memerintahkan umat Islam untuk berperang dalam ayat ini. Namun, umat Islam sebenarnya merasa berat dan tidak senang terhadap peperangan. Nabi Muhammad mendidik jiwa umatnya untuk mencintai perdamaian. Ketika ayat ini turun, Allah menambahkan kalimat wahuwa kurhul lakum. Kalimat itu berarti berperang adalah sesuatu yang kamu benci. Ayat ini berbicara tentang perang. Namun, kandungannya mengisyaratkan bahwa Nabi mendidik jiwa umat Islam agar selalu enggan berperang. Seorang muslim tidak diwajibkan mengislamkan seluruh dunia dengan perang. Umat Islam melakukan perang untuk membela agama.

Syekh Muhammad Abduh, seorang ulama Mesir di akhir abad 19, pernah mengungkapkan suatu pandangan. Beliau menyatakan bahwa “al Islamu mahjubun bil muslimin” (Islam tertutup oleh umat Islam). Ulah umat Islam sendiri menutupi rahmat dan kebaikan Islam. Sikap radikal, keras, dan melampaui batas menjadi penyebabnya. Umat Islam menunjukkan sikap-sikap tersebut kepada orang-orang yang tidak sejalan. Kekerasan akan menghalangi datangnya rahmat Allah SWT kepada manusia. Segelintir umatnya melakukan kekerasan atas nama Islam. Tindakan mereka mencoreng reputasi Islam sendiri. Masyarakat memiliki pandangan keliru mengenai hal ini. Mereka menggunakan dalil secara sepotong-sepotong. Mereka menjadikan dalil tersebut landasan perbuatan keras. Perbuatan keras tersebut bertentangan dengan kedamaian.

Surat Al-Fath Ayat 29

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًۢا

Arab-Latin: Muḥammadur rasụlullāh, wallażīna ma’ahū asyiddāu 'alal-kuffāri ruḥamāu bainahum tarāhum rukka’an sujjaday yabtagụna faḍlam minallāhi wa riḍwānan sīmāhum fī wujụhihim min aṡaris-sujụd, żālika maṡaluhum fit-taurāti wa maṡaluhum fil-injīl, kazar’in akhraja syaṭ`ahụ fa āzarahụ fastaglaẓa fastawā ‘alā sụqihī yu’jibuz-zurrā’a liyagīẓa bihimul-kuffār, wa’adallāhullażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti min-hum magfirataw wa ajran ‘aẓīmā

Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

Sebagian kelompok sering menjadikan ayat ini sebagai dasar untuk menghalalkan kekerasan dalam perilaku mereka. Padahal, makna keras ini memiliki tingkatan yang berbeda. Tidak semua kekerasan yang dilakukan seseorang harus dilawan dengan kekerasan pula.

Islam Membenci Kekerasan dan Peperangan

Kita tentu prihatin masih saja terjadi kekerasan dan peperangan di beberapa penjuru dunia dalam konteks kekinian di zaman modern ini. Peperangan telah mengakibatkan ribuan jiwa manusia meninggal dunia. Rakyat sipil, orang tua, sampai anak-anak menjadi korban peperangan. Pihak yang berperang juga mengalami kerugian besar. Peristiwa ini tentu membuat kita sangat prihatin.

Kita semua mengharapkan perdamaian dunia segera terwujud. Selanjutnya, Kita harus prihatin dengan kondisi ini. Kita juga harus menyikapi kondisi ini dengan bijaksana. Kita tidak boleh membiarkan konflik peperangan bertambah buruk. Ulah kita dapat memicu tersebarnya konflik peperangan ke penjuru dunia lain. Seseorang sangat mudah melakukan provokasi di era teknologi informasi saat ini. Provokasi bisa memperkeruh suasana.

Kita sudah seharusnya menjadi agen-agen perdamaian yang senantiasa mengajak kepada perdamaian dengan narasi-narasi menyejukkan, khususnya di media sosial. Selanjutnya, Kita mari serukan perdamaian dunia. Kita doakan semoga peperangan yang terjadi segera usai dan penduduk dunia bisa kembali damai dan tenang. Peperangan yang berkepanjangan hanya akan membawa kesengsaraan. Kita harus senantiasa mengajak kepada perdamaian. Penduduk dunia bisa kembali damai dan tenang setelah peperangan usai.

Kita mendoakan saudara-saudara kita yang berada dalam bayang-bayang peperangan. Allah memberikan keselamatan dan kekuatan kepada mereka. Kita berharap ke depan dunia akan diwarnai kesejukan dan kebersamaan. Kita bersama-sama membangun peradaban yang mulia. Aamiin. (mengutip dari berbagai sumber).


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement