Opinion
Beranda » Berita » Hati Yang Mati

Hati Yang Mati

Hati Yang Mati
Hati Yang Mati

SURAU.CO. “Hati yang mati” adalah kondisi spiritual di mana hati tidak peka terhadap kebaikan dan tidak merasakan penyesalan atas dosa, menjauhkan diri dari Allah SWT. Beberapa orang menunjukkan kondisi ini dengan tidak peduli pada ajaran agama, kerasnya hati terhadap nasihat, dan lebih mementingkan hawa nafsu daripada keridaan Allah.

Filosofi “hati yang mati” adalah kondisi spiritual di mana hati tidak peka terhadap kebaikan atau kebenaran, tidak merasakan penyesalan atas dosa, dan lebih mengutamakan hawa nafsu daripada Allah. Secara filosofis, dosa-dosa yang menumpuk menggambarkan hati yang mati sebagai hati yang ‘membatu’, keras, dan kering, karena tumpukan dosa tersebut menghilangkan kepekaan spiritualnya dan membuatnya mati rasa terhadap nilai-nilai agama.

Tanda-tanda hati yang mati, dosa terasa ringan atau bahkan tidak dianggap salah lagi. Melakukan ritual ibadah seperti shalat atau membaca Al-Qur’an tanpa merasakan ketenangan, getaran, atau kenikmatan spiritual. Tidak merasakan kesedihan atau kepedihan saat kehilangan kesempatan beribadah, dan tidak merasa manis atau pahitnya spiritualitas. Dunia dan syahwat lebih menarik daripada akhirat. Mudah dipenuhi rasa benci dan dendam serta sulit memaafkan orang lain. Sibuk memperhatikan kesalahan orang lain daripada diri sendiri.

Langkah pertama yang penting dalam menghidupkan kembali hati yang mati adalah dengan memohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Menghidupkan kembali hati melalui amal-amal ketaatan seperti shalat sunnah, puasa sunnah, dan sedekah. Membaca dan merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an dapat menghidupkan kembali hati yang mati. Setiap Muslim wajib mengendalikan keinginan hawa nafsu agar tidak lebih dicintai daripada ridha Allah SWT.

Tanda-tanda hati yang mati

Tanda-tanda hati yang mati, seperti tidak merasa berdosa, kehilangan rasa takut kepada Allah, bahkan menganggap remeh ibadah, adalah panggilan untuk kita bangkit. Dalam perspektif Islam, “hati yang mati” merujuk pada kondisi spiritual di mana hati seseorang telah kehilangan kepekaan dan fungsinya untuk menerima kebenaran dan hidayah dari Allah SWT.  Secara ringkas, kita dapat mendefinisikan hati yang mati sebagai hati yang tertutup dari hidayah Allah, tidak peka terhadap kebaikan, dan tidak merasakan dampak dari dosa-dosa yang dilakukan. Tanda-tanda utama hati yang mati meliputi:

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

  • Tidak Merasakan Manisnya Ibadah: Seseorang tidak merasakan kelezatan, ketenangan, atau kegembiraan saat melakukan ibadah seperti salat, puasa, atau membaca Al-Qur’an. Ibadah terasa hampa dan sekadar rutinitas.
  • Tidak Merasa Sedih saat Melewatkan Ketaatan: Tidak ada rasa penyesalan atau sedih ketika melewatkan kesempatan untuk beribadah atau melakukan amal saleh, bahkan untuk amalan sunah seperti salat witir.
  • Tidak Merasa Menyesal atas Dosa: Seseorang tidak merasakan penyesalan, takut, atau bersalah setelah melakukan dosa atau kesalahan. Bahkan, bisa jadi merasa bangga atau senang dengan perbuatan maksiat tersebut.
  • Keras Hati dan Sulit Menerima Nasihat: Hati menjadi keras seperti batu, sulit tersentuh oleh nasihat baik, peringatan, atau ayat-ayat Al-Qur’an. Nasihat tidak memberikan dampak positif atau perubahan perilaku.
  • Kurangnya Rasa Takut kepada Allah: Kehilangan rasa takut (khauf) akan azab Allah dan kurangnya harapan (raja’) akan rahmat-Nya. Ini menyebabkan seseorang berani melanggar perintah dan larangan agama.
  • Tidak Ada Empati atau Kepedulian: Kurangnya rasa kasih sayang, empati, atau kepedulian terhadap penderitaan orang lain. Fokus utama hanya pada diri sendiri dan kepentingan duniawi.
  • Lalai dalam Mengingat Allah (Zikir): Sedikit sekali atau bahkan tidak pernah mengingat Allah, baik melalui zikir lisan maupun perbuatan. Pikiran dan kecintaan pada urusan dunia semata memenuhi hati.
  • Suka Menggunjing dan Berprasangka Buruk: Mudah berprasangka buruk terhadap orang lain, serta suka menggunjing (ghibah) dan memfitnah, yang merupakan indikasi penyakit hati yang parah.

Mengapa hati bisa mati?

Penyebab hati mati secara umum adalah perbuatan maksiat, tidak mengamalkan ilmu, melalaikan ibadah, dan tidak mempersiapkan diri menghadapi kematian. Hal ini juga mencakup perilaku seperti banyak berprasangka buruk, menggunjing, merasa aman dalam dosa, serta mengikuti hawa nafsu daripada perintah Allah.

Penyebab hati mati secara spiritual

Maksiat dan dosa:

Melakukan dosa tanpa rasa penyesalan dan tidak bertobat, serta merasa nyaman dengan perbuatan buruk.

Malas beribadah:

Tidak khusyuk dalam shalat, malas menjalankan ibadah, dan tidak memiliki semangat untuk kebaikan.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Tidak mengamalkan ilmu:

Membaca Al-Qur’an tetapi tidak mengamalkannya, serta tidak mengikuti ajaran Rasulullah.

Melalaikan kematian:

Mengingkari bahwa kematian itu pasti datang dan tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Mengikuti hawa nafsu:

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Lebih mendengarkan keinginan pribadi daripada perintah Allah dan mengikutinya meskipun itu salah.

Bergaul dengan orang yang lalai:

Bergaul dan beraktivitas bersama orang-orang yang juga melakukan maksiat.

Penyebab hati mati secara umum

Kesombongan: Merasa diri lebih baik, sulit menerima nasihat, dan tidak mau mengoreksi diri sendiri.

Sibuk mengurusi orang lain: Terlalu fokus mencari kesalahan orang lain dan mengabaikan kekurangan diri sendiri.

Tidak bersyukur: Mendapat rezeki namun tidak mensyukuri nikmat dari Allah.

Berlebihan: Berlebihan dalam makan, tidur, tertawa, berbicara, dan bergaul.

(mengutip dari berbagai sumber)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement