Khazanah
Beranda » Berita » Kitab Hikam al-Haddad: Permata Kebijaksanaan Mahabbah kepada Allah

Kitab Hikam al-Haddad: Permata Kebijaksanaan Mahabbah kepada Allah

Kitab Hikam al-Haddad, permata kebijaksanaan Imam Abdullah bin Alawi al-Haddad tentang mahabbah kepada Allah.
Ilustrasi ini menggambarkan Kitab Hikam al-Haddad sebagai permata kebijaksanaan yang memancarkan cahaya spiritual, membimbing hati menuju mahabbah kepada Allah ﷻ dengan latar belakang asal usulnya di Hadramaut

Surau.co. Dalam kancah khazanah keilmuan Islam, terutama di bidang tasawuf dan penyucian jiwa. Kitab Hikam al-Haddad berdiri kokoh sebagai salah satu permata kebijaksanaan yang tak lekang oleh zaman. Karya agung ini merupakan kumpulan mutiara nasihat dan hikmah spiritual dari seorang mujaddid abad ke-12 H, Imam Abdullah bin Alawi al-Haddad.

Kitab ini mengundang pembaca untuk menyelami hakikat mahabbah kepada Allah, melalui panduan praktis yang menyentuh relung hati. Artikel ini akan mengupas tuntas isi kandungan Kitab Hikam al-Haddad secara keseluruhan. memaparkan garis besar ajaran-ajarannya yang kaya.

Imam Abdullah bin Alawi al-Haddad, yang dikenal juga sebagai Al-Qutb al-Ghaus, melalui Kitab Hikamnya. Beliau mengajak umat untuk merenungi hakikat keberadaan, membersihkan hati dari segala kotoran, dan mengarahkan setiap perbuatan hanya kepada Allah ﷻ. Dengan gaya bahasa yang mengalir, naratif, dan penuh inspirasi.

Mengenal Sosok Imam Abdullah bin Alawi al-Haddad

Sebelum menyelami lautan hikmahnya, penting untuk mengenal terlebih dahulu siapa gerangan pengarang Kitab Hikam al-Haddad. Beliau adalah Imam Abdullah bin Alawi al-Haddad (1044-1132 H / 1634-1719 M), seorang ulama besar, penyair, dan pembaharu Islam dari Hadramaut, Yaman. Beliau dikenal sebagai seorang wali Allah yang mengabdikan hidupnya untuk menyebarkan ilmu agama, khususnya di bidang tasawuf, fiqih, dan dakwah. Meskipun sejak kecil kehilangan penglihatannya, hal tersebut tidak menghalangi beliau untuk menjadi mercusuar ilmu dan spiritualitas.

Imam al-Haddad adalah penganut akidah Sunni Asy’ari dan dalam fiqih mengikuti madzhab Syafi’i. Karya-karya beliau berpusat pada pencapaian keyakinan (yaqin), yaitu tingkat keimanan yang tak tergoyahkan kepada Allah dan Rasulullah ﷺ. Pendekatan beliau dalam menulis kitab-kitab tasawuf dan spiritualitas sangat praktis, menghindari perdebatan dogmatis. Hal ini menjadikan Kitab Hikam al-Haddad sangat mudah diakses dan dipahami oleh khalayak luas.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Sekilas tentang Kitab Hikam al-Haddad dan Karakteristiknya

Kitab Hikam al-Haddad merupakan kumpulan aforisme, nasihat, dan pemikiran mendalam tentang agama, moralitas, dan spiritualitas. Kitab ini berisi 106 aforisme yang ringkas namun sarat makna, menjadikannya panduan hidup yang ideal bagi umat Muslim. Keistimewaan Kitab Hikam ini terletak pada penyampaiannya yang lembut. Mengajak pembaca untuk merenung dan mengimplementasikan ajaran-ajaran spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Karakteristik utama Kitab Hikam al-Haddad adalah fokusnya pada tazkiyatun nafsi (penyucian jiwa) dan pembinaan akhlak. Melalui untaian hikmahnya, Imam al-Haddad membimbing pembaca untuk senantiasa mengingat Allah, memahami hakikat penghambaan, serta menyikapi setiap peristiwa hidup dengan sudut pandang keimanan. Beliau tidak hanya fokus pada amalan lahiriah, tetapi juga pada kondisi batiniah, karena keindahan Islam terpancar dari hati yang bersih.

Hakikat Penghambaan dan Hubungan dengan Allah

Salah satu tema sentral dalam Kitab Hikam al-Haddad adalah hakikat penghambaan (ubudiyah). Beliau berulang kali menekankan bahwa seorang hamba harus menempatkan dirinya secara sempurna di hadapan Allah ﷻ, menyadari sepenuhnya statusnya sebagai ciptaan yang lemah dan bergantung kepada Sang Pencipta. Hikmah-hikmahnya sering mengiaskan hubungan ini dengan hubungan antara tuan dan hamba, atau antara kekasih dan yang dicintai.

Imam al-Haddad mengajarkan bahwa ketaatan seorang hamba kepada Allah adalah semata-mata karunia dan rahmat dari-Nya. Tanpa izin dan taufiq dari Allah, seorang hamba tidak akan mampu melakukan satu pun ketaatan. Oleh karena itu, ketika seseorang diberi taufik untuk melakukan amal saleh, ia harus memuji Allah ﷻ, bukan berbangga diri dengan usahanya. Hal ini sejalan dengan hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

فَمَنْ وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ، وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُوْمَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

“Barang siapa yang menemukan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah ﷻ. Dan barang siapa yang menemukan selainnya (keburukan), hendaklah ia tidak menyalahkan kecuali dirinya sendiri.” (HR. Imam Muslim [Hadits Qudsi])

Dengan menempatkan diri sebagai hamba yang senantiasa membutuhkan pertolongan dan rahmat Allah, hati akan menjadi rendah hati, jauh dari kesombongan, dan lebih mudah merasakan manisnya iman serta kedekatan dengan-Nya.

Mensyukuri Nikmat dan Menyikapi Musibah

Kitab Hikam al-Haddad juga memberikan panduan penting mengenai bagaimana seorang Muslim harus menyikapi nikmat dan musibah. Imam al-Haddad menganjurkan untuk senantiasa mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Karena dengan bersyukur, Allah ﷻ akan menambah nikmat tersebut. Sebaliknya, ketika nikmat dicabut, barulah seseorang menyadari betapa berharganya nikmat tersebut.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

 لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

“Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Dalam menyikapi musibah, Imam al-Haddad mengajarkan metode yang ampuh untuk menenangkan hati. aitu dengan mengingat musibah sejenis yang dialami orang lain, atau bahkan musibah yang lebih parah. Kesadaran ini akan membuat seseorang merasa terhibur dan lebih ridha terhadap takdir Allah ﷻ. Prinsip ini menunjukkan kebijaksanaan beliau dalam membimbing umat untuk senantiasa berprasangka baik kepada Allah dan memahami bahwa di balik setiap takdir ada hikmah yang tersembunyi.

Lingkaran Rahmat dan Lingkaran Hikmah

Salah satu konsep menarik yang dijelaskan dalam Hikam al-Haddad adalah adanya dua “lingkaran” yang mengelilingi setiap hamba Allah: lingkaran rahmat dan lingkaran hikmah. Lingkaran rahmat diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman, yang diberi taufik untuk melakukan ketaatan. Sedangkan lingkaran hikmah adalah bagi orang-orang yang melakukan kemaksiatan atau kekafiran.

Imam al-Haddad memilih istilah “hikmah” (pelajaran) daripada “azab” atau “kemurkaan” untuk menjelaskan lingkaran kedua ini. Maknanya, ketika ada seorang hamba yang bermaksiat, orang-orang beriman dapat mengambil pelajaran dari hal tersebut, menyadarkan mereka akan bahaya dosa dan pentingnya istiqamah dalam ketaatan. Konsep ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini tidak lepas dari rahmat dan hikmah Allah ﷻ, termasuk perbuatan dosa manusia.

Hal ini sejalan dengan firman Allah ﷻ:

 ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa bahkan kerusakan pun adalah bagian dari hikmah ilahi untuk mengembalikan manusia kepada-Nya.

Kiat Meraih Cinta Allah dan Menjauhi Cinta Dunia

Kitab Hikam al-Haddad secara eksplisit memberikan kiat-kiat untuk meraih cinta Allah ﷻ dan menjauhi jerat cinta dunia yang berlebihan. Beliau menekankan bahwa cinta sejati hanya patut diberikan kepada Allah, karena kesempurnaan, keindahan, dan kebesaran adalah semata-mata milik-Nya yang tiada sekutu.

Cinta dunia yang berlebihan seringkali menjadi penghalang terbesar dalam mencapai mahabbah ilahi. Hikmah-hikmah beliau mengingatkan agar seorang Muslim tidak terlalu terikat dengan perhiasan dunia yang fana, karena hal itu dapat melalaikan dari tujuan akhir kehidupan, yaitu akhirat.

Allah ﷻ berfirman:

 زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14)

Ayat ini memperingatkan manusia akan fitnah dunia, namun juga menunjukkan bahwa di sisi Allah ada yang lebih baik dan abadi. Oleh karena itu, Imam al-Haddad mendorong untuk menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat, dengan mengutamakan yang kekal.

Menjaga Hati dan Meraih Ketenteraman

Kitab Hikam al-Haddad juga banyak membahas tentang kondisi hati dan cara menjaganya agar senantiasa tenteram dan dekat dengan Allah ﷻ. Nasehat-nasehat beliau tentang berbagai macam hati, dari hati yang hidup hingga hati yang mati, menjadi cerminan betapa hati adalah raja bagi seluruh anggota badan.

Beliau menekankan pentingnya dzikir kepada Allah ﷻ sebagai penarik hati, yang dengan kekhusyukan hati, akan membuat semua hal terasa lebih dekat kepada-Nya. Dzikir bukan hanya sekadar ucapan lisan, tetapi juga mengingat Allah dalam setiap keadaan dan merasakan kehadiran-Nya.  Allah ﷻ berfirman:

 الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Ketenangan hati adalah buah dari kedekatan dengan Allah ﷻ, yang hanya bisa dicapai melalui ketaatan, dzikir, dan menjauhi segala hal yang mengeraskan hati, sebagaimana yang diajarkan dalam Hikam al-Haddad.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement