Berita Nasional
Beranda » Berita » ABATI Sistem Tes Potensi Bahasa Arab untuk Standarisasi Ma’had Aly

ABATI Sistem Tes Potensi Bahasa Arab untuk Standarisasi Ma’had Aly

ABATi
Kemenag menerapkan ABATi untuk Ma'had Aly sebagai standar tes bahasa Arab. padukan teknologi modern dan tradisi turats ( Foto kemenag)

SURAU.CO. Kementerian Agama tengah menyiapkan instrumen terkait standar mutu akademik Ma’had Aly. Salah satunya adalah penggunaan ABATi (Arabic Benchmark Assessment Amtsilati) sebagai instrumen tes potensi berbahasa Arab. Penggunaan instrumen berbasis tradisi pesantren ini akan menjadi langkah strategis nasional. Hal tersebut karena ABATi merupakan inovasi strategis karena berhasil memadukan dua hal penting sekaligus, standardisasi kecakapan bahasa Arab dan kekhasan pedagogi pesantren.

“Ma’had Aly hari ini butuh instrumen ukur yang tidak hanya modern, tapi juga memahami ruh turats. ABATi menjembatani dua fondasi itu sekaligus, mengukur dengan standar, namun tetap menjaga tradisi,” ujar Direktur Pesantren Basnang Kementerian Agama. Menurutnya standardisasi kemampuan bahasa Arab menjadi krusial karena proses seleksi, pemetaan kemampuan, dan pembinaan akademik di Ma’had Aly harus dilakukan secara objektif, terukur, dan berbasis mutu. Basnang menilai ABATi mampu menjawab kebutuhan ini melalui tiga komponen utama, fahm al-masmu’ (listening), tarakib (struktur bahasa), dan fahm al-maqru’ (pemahaman bacaan).

Berbasis Web

Selain itu ABATi juga ada dalam format digital berbasis web. Adanya integrasi teknologi ini, lanjut Basnang merupakan bentuk modernisasi pesantren yang tidak menanggalkan identitas keilmuan klasik. Selain itu Ma’had Aly juga membutuhkan instrumen asesmen yang tidak hanya modern, tetapi selaras dengan karakter ilmiah pesantren yang berakar pada turats. Dengan ABATi, Direktorat Pesantren berharap seluruh Ma’had Aly memiliki instrumen pemetaan kemampuan bahasa Arab yang lebih adil, terstandar, dan sesuai karakter keilmuan pesantren, sehingga seleksi dan pembinaan mahasantri dapat berjalan dengan mutu yang lebih terukur di tingkat nasional.

Selain penguatan asesmen bahasa Arab, Basnang Said menjelaskan bahwa kualitas akademik Ma’had Aly harus ada penopangnya.  Salah satunya adalah publikasi ilmiah yang kuat, regulasi mutu bahasa, karya tulis ilmiah berbasis kitab kuning. Kemudian juga penerapan metode filologi dalam penelitian manuskrip. Selain itu juga Presiden telah mengamanatkan kebijakan negara harus berbasis riset sehingga LPPM Ma’had Aly perlu mengambil peran lebih aktif dalam menyajikan kajian strategis bagi Kementerian Agama. “Jika kita ingin Ditjen Pesantren hadir dengan kuat, maka fondasinya harus kebijakan yang lahir dari penelitian dan publikasi. Kita mulai dari Ma’had Aly,” tambahnya.

Mengukur Kemampuan Bahasa Arab

Sementara itu. Kasubdit Pendidikan Ma’had Aly, Mahrus menyebut ABATi berbeda dari TOAFL  maupun tes bahasa Arab dari sejumlah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam.  Sebelumnya UIN Maulana Malik Ibrahim dan UIN Sunan Kalijaga juga mengembangkan program serupa. Menurutnya TOAFL fokus pada bahasa Arab modern, namun ABATi mengintegrasikan teks-teks turots saja. ABATI juga menggunakan  struktur qawa‘id yang ada di pesantren, serta pemahaman kitab kuning. Materinya fleksibel dan dapat berkembang bersama antar-Ma’had Aly, termasuk menyediakan paket soal khusus turots murni. “Distingsi inilah yang membuat ABATi dinilai lebih tepat menggambarkan kemampuan santri yang belajar melalui metodologi pesantren,” ungkap Mahrus.

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Dalam acara yang bertema Penguatan Manhaj Publikasi Ilmiah Ma’had Aly di Jatibening pesertanya dari unsur Majelis Masyayikh, Asosiasi Ma’had Aly Indonesia (AMALI), Dewan Mahasantri Amali, muhadir/dosen, serta para ketua LPPM Ma’had Aly/ Peserta menyambut baik lahirnya ABATi sembari memberikan beberapa masukan penyempurnaan /Mahrus meminta tim pengembang ABATi membuka ruang kolaborasi nasional untuk memperluas bank soal dan penyesuaian berdasar takhasus masing-masing Ma’had Aly. Inovasi ini sekaligus menunjukkan kesiapan pesantren memasuki era standardisasi akademik menjelang pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren.

ABATi sendiri merujuk pada Arabic Benchmark Assessment Amtsilati. Sebuah program asesmen berbahasa Arab yang Kemenag kembangkan bekerja sama dengan Ma’had Aly Amtsilati untuk memperkuat standar mutu akademik di Ma’had Aly (pesantren tinggi) di seluruh Indonesia. ABATi bertujuan untuk mengukur kemampuan bahasa Arab santri dengan mengembangkan instrumen asesmen yang berbasis tradisi pesantren


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement